Rabu, 19 Agustus 2009

Hikmah yang Tercecer

Kaget! Shock! Stres!
Itu yang saya rasakan ketika mba M tiba-tiba resign sejak tanggal 3 Agustus yang lalu. Bagaimana tidak??!! Selama ini dia adalah tangan kanan saya, orang yang benar-benar saya percaya untuk menjaga anak-anak dikala saya pergi ke kantor atau saya ada kegiatan rutin lainnya. Urusan menyiapkan anak-anak berangkat sekolah, memasak sarapan pagi untuk kami, memasak makan siang plus makan malam, menidurkan anak-anak, menyuapi mereka makan, memandikan, bermain dengan mereka, smua dihandle mba M. Dan ketika saya pulang kantor, hati tenang karena yakin anak-anak baik-baik saja dengan ijin Allah dan pendampingan Marni, saya tinggal makan saja dan bersantai ria, bercengkrama dengan anak-anak sambil menonton TV.

Ketika kenyataan berkata lain, ketika Allah Swt ternyata punya rencana khusus untuk mba M dan juga untuk saya dan anak-anak, terus terang saya benar-benar sempat merasa kebingungan, stres banget. Kelimpungan cari pengganti mba M yang bisa jagain anak-anak. Kalo masalah nyuci dll dah ada yang handle, dik T anak lulusan SMK bulan lalu, tapi dia sendiri sudah menyatakan gak mampu tuk jagain anak-anakku. Terpaksa beberapa hari saya bolos bin ijin untuk tidak ngantor, atau hanya setor muka sebentar untuk kemudian cepat-cepat pulang lagi ke rumah. Huff...benar2 perasaan saya tidak tenang membayangkan anak-anak di rumah yang rewel karena biasanya terbiasa dan menurut pada mba M.

Alhamdulillah setelah satu pekan kemudian, saya mendapatkan seorang ART baru, sudah mulai lega lah, beban mulai berkurang. Dimulailah perkenalan dari hari ke hari antara mba U dan anak-anak, meski sampai saat ini anak-anak masih agak rewel kalau saya tinggal pergi ngantor, tapi paling tidak saya sudah legaan dikit.

Hikmah terbesar yang saya dapat.....alhamdulillah ternyata banyaaaak sekali. Sesudah kesulitan ada kemudahan, saya rasakan itu. Selama ini saya merasa menjadi seorang ibu yang kurang baik, dengan waktu yang sedikit untuk anak-anak. Bukti lainnya, kelalaian saya yang membuat Farah sampai kurang gizi. Dengan resignnya mba M, ternyata menumbuhkan kedekatan yang lebih dalam antara saya dan anak-anak, ketika saya stres gak ada yang bantuin, ada Allah Swt yang membuat saya kuat dan mampu mengatasi, menghadapi semuanya. Menghandle anak-anak (lha wong anaknya sendiri kok repot hehe), memandikan mereka di pagi hari, menyiapkan bekal sekolah mereka (meski cuma mie goreng tiap hari hoho), meski dengan begitu absen ngantor tiap pagi selalu terlambat, tapi saya tidak ambil pusing, toh semuanya perlu pengorbanan.

Selama ini saya tidak pernah memasak, meski dulu pernah (pas ngekos) itupun jarang. Ketika sudah berumah tangga pun saya sebetulnya ingiiiiin sekali memasak, memuaskan perut suami dan anak-anak. Banyak sudah resep-resep saya kumpulkan dari browsing maupun beli sana sini, tapi yaah hanya sebatas koleksi, sampai suami saya ngeledekin terus. Tapi, dengan gak adanya mba M, saya pun akhirnya berani terjun ke dapur, meski hanya memasak yang paling mudah seperti sayur bening bayam tapi sempet gak enak juga rasanya haha, kali ketiga baru deh rasanya patut diacungi jempol(saya sendiri). Nyoba juga masak sayur asem, sayur sop sosis, buatin puding buat anak-anak....huff...saya mulai bangga pada diri saya sendiri. "It's a good start Tika" I said.

Hal lainnya, biasanya mba M kan selalu nginap di rumah nih, 5 malam dalam satu minggu. Ketika dia tidak ada, duuh....perasaan kok gimanaaaa gitu. Takut pada hal yang tidak-todak haha, mbayangin ada malinglah, ada mba Kunti lah...pa lagi Syifa, dia protes terus, kok gak ada temannya kalo malam. Ketika saya bilang bahwa ada Allah yang jagain, dia langsung tanya " memangnya dimana Allah? Kok Syifa tidak bisa lihat?" haha dasar anak-anak. Alhamdulillah, lambat laun saya makin mandiri, tiap malam cuma bertiga dengan anak-anak bukan jadi masalah lagi, malah excited. Bisa bermain cuma bertiga dengan mereka.

Ah.....semua memang ada hikmahnya. Luv u Allah............



Read More

Minggu, 16 Agustus 2009

Mba M (part 2)

Aah, mba M, masih tersisa tanya dalam hati ini. Dan juga penyesalan. Kenapa aku selama ini tidak benar2 dekat dengannya? Sehingga tak pernah sekalipun dia membuka isi hatinya padaku. Secuek itukah aku selama ini? Hanya memanfaatkan tenaganya tanpa benar2 berusaha menjadi temannya?

Flash back ke beberapa bulan yang lalu, tak sedikitpun perubahan tingkah lakunya kuperhatikan, terutama perubahan pada tubuhnya. Padahal suami sempet tanya ketika dia datang liburan kemaren. Kenapa kok mba M jadi ndut dan perutnya besar? Dan aku hanya menertawakan pertanyaan yang menurutku aneh itu. Dan sekarang...ternyata...

Tanggal 12 kemarin, mba M resmi menikah. Lagi2 dengan muka datarnya, dia mencium tangan ibunda di acara adat, tanpa sedikitpun tetesan air mata. Ugh, gemes! Aku aja dah berkaca-kaca mau mewek, apalagi membayangkan posisi mba M.

Aah, hanya bisa mendo'akan mba M saja sekarang. Dan siap membantu bila suatu saat bantuanku diperlukan (mengingat suaminya yang pemabuk dan nganggur:-( )
Read More

Mba M

Belum pernah kushare di sini sebelumnya, cerita tentang ARTku yg sudah 2,5th bantuin aku. Mba M ini orang rumahan banget, lumayan rame sebetulnya tapi kliatanx pendiam, rajin sholat, pinter masak, rajin bersih2, deket ma kedua anakku. Tangan kanankulah gitu.
Selama 2,5th aku kenal dia, aku kenal juga dengan keluarga besarnya. Sering berbagi cerita tentang masalah yang dihadapi keluarganya. Hanya saja, memang tak ada cerita tentang diri mba M sendiri, pun tentang ada ato tidaknya sang pujaan hati, di usianya yg 3th lebih tua dariku.

Oleh karena itu, ketika tiba-tiba di pagi hari itu datang adiknya dengan mata sembab dan berurai air mata menceritakan bahwa mba M dah hamil 4 bulan, aku shock, tidak percaya. Jadilah pagi itu kami berpelukan sambil menangis bersama.

Siapa sangka siapa kira. 5 Malam dalam sepekan dia menginap di rumahku, tau-tau dah hamil gitu. Geram aku, siapa laki-laki yang sudah menghamilinya? Ternyata pemuda pengangguran yang juga pemabuk. Ya Rabb, sakit hati ini rasanya. Tapi, inilah takdir. Mba M sudah menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri. Sangat disesalkan, tapi inilah kenyataan. Ketika aku datang ke rumahnya, tak kuasa juga aku menahan air mata, sambil kupeluk ibunya mba M.

Mba M sendiri? Mukanya datar banget, masih senyum-senyum, ga ada rasa sedih atau sisa air mata terlihat. Entahlah di dalam hatinya, bukankah dalamnya hati siapa yang tahu?


Read More

Kamis, 13 Agustus 2009

Farahku Telat Bicara

Seperti yang udah kuceritain di postingan sebelumnya, Farahku kurang gizi alias Kekurangan Energi Protein (KEP). Padahal di usia 1 s.d. 2 tahun, perkembangan otak mencapai 80% ya, apakah kondisinya kemarin mempengaruhi itu atau tidak, aku harap2 cemas. Berdo'a moga IQ Farah tidak terpengaruh nantinya.

Tapi memang yang paling kentara sekarang adalah kemampuannya berbicara. Di kala anak lain masuk usia 1 tahun udah bisa bilang "mama" atau kata mudah lainnya, Farah di usia 2 tahun baru masuk fase itu. Memang untuk berjalan, Farah juga termasuk telat. Hampir 2 tahun umurnya dia baru bisa jalan n lari. Tapi hal itu tidak terlalu mengkhawatirkanku, karena toh aku dulunya dan Syifa anak pertamaku juga telat berjalan. Hampir usia 2 tahun juga baru pinter jalan. Turunan bisa gak ya?

Tentang telat bicaranya ini, beberapa hari ini mulai banyak kemajuannya loh. Mulai banyak kosakata baru yang Farah ucapkan, seneng rasanya. Berdo'a semoga kelak tidak akan mempengaruhi tumbuh kembangnya.
Read More

Kamis, 06 Agustus 2009

Farahku Sayang....

Satu hal yang dah lama mau kushare di sini. Tapi emang lom jodoh, beberapa kali gagal posting, dan juga kesempatan yang trbatas.

It's all about Farah. Putri keduaku yang tanggal 15 Juli lalu genap 2 tahun usianya. -tarik nafas dulu-
Sejak lepas ASI Eksklusif dan mulai dikenalkan MPASI, BB Farah mulai turun. Badannya yang semula montok jadi kecil. Saat itu, suami baru memulai kuliah D3 Khususnya di Jurang Mangu, yang entah kenapa jadinya, membuatku malah asyik dan sibuk dgn urusanku sendiri. Ngantor, jualan jilbab n baju muslim, liqo, anak2 kupercayakan kepada 2 ARTku. Farah yang ternyata susah makan, tidak segera kutangani sendiri. Browsing sana sini, beli buku tentang Medutainment, tapi tetep aku cuma kasi petunjuk aja ke ART, tanpa aku urun tangan.

Seiring bertambahnya usia Farah, BBnya stagnan. Akhirnya sampai di Bawah Garis Merah! Ya Allah, anakku kurang gizi. Aku tersentak, kaget, sedih, dan yang pasti menyesal, meski tiada guna. Sampai beberapa kali ke DSA di Parepare dan Makassar, jarak 3-6 jam dari Majene. Tapi tetap tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Farah tetap susah maem dan BAB keras berdarah.

Sampai akhirnya, kuikuti saran teman yang herbalis untuk tidak memberikan susu sapi terutama seperti Pediasure pada Farah, tapi diganti dengan susu kambing. Dan setelah juga konsumsi beberapa macam herba, alhamdulillah BABnya mulai lancar. Maem mulai mau dikit2.

Sekarang Farah BB dah 9kg. Pas di garis merah, moga2 bisa terus naik, Amin!

Hal ini tentu saja merupakan kelalaian terbesarku tentang amanah membesarkan anak. Moga ke depannya, aku bisa jadi ibu yang lebih baik bagi anak2ku.
Read More

Senin, 03 Agustus 2009

Amburadul

Pernahkah kalian merasa perlu untuk menemui seorang psikolog alias ahli kejiwaan? Mungkin sebagian besar akan menjawab tidak ya? Buat apa? Atau mungkin ada sebagian kecil yang menjawab ya?

Yang jelas, aku sering merasa, di saat-saat tertentu, bahwa aku perlu konsultasi dengan psikolog.

Meski aku juga tahu, inti permasalahan dan penyelesaiannya adalah tentang kedekatanku dengan Allah Swt. Sang Pencipta, Maha Mengetahu, Maha Penolong, Maha Pengampun.

Aah...cukup sulit menuliskannya di sini, menggambarkannya dengan kata-kata agar kalian mengerti, memahami, dan mungkin bisa membantu, meski sedikit. Do'akan sajalah.
Read More