Kamis, 30 Desember 2010

[Kopas] Jagalah Anak Ketika Maghrib Menjelang

Matahari senja baru saja tenggelam di ufuk barat. Malam pun merambat datang sementara kegelapan perlahan mulai menyelimuti bumi. Tampak beberapa anak kecil sedang bermain, berkejaran di pekarangan sebuah rumah. Sesekali, mereka berlari ke jalanan kampung. Di teras sebuah rumah, seorang ibu terlihat tengah meninabobokan bayinya, beralasan “mencari angin” karena si bayi kepanasan di dalam rumah.

Datangnya malam usai matahari tenggelam hingga datangnya waktu ‘Isya adalah saat bertebarnya para setan. Tak heran jika rutinitas masyarakat semisal aktivitas jual beli justru mengalami puncak keramaian (baca: godaan) nya di waktu ini. Sesungguhnya agama mulia yang sempurna ini telah mensyaratkan kepada kita utamanya anak-anak kita untuk tidak keluar rumah di waktu-waktu ini.

Gambaran ini, yakni keluarnya anak kecil ketika malam mulai datang adalah pemandangan biasa yang kita jumpai di sekitar kita, di masyarakat kita yang awam dan jauh dari bimbingan agama. Anak-anak mereka dibiarkan begitu saja, tanpa pencegahan dan tanpa penjagaan. Tahukah mereka bahwa pada saat yang demikian itu setan, makhluk yang jahat, musuh manusia, bertebaran sehingga dapat memudharatkan anak-anak tersebut dengan ijin Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Belumkah sampai pada mereka bimbingan dari Rasul mereka yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam titah beliau yang agung:

إِذَا اسْتَجْنَحَ اللَّيْلُ – أَوْ كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ – فَكُفُّوا صِبْيَا نَكُمْ فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ تَنْتَشِرُ حِيْنَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ الْعِشَاءِ فَخَلُّوهُمْ، وَأَغْلِقْ بَابَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ الله… الْحَدِيْثَ

“Apabila malam telah datang (setelah matahari tenggelam), tahanlah anak-anak kalian, karena setan bertebaran ketika itu. Apabila telah berlalu sesaat dari waktu ‘Isya lepaskanlah (biarkanlah) mereka, tutuplah pintumu, dan sebutlah nama Allah (mengucapkan bismillah pen.)…” (HR. Al-Bukhari No. 3280 dan Muslim No. 2012)

Maksud dari kalimat ( اسْتَجْنَحَ اللَّيْلُ ) atau ( جُنْحُ اللَّيْلِ ) adalah kegelapan malam, yakni datangnya malam setelah matahari tenggelam. ( فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ) yakni tahanlah anak-anak untuk keluar pada waktu tersebut karena dikhawatirkan mereka akan diganggu oleh setan yang banyak berkeliaran pada saat itu. (Syarah Shahih Muslim 14/185-186, Fathul Bari 6/411)

Belumkah pula sampai pada mereka larangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang semakna dengan perintah dalam hadist di atas:

لاَ تُرْسِلُوا فَوَاشِيَكُمْ وَ صِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَتُ الْعِشَاءِ، فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ تَنْبَعِثُ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّي تَذْهَبَ فَحْمَةُ العِشَاءِ

“Janganlah kalian melepas hewan-hewan ternak dan anak-anak kalian apabila matahari telah tenggelam hingga berlalu fahmah isya karena para setan keluar/berjalan cepat apabila matahari tenggelam sampai berlalu fahmah isya.” (HR. Muslim No. 2013)

Kalimat ( فَحْمَةُ الْعِشَاءِ ) (fahmah isya) dalam hadist di atas maknanya adalah gelap dan hitamnya malam, atau datangnya malam dan awal gelapnya. (Syarah Shahih Muslim 14/186). Sebagian ahlul ilmi memaknainya dengan datangnya waktu ‘Isya dan awal gelapnya. Kegelapan antara shalat Maghrib dan ‘Isya diistilahkan fahmah sedangkan antara shalat ‘Isya dengan shalat Shubuh diistilahkan ‘as’asah. (Nihayatul Gharib , 3/317)

Dalam hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam di atas, jelas sekali beliau memberi bimbingan agar anak-anak tidak dibiarkan keluar rumah, tapi ditahan di dalam rumah, ketika matahari telah tenggelam dan malam telah datang dengan kegelapannya. Bimbingan ini beliau berikan untuk menjaga anak-anak dari gangguan setan karena di waktu tersebut setan banyak bertebaran.



Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata:

“Dalam hadist ini terdapat sejumlah kebaikan dan adab yang mengumpulkan kebaikan dunia dan akhirat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan umatnya untuk melakukan adab-adab ini karena dengan melakukannya berarti menempuh sebab keselamatan dari gangguan setan. Setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup dan tidak dapat pula mengganggu anak kecil dan selainnya apabila dilakukan perkara ini (dengan menyebut nama Allah/mengucapkan bismillah).” (Syarah Shahih Muslim, 14/185)

Ibnul Jauzi Rahimahullah menyatakan bila anak-anak kecil berkeliaran di luar rumah pada waktu tersebut dikhawatirkan mereka akan mendapat gangguan dari setan sementara anak-anak umumnya belum dapat berzikir dimana dengannya bisa membentengi diri mereka dari setan. Setan ini ketika bertebaran mereka bergantungan dengan apa yang memungkinkan bagi mereka untuk bergantung. (Fathul Bari, 6/411)

Dari hadist di atas, kita pun mengetahui bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan menutup pintu rumah dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menghalangi masuknya setan yang akan membawa kemudharatan bagi penghuni rumah. Bila pintu telah ditutup dengan mengucapkan bismillah, setan tidak akan mampu membukanya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:

فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا

“Setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup.” (HR. Al-Bukhari No. 3304 dan Muslim No. 2012)

Ibnu Daqiqil ‘Ied Rahimahullah berkata: “Dalam perintah menutup pintu ada maslahat diniyyah dan duniawiyyah (kebaikan dunia dan akhirat) berupa penjagaan jiwa dan harta dari ahlul batil dan pembuat kerusakan terlebih lagi dari para setan. Adapun hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:

فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا

“Setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup”

Merupakan isyarat bahwa perintah menutup pintu bertujuan untuk menjauhkan setan dari bercampur baur dengan manusia.”

Beliau Rahimahullah juga menyatakan: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa setan tidak diberi kekuatan untuk melakukan sesuatu pun dari perkara yang disebutkan dalam hadist (seperti membuka pintu yang tertutup, bejana yang tertutup, dsb, pen.) walaupun ia diberi kekuatan yang lebih besar daripada itu seperti masuk ke tempat-tempat yang tidak mampu dimasuki manusia.” (Fathul Bari, 11/90)

Al-Mubarakfuri Rahimahullah menyatakan bahwa setan ini bisa dikatakan tertolak untuk masuk ke rumah seseorang dari seluruh sisinya dengan barakah tasmiyah (ucapan bismillah). Dalam hadist hanya disebutkan perintah menutup pintu (dengan membaca bismillah) karena pintu merupakan bagian yang paling mudah untuk dilalui ketika masuk ke dalam rumah. Bila setan ini tertolak untuk masuk lewat pintu (karena pintunya tertutup dengan mengucapkan bismillah) maka tentunya setan ini lebih tertolak lagi untuk masuk ke dalam rumah lewat bagian rumah yang lebih sulit dilalui. (Tuhfatul Ahwadzi, 5/433)

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani Rahimahullah berkata: “Menyebut nama Allah akan memisahkan setan dari melakukan perkara-perkara yang disebutkan. Dengan demikian, bila tidak disebut nama Allah, setan bisa melakukan perkara-perkara tersebut. Yang menguatkan hal ini adalah hadist yang dikeluarkan oleh Muslim1 dan Al-Arba’ah2 dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu ‘anhu secara marfu’ 3:

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ الله عِنْدَ دُخُوْلِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لاَ مَبِيْتَ لَكُمْ وَ لاَ عَشَاءَ. وَ إِذَ دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ الله عِنْدَ دُخُوْ لِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيْتَ. وَ إِذَا لَمْ يَذْكُرِ الله عِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَيْتَ وَالْعَشَاءَ.

“Apabila seseorang masuk ke rumahnya dalam keadaan berzikir kepada Allah ketika masuknya dan ketika memakan makannya, berkatalah setan: Tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam. Kalau orang itu masuk rumah, dia tidak berzikir ketika masuknya, berkatalah setan: Kalian mendapatkan tempat bermalam. Dan bila dia tidak berzikir ketika makan, berkatalah setan: Kalian mendapatkan tempat bermalam dan makan malam.” (Fathul Bari, 11/90)

Duhai, alangkah jauhnya lingkungan kita dan masyarakat kita dari mengamalkan tuntunan agama ini. Semoga dengan membaca nasehat ini, mereka mendapatkan ilmu dan pemahaman, yang kemudian mereka amalkan dalam kehidupan mereka, amin… Allah sajalah yang memberi taufik!!!

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Sumber: Majalah Asy Syari’ah, Vol. II/No.15/1426H/2005, Rubrik Mutiara Kata, Hal. 76-78.

Read More

Rabu, 29 Desember 2010

Buku Bacaan Nopember

Telat banget postingnya yak....

Selama bulan Nopember kemarin aku cuma selesai membaca satu buku saja. Sayang deh rasanya, padahal banyak banget buku yang menanti giliran untuk dibaca. Bulan pertama full ngantor sih, jadinya waktu untuk membaca berkurang banget. Mungkin bisa ya kalau pandai mengatur waktu, tapi jam pulang kantor alias waktu di rumah aku dilarang baca buku oleh suami. Waktunya hanya untuk anak-anak, kalau mereka akhirnya sudah tidur berarti tiba waktunya bersama suami. Jadi kalau mau baca buku sepertinya harus jam istirahat kantor sepertinya, tapi susah juga hehe.

Oya buku kali ini kubeli dari http://halamanmoekabooks.com dengan diskon 15%.

Buku ini menceritakan tentang perjalanan hidup Iris Krasnow yang sejak remaja terus mencoba mencari pegangan hidup, mencari kedamaian hati dan jiwa, mencari Tuhan. Ketika membaca buku ini aku benar-benar bersyukur akan nikmat iman Islam di dalam hati ini. Tidak usah mengalami pencarian yang panjang dan berliku seperti yang dialami oleh Iris.

Iris mengalami masa-masa lahirnya feminisme yang memandang bahwa menjadi ibu RT saja itu tidaklah adil bagi wanita. Iris mempunyai karir nan gemilang tapi tetap merasakan kehampaan. Ketika akhirnya dia mempunyai anak, di situlah timbul kebimbangan dalam hatinya. Antara memilih karir atau menjadi seorang ibu yang sebenarnya. Bahwa menjadi wanita yang berada di rumah saja itu tidaklah buruk sama sekali, bahkan tetap bisa bekerja dari rumah. Benar-benar memberi semangat buatku, meski pilihanku kini adalah sebagai ibu bekerja. Tapi aku yakin bisa -dengan usaha amat keras- untuk tetap dekat dengan anak-anak.

Pada akhirnya Iris menemukan ketenangan dan kedamaian yang diperolehnya dari menjadi seorang ibu. Ya, berserah diri menjadi ibu. Ternyata tidak mudah memang untuk menjadi seorang ibu, tidak hanya dengan melahirkan anak saja lalu kita disebut sebagai ibu.Tidak hanya itu. Perlu proses panjang termasuk untuk mengalahkan ego dalam diri seorang wanita, menomorduakan hal lainnya dan menomorsatukan anak-anak.

Membaca buku ini membuatku merenung, menutup buku sebentar, lalu menerawang.

foto dari sini

Read More

Selasa, 28 Desember 2010

Weekend Merana

Kronologisnya

Rabu malam tanggal 22 Des aku tiba-tiba mumet 7 keliling, round and round gitu -halah-. Baru ngeh deh, ini tho yang namanya vertigo....huhuhu. Akhirnya segera ngacir ke kasur deh. Dipake merem pun masih terasa lho muter-muternya. Besoknya alhamdulillah sudah tidak melayang-layang dan mumet lagi, jadi tetep ngantor. Memang sih di leher belakang tuh terasa kakuuu banget, pegel pool...dipijit-pijit sendiri tetep nggak lega. Pengen dibekam tapi suami belum bisa dan belum berani.

Jum'at tanggal 24 memang sudah direncanakan bahwa aku dan suami mau jalan-jalan tuk hunting rumah di sekitaran Bintaro. Sekalian mau lihat tempat kosnya suami pas dulu kuliah, lihat TKP tempat-tempat dia biasa makan, ngebayangin aja dulunya kaya gimana, secara LDL kan....aku di sini...dan kau ada di saaaanaaaa.... *nyanyi ala Jamrud* .
Berangkat sekitar jam 9 pagi kelewat dikit, matahari dah mulai terik. Naik motor ke Bintaro ternyata lama juga hehe, hampir sejam ya. Pas mulai dekat tujuan kok aku mulai merasa tidak enak badan.

Leher belakang makin kaku, pegel, ngilu. Kepala mulai pusing, perut mulai mules, perih di ulu hati. Keringat dingin mulai mengucur. Ya Allah....jangan sampai pingsan....gak kuaaattt!!! Berhenti sebentar di depan kampus STAN, aku langsung ndelosor aja di pinggir jalan. Suami ngomel-ngomel dikit, belum ngeh dia kalo aku berasa keok banget. Yo wis, lanjutin perjalanan keliling-kelilingnya, sambil nahan mual dan pusing. Sampai di jalan Panti Asuhan, aku minta istirahat dulu di depan sebuah toko yang tutup. Tak seberapa lama langsung hoooeeeekkk......muntah maak!! Duuh, cuek dah biar dilihatin orang.

Udah puas muntah, masih berasa mual dan pusing tapi lebih lega sih. Lanjut lagi jalan mau lihat lokasi tanah yang ditaksir suami. Suami nyaranin agar aku pulang saja naik taksi, tapi kutolak. Bisa gawat ah kalau di taksi sendirian trus muntah-muntah atau pingsan, gimana dong?! Eh, tiba-tiba berasa mau muntah lagi, stop deh di pinggir jalan, muntah-muntah lagi sampai keluar air mata. Duuuh lemeees banget. Akhirnya minta tolong pada seorang ibu penjual es agar aku bisa menggunakan kamar mandinya. Di dalam kamar mandi aku muntah-muntah lagi, plus diare sodara-sodara, air aja yang keluar. Sambil membatin, salah makan apa ya aku tadi pagi....??

Mau pulang?? Nggak kuat ah, akhirnya diputuskan untuk mampir ke rumah teman saja. Istirahat dulu di sana. Dalam perjalanan ke sana, aku muntah-muntah lagi, alu mampir di tempat makan, minum teh hangat sedikit, makan nasi sedikit, eeh...lari deh keluar tuk muntah lagi....lemeeeeeesss........ Alhamdulillah teman suami itu bersedia menjemput menggunakan mobilnya. Diangkut deh aku ke rumahnya. Mereka sepasang suami istri, suaminya sekantor dengan suamiku, sedangkan istrinya adalah teman mayaku di Forum Shalahuddin maupun di MP, sebut saja maknya Khansa. Hiks, kebayang kan, kopdar tuk pertama kali malah dalam keadaan bau muntah gitu huhuhu. Tidak sempat duduk bersama, apalagi cipika cipiki, begitu aku masuk rumahnya langsung ngacir ke kamar mandi lagi. Yup, muntah dan diare lagi, begitu terus beberapa kali. Tepar di kamar si tuan rumah, ketiduran bentar, alhamdulillah agak enakan.

Agak siang suami bawa makanan, aku coba makan sesuap dua suap, tapi langsung muntah lagi. Ya sudah, minum oralit saja 2 gelas. Heemm....enak juga hehe, rasa jeruk. Dan badanku terasa lebih kuat untuk perjalanan pulang. Alhamdulillah suaminya mak Khansa bersedia mengantar kami pulang, sekalian mereka mau beli barang dagangan katanya. Sepeda motor kami tinggal di rumah maknya Khansa. Benar-benar liburan kelabu -mewek-, mau jalan-jalan malah kaya gini jadinya.

Sampai di rumah, kelaparan deh hehe, makan dengan lahap, masih nenggak oralit karena masih diare terus sampai malamnya. Hari Sabtunya sudah mendingan tapi masih pusing dan mual,migrain lah lumayan sakitnya, diare sudah stop. Hari Minggu tinggal dikit aja terasa sakit kepalanya, dan alhamdulillah senin kemarin aku bisa berangkat ke kantor.

Sebab sakitnya.

Habis vertigo belum sembuh total malah dipake bepergian jauh, keok lah ya... Masuk angin juga kali ya. Tapi kok sampai diare kaya gitu sih? Olala, ternyata Jum'at pagi itu aku minum susu kambing rusak. Aku kan beli sukam beku dan cara mengolahnya adalah susu beku harus direndam di air hangat agar cair dan siap minum. Waktu itu air yang kusiapkan terlalu panas, sehingga susu menjadi rusak, kental seperti santan dan berserabut, tapi tetep saja nekat kuminum, padahal rasanya juga agak aneh, dasaaaarrr!!!

Benar-benar jadi pengalaman nih buatku. Semoga sakitku kemarin bisa jadi penggugur dosa-dosa kecil. Amiiin.
Read More

Senin, 27 Desember 2010

Bu Bendahara Gagal

Gatot lagi deh. Jadi bendahara kantor kemarin nggak becus, lah dalah jadi bendahara RT juga kok bikin keuangan morat-marit ki piye thoooo!!!

*lagi sedih*
Jujur, berkali-kali aku mencoba....-stop, bukan lagu dangdut-
Dipercaya suami tuk atur cash flow RT aja kok susaaaah ya....... Perasaan sudah stop ikutan lelang, sudah stop belanja baju, tapi kayanya malah belanja buku huaaa. Bukan buku CPD yang kuceritain kemarin ya. kalau itu atas persetujuan suami. Ini bulan aku beli buku selain itu ada 5 macem kayanya. Nominalnya tidak bikin keuangan RT langsung colapse kok. Trus dimana salahnya ya...???

Belanja hariankah?? Apa terlalu boroskah?? Harus diteliti satu demi satu, dan aku ingin suami ikut serta dan setiap keputusan garis besarnya. Tidak enak rasanya kalau tiap akhir bulan selalu ditodong dengan berondongan pertanyaan semacam, " Kok sisa duit di ATM tinggal segini?" atau " Kemana saja uang selama sebulan?" dengan muka syok dan tak percaya....-sigh-

Mak-mak MP tercinta.......please deh, bagi ilmu manajemen keuangannya dooonk. Kalau teori nabung dulu trus sisa duit baru dipake biaya hidup sebulan mah aku dah ngeh, tapi kok ya gagal maning.....gagal maning.....kepribeeen..... Duh, si mbok ku pasti geleng-geleng kepala kalau tau anaknya nggak pinter pegang duit nih.
Read More

Selasa, 21 Desember 2010

Buku-Buku MeMa (Mewah dan Mahal)

Teringat suatu waktu beberapa tahun yang lalu ketika masih bertugas di Luwuk, Sulawesi Tengah sekitar tahun 2003. Kalau tidak salah, majalah yang sempat kubaca saat itu adalah majalah Hidayatullah. Ada salah satu bagian keluarga / parenting yang artikelnya ditulis oleh M. Faudzil Adhim. Beliau menuliskan tentang menumbuhkan minat baca kepada anak-anak, dalam hal ini yang dicontohkan adalah yang terjadi di dalam keluarganya sendiri.

Ada kejadian dimana anaknya tidak mau minum obat ketika sakit, tetapi setelah dibacakan buku cerita balita yang berjudul "Aku Tidak Takut Minum Obat" (ternyata terbitan Mizan), alhamdulillah anaknya mau juga minum obat. Saat itu aku masih LDL dan belum punya anak, tapi rasanya pengen banget duduk manis sambil membacakan cerita untuk anak-anakku nanti. Kisah yang lain adalah ketika anak-anak pak Faudzil menabung karena ingin membeli televisi, tetapi keinginan itu dikalahkan dengan keinginan membeli Ensiklopedi Bocah Muslim / EBM (lagi-lagi terbitan Mizan) yang harganya setara televisi baru. Dari situ aku mengetahui bahwa ada tho buku yang wow harganya dengan angka 0 berjejer-jejer sampai jutaan rupiah.Dalam pikiranku muncul banyak pertanyaan, buku macam apa ya yang mahal banget begitu? Pasti super duper bagus isinya, kertasnya kualitas nomer wahid, dan gambar-gambarnya cantik.

Setelah Syifa lahir, mulailah aku mengenalkannya pada buku. Tapi karena buku yang masuk di akal apalagi dari segi harga adalah buku-buku imut tipis murah meriah, maka buku-buku itulah yang lalu kubelikan untuk Syifa yang alhamdulillah antusias dalam merespon buku-buku yang kubacakan. Sampai akhirnya di kantor bisa konek inet, barulah aku browsing EBM, asli pengen tahu penampakan buku mahal ituh. Dan tercengang deh, ternyata tidak hanya EBM ya, ada ILMA, Halo Balita, dan lain-lain yang terbit kemudian. Harganya....teteeep jutaan. Jadi berkhayal bisa beli dan koleksi buku-buku wow itu, punya perpustakaan mini, dan anak-anak bisa menikmatinya. Hampir tiap kali saat aku konek inet, website bukuspesial.com jadi penghias layar kompiku. Bikin ngiler deh melihatnya.

Sewaktu datang ke book fair Juli lalu di Jakarta, makin terkaget-kaget deh. Buku-buku mahal ternyata tidak cuma punya Mizan saja, banyak juga dari penerbit lainnya. Sempat mampir di stannya Grolier dan Pustaka Lebah. Ada juga satu penerbit yang aku tidak familiar dengan namanya, buku yang diterbitkan juga tebal, warna-warni, dan mahal. Tetapi tetep sih, buatku yang sangat kuidamkan adalah EBM. Saat mbak Ratih sering bikin QN promosikan EBM dkk, aku mupeng berat. Alhamdulillah akhirnya ada arisannya jadi bisa ikutan deh.

Kemarin itu ketika mampir ke meja seorang teman kantor, tidak sengaja aku menanyakan buku apa yang ada di mejanya itu, kok kelihatannya menarik sekali. Ternyata buku tersebut adalah buku Cakrawala Pengetahuan Dasar (CPD) terbitan Tiga Raksa. Temanku ini mencoba menawarkannya kepada beberapa teman. Aku yang tidak sengaja ada di situ jadi ditawari juga. Karena begitu lama mengidamkan EBM dan banyak masukan info tentang buku-buku semacam itu, tentu saja hati ini jadi tergoda hehe. Apalagi temanku ini bercerita bahwa CPD sudah tidak ada lagi dalam versi bahasa Indonesia. Tiga Raksa saat ini menjual buku tersebut versi bahasa Inggris, full import, dan tentu saja harganya lebih mahal, sekitar 5 jutaan. Harga yang ditawarkan temanku hanya 2 juta, dan besoknya turun lagi menjadi 1,6 juta bisa dicicil 6x. Duuuh mupeeeng!!!

Mencoba lobi-lobi ke suami, ternyata suami tidak tertarik. Secara dia memang tidak terlalu doyan buku, jadi tidak masuk di akalnya harga buku sebesar itu. Aku jadi bimbang. Akhirnya kusharing saja di Forum Shalahuddin, dan responnya?? Ya Allah, ternyata banyak teman-temanku yang sudah membeli CPD sejak lama, bahkan sejak sebelum menikah lho. Alasannya untuk persiapan kalau nanti punya anak, daripada harganya juga makin naik dan mahal tentunya. Ckckck, hebat euy mereka berfikir sejauh itu. Bahkan ada beberapa teman yang benar-benar koleksi lengkap, bermacam-macam seri dan juga dari bermacam-macam penerbit. Jadi saat kutanya, mereka bisa memberi masukan yang sangat berarti. Justru karena thread itu, makin banyak orang yang sebelumnya tidak tahu (seperti aku) menjadi tahu, buku mana dan penerbit mana yang lebih bagus bukunya atau lebih mahal/murah harganya dibandingkan dengan mutunya.

Hasilnya...banyak yang berminat pada buku yang ditawarkan padaku itu. Aku tentu saja menjadi semakin semangat untuk membelinya. Apalagi banyak yang bilang kalau itu murah banget dibandingkan dengan harga pasaran, bisa dicicil lagi! Well, bismillah akhirnya aku ambil juga satu paket buku CPD tersebut. Awalnya belum bilang sama suami. PDKT dulu laah...cerita pelan-pelan, tentang threadku di forum, tentang banyaknya peminat CPD. Reaksi awal suami sih malah mau jual lagi tuh buku biar untung, aarrggh gemesss. Aku kan maunya beli buat anak-anak, apalagi mumpung Farah baru saja tertarik dibacakan buku. Dulu dia cuek banget kalau aku lagi bacakan cerita, sekarang nagih terus.

Seneng juga, akhirnya suami (mau nggak mau) setuju juga hehe. Mungkin juga karena melihat Syifa antusias banget mau baca bukunya atau mungkin gak tahan melihat muka memelasku ya?? Hihihi. Dan inilah penampakan CPD-nya.


*gambar dari sini
Read More

Senin, 20 Desember 2010

(Episode RS) Kecewa pada RS Tria Dipa

Obat untuk Syifa dan Farah adalah antibiotik karena penyebab sakitnya adalah bakteri. Pada hari pertama masuk RS, kami disodori kertas kecil untuk ditandatangani. Isinya tentang persetujuan pembelian dan pemberian obat paten yang harganya ratusan ribu. Kenapa kami akhirnya setuju dan tanda tangan? Karena di atas kertas tidak tertulis pemberian obat itu untuk berapa hari. Kami pikir ya satu kali tanda tangan untuk satu kali pemberian/satu hari saja. Apalagi keterangan dari suster jaga yang kami tanyai beberapa hari kemudian menegaskan bahwa bila obat tersebut habis, kami akan diberitahu untuk pembelian berikutnya.

Entah kami yang salah mengerti atau suster yang kurang jelas dalam memberikan penjelasan, atau memang suster tidak tahu menahu masalah administrasi RS? Bukankah seharusnya suster-suster yang setiap hari bekerja di sana harusnya paham tentang semua aturan dan cara kerja RS? Atau tidak begitu ya?

Terjadilah insiden itu, ketika anak-anak akhirnya boleh pulang. Tagihan RS membuat mata terbelalak. Obat paten itu ternyata diberikan setiap hari, dan tentu saja jumlah total harganya bikin nyesek. Suami pun marah-marah kepada pihak administrasi dan para suster. Kami merasa tertipu dong. Masalah uang, insyaAllah ada rejeki lagi. Tapi seharusnya pihak RS tidak menyepelekan hal seperti ini. Kalau misal tidak mampu bayar gimana, kan jadi masalah lagi tuh.

Semua ini benar-benar menjadi pengalaman berharga bagi kami, insyaAllah ada hikmahnya, ada sisi positifnya. Hati-hati saja kalau berurusan dengan pihak RS manapun, semua harus jelas terlebih dahulu, jangan malu bertanya ya.

Read More

(Episode RS) Tamu Kejutan!

Hari Kamis yang lalu, selepas adzan Maghrib aku dibuat terkaget-kaget senang. Bagaimana tidak? Dikala kedua buah hati sama-sama terbaring dengan selang infus terpasang, plus jauh dari keluarga besar, ada seorang tamu tak terduga membuat kejutan. Datang menjenguk anak-anak di RS.

Masih teringat ketika ada mbak-mbak (bukan tante-tante lhoh ya) tiba-tiba muncul dari pintu sambil membawa sekotak roti di kedua tangannya. O..o..siapa diaaa...-nyanyi mode on- Aku bertanya-tanya dalam hati. Jangan-jangan ni mbak salah masuk kali ya, aku nggak kenal soalnya.

Eh, dia lalu bertanya apakah aku uminya Syifa dan Farah, dan aku pun mengangguk sambil masih pasang muka heran dan ingin tahu. Dan akhirnya dia pun memperkenalkan diri sebagai....MAKNYA DANIK!!! Huaa asli kageeet, seneeng deh! Langsung kami berjabat tangan erat. Aku masih takjub saja, tidak menyangka kalau teman mayaku di MP yang satu ini mau meluangkan waktu untuk menjenguk. Tentu saja aku sangat gembira!

Akhirnya kami bisa kopdar meski dalam suasana kurang menyenangkan, di RS gitu lho. Duh, mak Danik, terima kasih banyak ya atas kedatanganmu, atas waktu yang sengaja kau luangkan. Jujur, aku amat sangat gembira dan terhibur karenanya. Moga-moga kita bisa bertemu di lain kesempatan ya mak, plus Danik tentunya. Luv u maak *hugs...*
Read More

Kamis, 16 Desember 2010

(Episode RS) Dokter vs Pasien

Jaman sekarang, susah menemukan dokter yang idealis, informatif, baik hati, dan tidak sombong. :( Bagi pasien atau ortu pasien yang sudah mantap hati dan terutama mantap ilmu, pasti tidak akan menerima mentah-mentah anjuran dokter, apalagi ada juga yang menyesatkan -hiiy syereem-. Amat sangat diperlukan second opinion dan sedikit banyak kurang lebih tukar tambah -halaah- ilmu tentang kesehatan.

Untuk ortu parno macam saya, ilmu saja kurang, harus ditambah rasa pede dan kemantapan hati. Benar-benar saya harus banyak belajar, be positive gitu.

Kasus Syifa, entah lebay atau tidak dokter amat sangat menyarankan opname. Dalam kacamata saya, Syifa kena radang tenggorokan dan leukosit tinggi karena memang lagi demam. Terus terang, merah-merah gatal di badannya saya belum tahu apa itu. Bidurankah? Saya belum punya pengalaman tentang hal ini, jadi saya parno hehe. Apalagi ketika dokter bilang dengan mimik kaget bahwa leukositnya tinggi banget, 22.000 lho. Jadi akhirnya ga kepikiran mencari second opinion, apalagi dengan keadaan Farah juga lagi opname. Siapa yang akan mengantar Syifa ke dokter lain? Abinya? Wah, anak-anak akan rewel apalagi bila diperiksa dokter
tanpa ditemani uminya. Selain itu, kalaupun saya ngotot Syifa rawat di rumah, saya tidak bisa menjaga dan menemaninya. Menyerahkan sepenuhnya ke para mbaknya, duh ga tega. Akhirnya saya setuju untuk opname Syifa.

Semalam Syifa diberi antibiotik yang harganya mahal, obat paten katanya. Ya sudahlah. Alhamdulillah, merah-merah di badannya sudah hilang dan sudah tidak panas lagi. Tadi pagi juga dapat 2 macam suntikan di infusnya plus antibiotik mahal lagi-nyesek-. Duh jadi kotak amal ni badan anakku. Jadi pengen ketemu dokternya, pengen nanya-nanya. Pengen cepat pulang dengan anak-anak.
Read More

(Episode RS) Ngumpul Semua

Hari keempat nginep di RS. Alhamdulillah setelah Farah berhasil diinfus dan diberi antibiotik lewat infusnya, seharian sudah tidak demam lagi.

Tapi yang membuat gelisah, di rumah Syifa juga demam sudah hari kedua, langsung tinggi pula, 39 derajat Celcius. Berdoa dalam hati semoga demam biasa, kuatir juga karena tidak ada batpilnya. Dia hanya mengeluhkan tenggorokannya sakit untuk menelan. Kupikir demamnya gara-gara radang tenggorakan saja.

Nah, pas malam harinya ada sms masuk dari mbak Anik yang mengabarkan bahwa di seluruh badan Syifa keluar tampek/campak yang gatal. Kagetlah aku! Syifa kan sudah pernah diimunisasi campak, kok masih bisa kena ya?

Duh, jantung dag dig dug. Waktu itu suami masih menjenguk Farah, jadi Syifa di rumah dengan mbak-mbaknya. Daripada kuatir, akhirnya Syifa dibawa saja ke DSA di RS Tria Dipa juga, sekalian gitu lagipula aku dah kangen sama dia, beberapa hari gak ketemu.

Oleh DSA ditanya ada tidak riwayat alergi, ada batpil tidak, dan kujawab tidak ada semua. Bingung juga dokternya, ''Bukan campak ini.'' katanya. Jadi diminta cek darah dulu deh, cuma di ujung jari. Dan hasilnya membuat dokter kaget, leukositnya tinggi. Ya Allah, sampai 22.000 yang mana normalnya 10.000.

Langsung saja DSA minta agar Syifa diopname aja. Katanya dia kena infeksi bakteri. Sewaktu kutanya apa bisa dirawat di rumah saja, dokter bilang tidak berani menyarankan itu. Duh, kebayang ga gimana perasaanku waktu itu? Anakku dua-duanya masuk RS euy, mana belum punya asuransi haha.

Ya sudahlah, kuterima saran dokter. Dengan pertimbangan kalaupun rawat mandiri, aku tidak bisa pegang langsung karena masih harus menemani Farah. Kebetulan tempat tidur di sebelah Farah kosong, jadi kuminta agar Syifa dirawat sekamar aja dengan adiknya. Untuk memudahkan aku juga lah ya.

Finally, malam keempat kami ngumpul bersama lagi, tapi TKP di RS. Kuanggap semua ini ujian dan cobaan, semoga kami bisa lulus. Tersenyum juga melihat wajah anak-anak yang polos, mereka saling memperlihatkan bekas tusukan jarum dan infusnya sambil membanggakan ada berapa tusukan yang didapat. Ah anak-anakku, cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah yuk.

Read More

Rabu, 15 Desember 2010

(Episode RS) 13 Tusukan

Ke-1 : Cek darah.

Ke-2 s.d. Ke-9 : Tusuk tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, kaki kiri mau diinfus tapi gatot. Anaknya dehidrasi sih. Nangis sampai lemes, berkeringat. Emak n bapaknya ikutan lemes, jantung serasa jatuh ke lantai ;(

Ke-10 : Ambil darah di ujung jari

Ke-11 : Tes mantoux. Nangis n teriakannya dahsyat. Maknya sampai merinding.

Ke-12 dan 13 : Coba diinfus lagi. Alhamdulillah tusukan kedua berhasil. Sampai sekarang tangan kanannya masih sering diliat-liat, dielus, sambil mengaduh, hiks.

Walhasil, tiap ada suster, CS, pengantar makanan yang bermasker ria. Farah langsung parno, ketakutan, teriak-teriak minta dipeluk.

Moga menjadi pengalaman pertama dan terakhir ya Nak. Moga ga sakit sampai nginep di RS lagi.
Read More

Senin, 13 Desember 2010

Cerita Saja

Malam kedua jagain Farah di RS Tria Dipa. Sendiri saja, suami tidur di rumah dengan Syifa.

Pengalaman kedua kalinya, anak sakit sampai rawat inap. Semoga ke depannya tidak sampai terjadi lagi, harapan semua orang tua kan ya. Teringat dulu aku dan adikku sama-sama sakit-sakitan, tapi tidak pernah sampai opname. Mama dengan telaten merawat kami. Bahkan ketika kami terkena gejala typus, sampai hampir sebulan tidak masuk sekolah. Tiap hari mual muntah, terbaring lemas di tempat tidur saja.

Kenapa ya dulu kami tidak dibawa ke RS? Hem, masalah biaya tentu saja. Tapi pasti ada alasan yang lebih kuat daripada itu. Kupikir itu adalah kekuatan hati Mama dan kepercayaan dirinya. Tidak gampang parno macam aku tentunya :p Tapi yang kulakan menurutku cukup beralasan, melihat banyaknya virus penyakit yang baru, aneh-aneh, dan berbahaya. Jelas bikin parno.

Tidak percaya diri! Ketika ada kemungkinan anak bisa dirawat intensif sendiri dengan paduan pengobatan modern dan tradisional (herba), aku memilih amannya saja. Meski kadang merasa tidak puas juga dengan bapak ibu dokter yang pelit penjelasan dan jualan obat.

Sepertinya harus makin banyak menimba ilmu kesehatan nih. Biar sama-sama puas, mau pilih rawat inap di RS atau rawat jalan atau rawat mandiri di rumah.
Read More

Kamis, 09 Desember 2010

Kabar Terkini

Nggak cuma berita nasional atau berita selebritis lah. Aku juga punya kabar terkini.

Farah demam lagi -sigh- kok jadi tiap bulan yah? Imun tubuhnya kurang kali ya...tuh anak jadi kelihatan makin kurus, atau tingginya yang nambah?? Demamnya sudah 4 hari, semalam sampai 39,2 derajat Celcius. Jadi kukasi parasetamol deh, kukompres dengan kompres merk apaan gitu lupa. Alhamdulillah turun jadi 38,5 derajat. Trus laporan dari Sinta kalau siang ini naik lagi jadi 39 derajat, oke deh parasetamol lagi. Kalau demam hari pertama dan kedua kemarin sih tidak sampai 39 derajat.

Batpil?? Ada gak ya...jangan sampai terulang lagi kejadian bulan lalu, yang aku kelupaan kalau ada batpilnya. Terlanjur dibawa ke dokter, mahal bo, kasih antibiotik lagi! Kali ini.....hemm....awal-awal hari ada batuk-batuk dikit banget, tapi dua hari ini nggak ada batpilnya sama sekali. Lingkungan sekitar?? Walah, teman-teman mainnya Farah kena batpil semua, pada meler tuh idung-idung mungil sembari uhuk-uhuk. Moga-moga Farah cepet baikan, mohon do'anya ya.... Kasihan nih, maknya yang parno duluan.

PRT....hari ini ada lagi yang datang, lagi-lagi dari Sukabumi. Masih saudara jauhnya si Lina yang kemarin itu lho. Jadi dia adalah calon PRTku yang ketiga dari Sukabumi (kampungnya si Omesh kan yah...-halah-). Moga-moga cocok -berdoa dengan sangat-, capek gonta-ganti, capek sama Sinta, pengen segera memulangkannya.

Sudah sore, siap-siap pulang ke rumah. Kangen anak-anak, jadi harus tetep fit, segar, ceria saat sampai rumah, tidak hanya demi anak-anak, tapi demi bapaknya anak-anak juga hihihi.
Read More

Rabu, 08 Desember 2010

Belajar Lagi Nih

Sejak berangkat ke Jakarta akhir Mei yang lalu, terpaksa kegiatan halaqohku terhenti. Mencoba mencari tempat liqo yang baru tetapi tidak mudah juga ternyata, padahal sudah meminta bantuan kepada beberapa teman, tapi belum ada hasil.

Alhamdulillah ketika sudah mulai kembali aktif ngantor lagi, malah mendapatkan banyak kemudahan. Info dari teman seruanganku bahwa untuk halaqoh bisa ikut di masjid kantor pada jam istirahat bada dhuhur. Langsung semangat deh, kenalan sama ibu-ibu yang berwenang mengurusi masalah halaqoh ini. Heemm...nambah teman lagi alhamdulillah.... Senangnya akhirnya aku bisa aktif halaqoh lagi, bisa belajar lagi, nambah ilmu lagi. Apalagi diadakan di hari kerja yang berarti pas weekend aku bener-bener bisa full di rumah, tidak keluar kemana-mana lagi selain bersama keluarga.

Beberapa hari yang lalu, ketika bertemu dengan murabbiku di toilet wanita, beliau menanyakan apakah aku sudah ikut tahsin atau tidak. Wah, ada juga tho belajar tahsin di kantor?? Duuh...senangnya! Tentu saja aku mau ikut. Dari info yang kudapatkan, pelajaran tahsin juga pada jam istirahat kantor, sip deh. Tadi siang setelah makan siang, langsung saja aku turun ke masjid, ternyata sudah banyak yang datang untuk ikutan tahsin. Ada beberapa kelompok, dan aku harus dites dulu bacaan Al-Qur'anku untuk dilihat sejauh mana penguasaan tajwid dkk. Akhirnya aku dimasukkan di kelompoknya bu Tarwi dan alhamdulillah hari ini sudah mulai belajar tahsin.

Ternyata aku masih harus banyak belajar, tadi saja sampai monyong-monyong nih bibir belajarnya hehe. Tapi senang rasanya, merasa amat sangat terbantu ada kegiatan seperti ini di lingkungan kantor.
Read More

Jumat, 03 Desember 2010

Buku Lagi....Beli Lagi...

Wanita mana yang tidak suka berbelanja...
Ibu rumah tangga maupun ibu bekerja kantoran sama saja . Apalagi kalau bisa beli secara kredit alias nyicil ya, atau beli secara arisan rame-rame, ya kan....Macam-macam kesukaan para wanita ini, dari yang hobi belanja tas, sepatu, jam, baju, sebut saja deh. Ada yang belanja secara "mikir" maksudnya beli kalau yang ada sudah rusak, atau yang belanja secara "normal" maksudnya beli dan punya tidak cuma satu tapi beberapa yang jumlahnya masih wajar. Atau yang belanjanya "luar biasa" ya....campuran dari suka, hobi, koleksi, atau nagih??

Seperti ibu kepala seksiku nih, beliau sukaaa banget dengan jam tangan. Tiap hari jam tangan yang dipakainya ganti-ganti lho, bermacam merk dan bermacam harga, dari yang ori sampai yang kw. Dan....belinya juga bisa hampir tiap hari haha kebayang nggak? Hampir tiap hari si ibu ini jalan ke belakang kantor yang jadi pasar kaget, sukanya lihat jam-jam tangan yang macem-macem warna dan model itu. Ada juga ibu-ibu yang beli jilbab bisa langsung 18 potong, padahal harga satuannya 100 ribu lho, totalannya aja sudah bisa bikin bengong.

Kalau aku?? Hem...kategori mana ya....sepertinya kategori belanja yang "normal" deh. Tidak ngirit banget, tapi dibilang boros juga nggak tuh (ngeleeeess :p). Tapi kalau soal buku?? Hehehe...kayanya termasuk yang "luar biasa" nih. Masalahnya, masih banyak tuh buku baru belum dibaca numpuk di rak buku, ada yang masih bersampul plastik malah. Tapi....tetep aja tiap ada buku yang disuka dan ada dananya, langsung beli dan beli.

Hem...dan baru-baru ini aku untuk pertama kalinya beli buku buaguuusss banget yang harganya maharani alias mahallll menurutku, terbitan Tiga Raksa. Padahal aku juga sedang arisan buku EBM yang juga mahaalll. Tapi, buku kan jendela ilmu ya. Buku kan gak lekang dimakan waktu (kalau dimakan rayap sih bisa). Buka kan berguna bangeeett..... Buku kan investasi. Buku kan ........

Jadi, meski harus beradu argumen dulu dengan suami masalah beli buku. Meski harus merayu dengan beribu cara. Meski harus rela tidak nyambangi salon untuk perawatan. Meski harus ngirit pulsa dan jajan. Tekad sudah bulat, mumpung anak-anak masih kecil, dan insya Allah ada calon anak-anak lagi nantinya, aku akan memberanikan diri, mencicil untuk beli buku-buku wow itu.


Read More