Senin, 20 Juni 2011

[Ultah Cambai : Flash Fiction] Cinta Semusim

Angin laut menerpaku....keras...dan aku pun bagai tertampar. Suara ombak yang biasanya menenangkan, kini malah semakin membuatku kacau.

Kupandang laut lepas, kupandang langit luas.....hatiku galau. Ingin kuberteriak sekeras mungkin, sekuat mungkin, tapi tertahan. Mataku basah sudah, lisanku berucap istighfar, lagi, dan lagi, tapi tiada arti.

Hatiku sudah memilih, meski kutahu bahwa pilihanku salah. Masih sempat terucap do'a dan harap, ingin ku bisa berhenti dan berbalik arah. Namun aku kalah. Tiada lagi akal sehat di dalam kepalaku.

Teringat akan suamiku, aku mencintainya, namun saat ini aku membencinya. Semua hal indah tentang kami seolah tiada.

Kubalikkan badan, di sana seorang lelaki telah menungguku.

###############
Ditulis untuk meramaikan ultah Cambai, baru pertama kali nulis FF, ketentuan jumlah kata sepertinya tidak terpenuhi. Biarlah, yang penting ngumpulin .
Read More

[Ultah Cambai : Kisah Nyata Ditolak] Ditolak Suami

Pernikahan dini, seperti itulah orang menyebutnya. Teringat jaman sewaktu sinetron ini booming ya. Ada juga sinetron dengan judul "Kecil-Kecil Jadi Manten", hihi tahun berapa kedua sinetron ini dulu diputar ya? -jadi kuis- Begitulah, aku dan suami memang menikah di usia muda. Saat itu usiaku baru 19 tahun dan suami belum genap 20 tahun. Meski awalnya kedua orang tua sama-sama tidak setuju, pada akhirnya mereka pun merestui. Alasan utamanya adalah kami berdua sama-sama jauh dari orang tua, merantau ke kota Angin Mamiri untuk kuliah lalu bekerja. Dipaksa untuk hidup mandiri, dan untuk bisa memutuskan ataupun memilih banyak hal sendiri. Mengingat tidak adanya Waskat alias Pengawasan Melekat dari orang tua, kami sadar diri. Lebih baik menikah dini untuk lebih berhati-hati.

Namanya juga pernikahan anak ingusan, sama-sama anak mami, tentu saja tidaklah mudah. Apalagi dengan bekal ilmu agama yang minimalis, benar-benar kami harus berjuang. Tapi Allah SWT Maha Tahu, kami digodog lagi melalui proses LDL selama hampir 2 tahun, antara Majene, Sulbar dan Luwuk, Sulteng. Ketika kami akhirnya bisa berkumpul kembali, kami sudah lebih siap untuk berumah tangga. Di usia 22 tahun alhamdulillah aku melahirkan Syifa dan hidup kami menjadi lebih bermakna, berwarna.

Tetap saja, sebagai pasangan muda dengan "darah muda"nya, dengan ego setinggi langitnya, pertengkaran, debat, salah paham masih selalu menghiasi. Apalagi sifatku yang sensitif, mudah marah, dan belum bisa menahan lidah ini, huff amat sangat merepotkan. Pernah suatu ketika, ada perselisihan kecil dan tak sengaja aku menyebut-nyebut tentang ibu mertua. Suami langsung naik pitam, tersinggung berat, mukanya menjadi sedingin es. Takuuut deh melihatnya. Duh, menyesal tiada guna, kata-kata itu sudah terucap. Berhari-hari aku tidak diajaknya bicara, dianggapnya aku angin lalu. Saat aku ajak bicara, dia dingin tanpa tanggapan, memandang pun tidak. Setiap pulang kantor, dia sibuk bermain dengan Syifa, seolah aku tak ada di sana. Aku menyesal, amat sangat menyesal. Aku meminta maaf, tapi sepertinya dia masih belum bisa ikhlas memaafkanku.

Entah sudah hari keberapa -lupa-, akhirnya pada suatu hari dia menggodaku, dia tersenyum dan mengajakku bicara!!! Ya Rabb...rasanya mak ceesss...hatiku adeeem serasa diguyur air surga -lebay-. Mataku langsung basah oleh air mata kelegaan dan bahagia, langsung kutubruk dia dan kupeluk dengan erat sambil tergugu meminta ma'af dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi ocehan kurang ajar seperti kemarin.

Begitulah cara suamiku kalau sudah amat sangat marah, dia akan mendiamkanku. Kalau dengan kata-kata aku masih saja ndableg, dia pasti akan betah dan kuat berdiam diri. Siksaan berat buatku yang cerewet dan suka bicara ini, karena tidak ada teman untuk bercanda dan ngobrol . Dengan cara ini memang lebih mengena buatku, memberiku waktu untuk berpikir dan instropeksi diri.

*************************
Tulisan ini diikutsertakan untuk meramaikan ultah Cambai. Disetor pas the last day hihi.
Read More

Selasa, 14 Juni 2011

[My Pregnancy] 22 weeks (kata bu DSOG)

Tanggal 4 Juni 2011 kemarin kontrol sama bu dokter di RSB Duren Tiga. Deg-degan, karena udah diniatin mau nanya jenis kelamin si jabang bayi yang udah lasak di dalam perutku ini. Pengen tau aja, penasaran gitu. Mau USG 3D kok ya.......eman-eman...mahaaallll hihi, jadi cukuplah dengan USG biasa saja deh.

Bulan sebelumnya periksa ke dokter di dekat rumah, kok katanya sudah 20 minggu gitu. Aku heran saja, cepet banget yak hitungannya? Di bu dokter yang ini katanya baru 21 minggu, berarti sekarang udah 22 mingguan kan ya. Masih deg-degan, apalagi ketika bu dokter mendekat, ambil posisi duduk di sebelahku, mengambil alat USG trus mendekatkannya ke perutku. Belum sempat bibir ini terbuka untuk bertanya, eeehh...bu dokter ngagetin aja, langsung bilang " Eeee cowok....". Kaget tho jadinya, beneran nih bu, si jabang bayi kelaminnya cowok?? Duuh, alhamdulillah.....seneeeeng. Suami sampe gimanaaa gitu mukanya, gak percaya haha. Pesan suami ke aku, kalau kontrol selanjutnya agar ditanyakan ulang, bener gak jenis kelaminnya cowok. Kuatir kalau si ibu dokter salah lihat kali ya....
Setelah mempunyai 2 anak yang kedua-duanya cewek, maka insyaAllah kalau ini jabang bayi beneran cowok, heem..memang merupakan suatu nikmat dan rejeki yang benar-benar dinantikan kami dan keluarga besar.

Oya, BB baru naik sekitar 4 kg saja. Heem...kok dikit ya? Aku males maem sih, gak serakus pas hamil Syifa atau Farah dulu. Susu jarang, makan tetap porsi kecil dan tetap 3x sehari, tapi insyaAllah buah n sayur gak kurang. Tapi untuk melengkapi, vitamin dari dokter kutelan juga, sayang, sudah ditebus soalnya. Syifa tiap hari selalu bertanya apakah kehamilanku sudah 6 bulan, kok lama gitu, kapan 9 bulannya?? Hihihi....gak sabar mau lihat adik bayi ya nak.... Mohon do'anya ya, agar sehat selalu dan lancar jaya semua-semuanya.


Read More

Jumat, 10 Juni 2011

Ust. Yusuf Mansur, Ippho Santosa, dan Memberi

Pasti sudah kenal dengan mereka berdua kan ya? Ustadz Yusuf dengan ciri khas materi dakwahnya tentang memberi, sedekah, dan balasan dari Allah SWT yang subhanallah mencengangkan. Banyak yang sudah mengalaminya, mereka langsung mendapat bonus balasan dari Nya. Langsung mendapatkan cap LUNAS .

Buku-buku made in Ust. Yusuf juga sudah banyak yang beredar. Hoohoo, ternyata satu pun aku belum punya dan selama ini tidak tertarik untuk membelinya. Heemm.....kenapa ya?? Nah, sekarang sedang heboh buku-buku made in Ippho Santosa yang Percepatan Rezeki dan 7 Keajaiban Rezeki. Kalau Ust. Yusuf menyampaikan sebagai seorang da'i, pak Ippho menyampaikan materi "memberi" ini sebagai seorang motivator. Heeemm.....gabungan yang dahsyat pastinya. Aku juga belum beli dan baca bukunya Ippho. Teman-teman di Forum Shalahuddin heboh membicarakannya, tentang aktifkan otak kanan juga kan ya.

Mencari info tentang buku Ippho, ada yang jual harga 75 ribu sampai 65 ribu untuk Percepatan Rezeki. Eh, di mbak Retnadi hanya 55 ribu saja.....asiiik!!! Mau..mau...pengen segera baca, penasaran. Secara aku dan suami kayanya otak kiri banget, serba perhitungan, serba make logika. Secara iman kurang kuat mungkin ya.....

Dapat sms dari teman tentang amalan paling praktis adalah kepedulian pada sesama. Dia baru saja ikut seminarnya pak Ippho haha, semangat banget smsin aku melulu. Isinya : Kalau kita mau pintar, ya pintarkan orang lain. Ingin kaya? Kayakan orang lain. Ingin sukses? Sukseskan orang lain. Ingin do'a terkabul? Do'akan orang lain. Ingin ditolong Allah? Tolong orang lain. Heem sesuai kan dengan hadits Rasullullah yang ini,
Barangsiapa ingin agar do'anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad)

Aah....rasa-rasanya aku perlu lebih berusaha, berjuang dengan keras dan konsisten untuk lebih banyak melakukan amalan sholeh dan kebaikan pada orang lain. Rasa-rasanya selama ini aku begitu egois, ngurusin diri sendiri saja, lupa tugas sebagai manusia yang harus saling membantu. Dulu sebelum tinggal di Jakarta, sering prihatin melihat anak jalanan, kampung kumuh, dan sisi lain Jakarta lainnya. Tapi sesudah tinggal di sini, kok malah gak berbuat apa-apa ya meski sedikit. Malah larut dalam rutinitas tiada henti dalam lingkaran hidup pribadi. Astaghfirullah.......

Read More

Kamis, 09 Juni 2011

Apa Saja Do'amu?

Do'a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya'la)

Minimal lima kali dalam sehari, dalam sholat maupun sesudahnya, aku berdo'a. Menengadahkan tangan, meminta dengan suara lembut dan hati berharap. Di luar waktu-waktu itu pun seringkali kita membisikkan do'a, entah di saat senang, terlebih-lebih lagi di saat susah. Tiba-tiba saja aku memikirkan, selama ini do'a-do'a apa saja yang kumohonkan setiap selesai sholat ya?

Hemm....rasa-rasanya hanya do'a-do'a standar. Mengapa kubilang standar? Karena selalu do'a itu yang terucap, berulang-ulang, terlantun selalu setiap hari. Mendo'akan orang tua, suami, diri sendiri, anak-anak, adik-adik, dan muslimin muslimat seluruhnya. Umum saja, memintakan ampunan atas dosa, memohonkan rahmat dan hidayah, meminta kesehatan, dikaruniai anak-anak sholeh, meminta diluaskan rejeki yang halal dan thoyib, memohon agar dimudahkan untuk berbuat amal sholeh. Standar kan?

Padahal sebenarnya masih banyaaaak yang mau kumintakan pada Allah SWT. Masih banyaaak yang mau kumasukkan dalam list do'aku. Tentu saja lebih mendetail gitu loh. Tapi mengapa aku tidak melakukannya? Mengapa aku merasa malu untuk meminta? Merasa do'a-do'aku itu tidak penting dan sepele, jika dibandingkan dengan banyak hal lainnya. Ehem...iya sih, do'a-do'a yang kumaksud tadi memang begitu duniawi, pantas aku merasa malu untuk memintakannya.

Bodohnya aku, mengapa aku harus merasa seperti itu? Bukankah Allah SWT Maha Pencipta, Maha Memiliki, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Berkehendak dan Maha Pemberi? Tidak ada yang mustahil bagiNya, tidak ada. Dan bukankah kita sebagai hamba memang harus menjadikanNya tempat untuk memohon, untuk meminta?!

Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Murah hati. Allah malu bila ada hambaNya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa. (HR. Al Hakim)

Tiada seorang berdo'a kepada Allah dengan suatu do'a, kecuali dikabulkanNya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana) yang serupa. (HR. Ath-Thabrani)

Lalu mengapa aku harus sungkan untuk meminta pada Nya?
Read More