Rabu, 24 Oktober 2012

[PRT] Duh, Susahnya

Makin kesini makin susah mencari PRT, apalagi dengan embel-embel kriteria baik, amanah bin jujur, sregep bin rajin, sabar sama anak-anak. Serasa mencari jarum dalam jerami, seolah mencari mutiara di lautan *halah.

Banyak pabrik di mana-mana membuka lapangan pekerjaan. Anak-anak gadis yang putus sekolah pun berbondong-bondong menjadi buruh pabrik, berbekal ijazah SMP-nya mungkin, atau SMA-nya. Enak kerja di pabrik, lebih berkelas daripada menjadi PRT. Lebih gaul pula, banyak teman, haha hihi, kos bareng rame-rame, atau yang rumahnya dekat pabrik, enak bisa ngirit. Dan yang pasti, kerja di pabrik tidak usah capek mikir, kerjanya itu-itu saja. Tidak harus memakai emosi. Tidak capek hati.

Kalau jadi PRT, harus rajin-rajin. Salah sedikit bisa diomeli. Banyak peraturan dari majikan. Beda rumah ya beda aturannya. Apalagi kalau ada anak-anak yang harus dijaga, tambah ribet deh. Harus gini harus gitu, ga boleh gini ga boleh gitu. Capek deh ah (-_-"). Bisa-bisa makan hati, putus cinta deh ga boleh telpon-telponan melulu sama pacar.

Makin kesini makin susah mencari PRT.
Read More

Senin, 22 Oktober 2012

[PRT] Manusia, Bukan Robot

Seringkali, kami melupakan satu hal. Bahwa kami memperkerjakan dan bekerja sama dengan manusia, bukan robot. Robot memang bisa disuruh semaunya, kapan saja, tidak capek, tidak protes. Robot juga bisa dimatikan, kalau kita sudah tidak butuh lagi, atau kembali dinyalakan ketika kita membutuhkan tenaganya. Kepada robot kita tidak usah capek-capek memikirkan emosi bin perasaan, bahkan logika. Bahkan, kepada robot kita hanya memberikan sedikit saja, ganti baterai atau diisi ulang tenaganya? Hem, plus servis perbaikan mungkin ya (kapan ya ada robot PRT?).

Seringkali, kami terlalu egois (mungkin). Banyak melupakan bahwa mereka juga sejenis dengan kami, manusia, bukan lelembut yang imut-imut :D. Merasa sudah memberi upah yang lumayan besar, merasa sudah urun toleransi juga pada mereka, merasa sudah menurunkan standart tinggi yang kami patok, kebanyakan merasa tapi lupa merasakan.

Dalam banyak hal, memang ada kasus PRT yang na'udzubillah ulahnya. Ada yang bawa masuk cowok ke kamar, ada yang sampai hamil di luar nikah, ada yang hobi mencuri, ada yang suka cubitin dan marahin anak, dll, dkk. Pokoknya bikin panas adem, bikin kepala pening, bikin galau para WM seperti aku ini. Sudah 7 tahun sejak anak pertama lahir sampai sekarang, keluargaku putus sambung hubungan dengan mbak-mbak yang silih berganti.

Dari sekian banyak, memang ada yang bikin cenat-cenut. Dapet yang suka mencuri pernah, dapet yang suka bohong, dapet yang suka pacaran sampai ber-hape-ria lupa waktu (ini sih biasa yaa), dapet yang berhenti tiba-tiba karena hamil di luar nikah (padahal mbaknya baiiiiiik deh (_ _")), sampe mbak yang biasa merokok. Alhamdulillah, beberapa kali mendapat yang baik dan sayang anak-anak. Ada yang sampe 2 tahun kerja, ada yang 1 tahun, dan berhentinya karena hal lain, bukan karena hubungan dalam negeri antara kami.

Nah, sejak pindah ke Jakarta pertengahan 2010 yang lalu, alhamdulillah bisa  dapat mbak A yang akhir tahun 2012 ini berarti sudah 2 tahun bekerja di rumah. Sejak ada Azzam, mbak A tugas utamanya jagain dia. Mbak yang satunya beres-beres rumah dan bantu-bantuin mbak A. Selama 2 tahun ini, partnernya mbak A yang gonta-ganti, mbak A sih alhamdulillah tetep. Sudah cocok dan mbak A sudah memahami tabiat kami sekeluarga.

Kalau flash back lagi, pengorbanan mbak A tuh banyak juga. Mbak A ini sudah berkeluarga dan punya anak cowok berusia 4 tahun, yang sehari-hari lebih banyak bersama dengan bapaknya daripada mbak A. Ya karena mbak A seharian di rumahku jaga anak-anakku. Beberapa kali kepentingannya tersisihkan kala harus bertugas di rumah, pun ketika anaknya sakit. Saat-saat seperti itu aku juga ikut merasakan tidak enaknya perasaan si mbak, tidak bisa berada di samping anaknya sehari penuh. Meski aku membolehkan dia tidak datang, tapi pada akhirnya dia selalu muncul di rumah. Mungkin dia kepikiran juga ya, siapa yang jaga krucil di rumah, padahal aku tetap harus ngantor.

Ketika kami pindah ke Bintaro, mbak A rela menginap dari Minggu malam sampai Kamis malam. Jum'at malam dia pulang ke Mampang, libur dua hari dan balik lagi ke Bintaro pada Minggu malam atau Senin subuh. Aku selalu berdo'a, agar keluarga mbak A sehat selalu, anak-anakku juga sehat, jadi dia maupun aku bisa bekerja dengan hati tenang. Tak terbayangkan kelunya hati, kalau anak si mbak sakit dan harus berpisah berhari-hari seperti itu. Alhamdulillah, keluarga kecil mbak A kini ikut pindah sekitaran Bintaro, tepatnya di Cipulir. Jadi, kini mbak A bisa PP dari rumahnya ke rumahku naik motor.

Mbak A ini tipikalnya berani protes hehe. Baguslah begitu, karena aku sadar seringkali berbuat salah terutama sebagai "bos"nya. Mungkin karena jarak usia kami yang tidak terpaut jauh dan juga kami lebih sering berkomunikasi layaknya teman, sehingga dia lebih bebas dalam menyuarakan kata hatinya. Meski kadang membuat sebal juga, karena kata-kata yang dipilihnya lewat sms terkesan kurang sopan (ga sampe kurang ajar lah). Tapi aku berusaha maklum, mungkin memang hanya itu pilihan kata yang bisa dia berikan ^_^ .

Seperti kejadian beberapa hari yang lalu, terkirim sms-sms bernada protesnya yang panjang kali lebar. Sempat membuat mataku mendelik dan hatiku dongkol -sigh- tapi aku langsung ngerem dan instropeksi diri. Ya, apa yang dia katakan ada benarnya. Ya, aku dan suami ada salahnya. Ya, baiklah kita cari win-win solution. Karena aku tau, kami masih sangat membutuhkan mbak A. Karena aku tau, tidak akan mudah mencari pengganti yang baik, sayang anak, dan bertanggung jawab seperti mbak A. Karena aku tau, lebih baik ngemong, sedikit mengalah, dan tidak membesarkan masalah, bila masalahnya bisa diselesaikan baik-baik. Seni berhubungan dengan manusia, memang selamanya tidak selalu mudah :).

Read More

Kamis, 11 Oktober 2012

Duhai Suami, Wanitamu.

Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak keindahannya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri. Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek oleh terpaan badai, terombang-ambing oleh hempasan angin dan basah kuyub meski oleh setitik air.

Oleh karenanya, jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yang menyakitkan karena hatinya begitu lembut. Jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dengan menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman.

Sebaiknya tidak sekali-kali membuatnya menangis oleh sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski airnya tak lagi membasahi kelopak matanya.

Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk mendapatkan kecantikan sesungguhnya. Karenanya, melihat tanpa membuka tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu mengelabui mata. Orang perlu berjuang menyusur ombak, menahan arus, dan menantang semua bahayanya untuk bisa meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus memiliki bekal yang cukup sehingga layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.

Terhenyak aku membaca kalimat demi kalimat yang tersusun indah (dan romantis, menurutku) saat blogwalking beberapa waktu yang lalu. Atas seijin empunya tulisan yaitu masichang, aku pun mencatutnya di jurnalku kali ini. Bahasannya pas banget, dan membuatku ingin menuliskannya.

Wanita, banyak yang bilang bahwa wanita itu lemah. Kenyataannya, wanita itu kuat dan tegar, plus tahan sakit :), oleh karena itu wanita ditakdirkan untuk melahirkan dan menjadi ibu. Tapi memang, wanita identik dengan kehalusan perasaannya. Wanita ada untuk diperlakukan dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang, sejatinya demikian. Dikarenakan agar jiwanya terbangun kasih sayang dan kesabaran, yang digunakan sepanjang waktu dalam mendampingi anak-anak dan keluarganya tanpa perasaan tersakiti. 

Rasulullah saw bersabda, "Berwasiatlah untuk para wanita karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk dan yang paling bengkok dari bagian tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika engkau ingin meluruskan tulang rusuk tersebut maka engkau akan mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya maka ia akan tetap bengkok, maka berwasiatlah untuk para wanita(HR Al-Bukhari III/1212 no 3153 dan V/1987 no 4890 dari hadits Abu Hurairah)

Berwasiat dimaknai agar hendaknya para suami memberikan perhatian serius dalam bersikap baik terhadap para wanita. Oleh karena itu Rasulullah saw membuka wasiatnya dengan sabdanya "Berwasiatlah untuk para wanita" dan menutup wasiatnya dengan mengulangi sabdanya " maka berwasiatlah untuk para wanita" untuk menegaskan hal ini.

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk dan ia (seorang wanita) tidak akan lurus bagimu di atas satu jalan, maka jika engkau menikmatinya maka engkau akan menikmatinya dan pada dirinya ada kebengkokan, dan jika engkau meluruskannya maka engkau akan mematahkannya. Dan patahnya wanita adalah menceraikannya.” (HR Muslim II/1091 no 1468)

Aku teringat hadits tentang tulang yang bengkok ini, karena dulu saat LDL dengan misua, aku dengan semangat 45 membaca buku-buku tentang pernikahan dan masalah rumah tangga. Dengan pemahamanku yang cetek, aku menafsirkannya bahwa kodrat wanita diciptakan dengan penuh kekurangan, tidak bisa sempurna, seshalihat apapun wanita tersebut. So, tidak mungkin bagi suami untuk mengharapkan istrinya lurus 100 persen alias sempurna, sama saja dengan mengharapkan kemustahilan dari istrinya!!

Oke, tapi bukan berarti wanita dibiarkan bengkok gitu ya. Wajiblah buat suami untuk mendidik dan membimbingnya, tentu saja dengan lemah lembut. Jika ingin memperbaiki wanita dengan cepat dan tergesa-gesa, dengan kasar, kemarahan, cacian, hinaan, maka sesuai hadits di atas, akan patahlah tulang tersebut. 

Apakah terlihat mudah? Kenyataannya rumit banget. Di sini dibutuhkan suami yang bisa bersabar dan mempunyai ilmu untuk mendidik dan membimbing istrinya. Aku percaya kok, jika istri diperlakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang, sekeras apa pun dia, lama-kelamaan akan mencair dan makin sayang plus patuh kepada suaminya. Istri mana pun tahu, salah satu syarat ia masuk surga adalah dengan ridho suaminya. 

Para suami, sanggupkah engkau bersikap gentle pada istrimu, pada wanitamu? Rasulullah saw adalah sebaik-baik orang yang bersikap baik terhadap istrinya. Beliau tegas, tapi hatinya lembut :D. 
Read More

[Syifa] Kena Cacar

Untuk pertama kalinya, Syifa sakit cacar air. Pantesan selama seminggu belakangan ini dia sering hangat badannya kalau malam, suka ngigau, dan mengeluh badannya pegel-pegel minta dipijitin. Kukira hanya batpil biasa lah, tidak disangka hari Selasa sore muncul bintik-bintik merah di sekujur tubuhnya. Kaget lah ya, tapi berusaha ga parno. Langsung gugling as usual, dan ngasi beberapa instruksi ke si mbak di rumah. Bintik-bintik merahnya berisi cairan dan gatel, diolesin minyak but-but aka minyak herba jawi andalan di rumah. Syifa diminta agar tidak menggaruk-garuknya. Mbak Anik bilang Syifa ga boleh mandi, oh no, padalah harus tetap mandi dong ya, agar kuman-kuman tidak makin keenakan ngendon di kulit Syifa. Harusnya mandi dengan air yang ditambahi larutan PK ya, tapi aku belum beli. Obatnya saat ini hanya madu, propolis 5 tetes 2x sehari, banyak minum dan makan buah. Aku memilih untuk tidak ke dokter.

Sembari memijit, kami mengobrol, ternyata salah satu temannya di sekolah baru saja terkena cacar air juga. Setelah semingguan tidak masuk sekolah, beberapa hari yang lalu dia masuk sekolah kembali dan sering bermain bersama Syifa. Pantes, tertular kayanya ya. Pas daya tahan tubuh Syifa mungkin sedang drop, si virus ini menyerang, yo wis kejadian.

Khawatir nih kalau Farah dan Azzam tertular si cacar, tapi kok susah untuk meminta mereka bertiga agar tidak saling berdekatan. Syifa sejak Selasa tidak masuk sekolah, dan bosan kalau selalu berbaring di tempat tidur. Apalagi, kondisi badannya sudah jauh lebih enakan, hanya si bintil-bintil cacarnya saja yang belum semuanya pecah. Semoga saja adik-adiknya tidak ikut tertular, Amin.
Read More