Rabu, 31 Desember 2014

Hujan dan Kenangan

Ingat bintang film Korea yang main di film Full House itu? Imut, cakep hihihi. Bukan, ini bukan tentang si mas Rain itu kok. Maklumlah, sejak siang tadi hujan turun dengan intens, langit pasrah dipeluk mendung pekat. Aku hanya bisa menggigil meski tidak kehujanan. Yup, karena suhu AC di ruangan kantorku ini entah mengapa terasa dingin sekali. Jemariku terasa anyep alias dingin dan kulitnya terasa kering. Meski hari ini aku memakai gamis berbahan tebal, namun ternyata tidak cukup untuk bisa menghangatkan tubuh. Memakai jaket? Males ah, meskipun ada tuh nganggur, nyampir di kursiku. Males aja, lebih memilih kedinginan sambil nyeruput kopi instan hasil ngembat punya teman hehehe.

Oya, balik lagi mau ngomongin tentang hujan. Aku sukaaaa hujan. Apa karena aku ini orangnya melankolis romantis ya? Ada hubungannya gitu? Entahlah. Pokoknya suka hujan, titik. Meski ya ga berani main hujan-hujanan gitu. Sadar diri lah judulnya, meski aku yakin akan amat sangat menikmati mandi kembang eh mandi hujan, tapi kalau nanti akhirnya harus gebres-gebres, bersin pilek, pusing migrain, walah, matur nuwun, ga usah deh. Mendingan memakai jas hujan, yang penting tetap bisa menikmati tiap tetesnya dengan memainkan air hujan di jemari ketika motor yang dikendarai suami menembus kemacetan Jakarta menuju rumah.

Banyakkah orang yang menyukai dan ngefans pada hujan? Angkat tangan dong, komen dong, ceritain kenapa suka hujan :) Kalau aku, ketika kondisi hati lagi netral, tidak sedang mellow, galaw markalaw, aku akan memandang hujan dengan penuh tatapan mesra dan takjub. Ingin berputar-putar di bawah guyuran hujan sambil tersenyum lebaaarr dan merentangkan kedua tangan. Berasa sinetron banget yak? Atau teringat scene-nya India he acha acha nehi nehi? Hihi, tapi memang itu yang selalu terlintas dalam anganku. Meski pada kenyataanya hanya bisa menatapnya dengan tetap berlindung di bawah atap yang aman dan tidak membuat diri ini basah.

Nah, ketika kondisi hatiku sedang resah gelisah gundah gulana, maka aku akan makin terhanyut dalam nuansa abu-abu biru turunnya hujan. Hujan akan membuatku makin meringis menahan tangis ataupun malah melepaskan isakan, tergantung situasi kondisi saat itu. Kalau ada orang lain sih, ya mending ditahan, ga lucu kalau mewek begitu kan, dikira sedang shoot adegan sinetron :p Ajaibnya, meski membuat diriku makin terhanyut, hujan juga akan membuat hati makin lega, merasa lebih kuat, dan tangguh. Hujan, dalam kondisi apapun, lebih mudah mengingatkanku akan kebesaran dan keagungan Allah. Hujan itu berkah dan rahmat. Do'a-do'a insyaAllah akan dikabulkan di waktu hujan. Ketika hujan, bibir dan lidah ini lebih mudah menyebut namaNya, lebih lancar dzikir memujiNya.

Ada satu kenangan indah tentang hujan, kejadian di bulan Juni 2014 silam. Seperti biasa, aku dan suami setiap hari pulang pergi bekerja naik sepeda motor. Kami sudah sampai di jalan Veteran ketika tiba-tiba hujan turun. Wah, padahal jas hujan yang kami bawa hanya satu pasang saja. Beberapa waktu yang lalu, jas hujan satunya hilang diambil orang. Tau saja si pencuri kalau kami baru saja membeli jas hujan yang baru, merk oke lagi, Axio. Pantas saja hilang, lumayan buat yang ambil :D

Deg-degan berharap hujan hanya berupa rintik saja, ternyata malah turun begitu deras disertai angin kencang dan petir menggelegar berkali-kali. Ya Rabb, hanya bisa pasrah. Akhirnya jas hujan satu-satunya kupakai dan si mas basah kuyup menerjang hujan. Kasihan banget sama si mas, tapi ya gimana lagi. Secara fisik aku memang lebih lemah, bisa langsung sakit kalau hujan-hujanan, malam-malam pula.

Masuk jalan Kesehatan, tiba-tiba motor kami mogok. Innalillahi, bensinnya habis. Qodarullah, tadi dari kantor lupa isi bensin dulu dan habis kok ya pas di kondisi hujan angin begitu. Jadi kami pun akhirnya berjalan kaki menembus guyuran hujan dan banjir di atas mata kaki. Tidak ada penjual bensin eceran di sekitar sana, maka kami harus berjalan lumayan jauh untuk sampai di pom bensin. Si mas menuntun motor dan aku mengikutinya di belakang.

Tiba-tiba ada seorang pengendara motor menepi, berbicara dengan suami dan lalu mereka mencari tempat berteduh. Aku yang tertinggal di belakang segera menyusul sambil bertanya-tanya. Masya Allah, ternyata si bapak menawarkan bensin di tangki motornya untuk motor kami. Dalam kondisi hujan angin, banjir, dan kilat terus menyambar, begitu banyak pengendara lain berlalu begitu saja tetapi bapak ini mau berhenti dan membantu.

Kami berteduh di depan sebuah bengkel yang sudah tutup. Air makin meninggi dan hujan tak menandakan akan berkurang intensitasnya saat itu. Si bapak tersebut membuka selang bensin di motornya lalu menampung tetesan bensin ke dalam sebuah botol yang didapat suamiku dari meminjam kepada pemilik bengkel tempat kami berteduh. Ah, meski sedikit, bensinnya sangat berharga bagi kami. Kebaikan bapak itu begitu terasa hangat, menghapus kepenatan tubuh kami yang kedinginan. Allah Maha Baik, masih ada orang yang tulus ikhlas membantu sesama. Alhamdulillah. Semoga Allah merahmatimu Pak, juga melapangkan rejekimu. Aamiin.

Tulisan ini diikutsertakan dalam  A Story of Cantigi's First Giveaway.






Read More

Senin, 29 Desember 2014

Shampo Kuda

Bermula dari dimasukkannya aku ke sebuah grup jualan seorang teman di FB. Ada banyak item yang ditawarkan, salah satunya adalah shampo Caviar ini. Kalau dari keterangan produknya sih, duh membuatku mupeng. Pengen banget nyobain khasiat shampo impor dari Aussie ini yang katanya bisa mempercepat pertumbuhan rambut, cocok bangetlah untuk yang rambutnya rontok macam aku ini. Di grup itu ditawarkan dengan harga Rp80rb atau Rp90rb gitu deh, aku lupa.


Selang beberapa hari kemudian, salah satu kontak FB ku menawarkan shampo yang sama dengan harga lebih murah, yaitu Rp75rb. Langsung saja aku memesan sebotol shampo impor ini. Sudah kepo pengen nyoba gimana, pokoknya penasaran dengan hasilnya. Apalagi di grup teman-teman kantor sudah ada yang memakai dan memberi testimoni kalau shamponya oke punya, rambut berkurang rontoknya, mengembang dan ada banyak tumbuh rambut baru. Wah, menggiurkan tho!

Begitu shamponya sudah kuterima, sepulang kantor langsung deh keramas hihihi. Haruuum deh shamponya, setelah beberapa kali pakai memang terbukti rambut rontokku jauh berkurang dan ramburku ga mudah lepek. Senangnya! Oya, yang membuatku geli adalah keterangan produk yang tertempel di botolnya. Tercetak "Use both human and horses." Ngikik langsung deh aku pas bacanya. Oalaaah pantas ada gambar kuda di kemasan shamponya ckckck. Ternyata shampo ini di sana dipakaikan ke kuda juga supaya rambutnya berkilau dan halus hehe. Barulah aku tersadar kalau shampo kuda ini sedang booming. Banyak OS yang jual dari harga murah meriah sampai mendekati Rp100rb. Eh, konon ada yang palsunya lho ya. Hati-hati juga kalau membeli, jangan-jangan murah tapi aspal.

Iseng aku posting foto shampoku dan nyetatus di FB. Eh, ternyata yang komen banyak dan rata-rata tertarik ingin mencoba. Sambil menyelam minum air, akhirnya aku kontak teman FB tempatku membeli shampo tadi dan menjadi resellernya. Alhamdulillah sekitar 50an botol shampo sudah laku terjual, lumayanlah ^_^ Ada juga teman yang memberi testimoni bahwa rambutnya yang awalnya kalau diikat hanya jadi satu ikatan sekarang bisa jadi dua ikatan karena rambutnya jauh lebih banyak. Waduuuuh testimoni yang mantaaabss.

Sayangnya, namanya kosmetik tetap ya dengan prinsip cocok-cocokan. Bisa oke hasilnya di satu orang belum tentu oke juga di orang lain. Di aku, setelah pemakaian selama kurang lebih dua mingguan, lha kok rambutku jadi rontok lagi. Apa pemakaiannya harus diperjarang? Entahlah. Saat ini sih aku stop dulu memakai shampo kuda ini, diganti dengan shampo alami keluaran Java Remedies. Sebotol kecil harganya lumayan mihil, maklum lah namanya juga shampo alami bebas dari zat kimia macam-macam. Cara penyimpanannya pun harus di dalam lemari es agar awet.

Sudah tahu kan kalau di Indonesia ini banyak orang kreatif, apa aja bisa jadi selorohan. Seringnya sih lucu meski ada juga yang jayus. Nah, boomingnya shampo kuda ini ditandai dengan munculnya kartun lucu tentang pria yang setelah memakai shampo kuda, ealah wajahnya berubah jadi kaya kuda hihihi.



Read More

Senin, 15 Desember 2014

Langsat Singosari

Suatu ketika, dalam perjalanan mudik ke Salatiga belasan tahun yang lalu. Kalau tidak salah saat itu aku masih duduk di bangku SMP. Kami sekeluarga naik bis dan aku duduk bertiga dengan mbak ponakan dan juga seorang bapak-bapak. Beliau mengajakku mengobrol, menanyakan banyak hal, dan juga bercerita. 

Saat dia tahu bahwa rumahku di Singosari, beliau langsung semangat bercerita. Katanya dulu dia juga lama tinggal di sana. Masa kecilnya penuh dengan kenangan indah, mandi di sungai yang jernih, memanjat pohon, dan puas memakan buah langsep di kala panen. Katanya, langsep uenak itu ya langsep Singosari, terkenal di mana-mana.

Asyik aku mendengarnya bercerita dan akhirnya mengajukan pertanyaan heran, "Lho, emang langsep itu asalnya dari Singosari? Kok ga ada pohonnya?" Jujur aku baru tahu kalau langsep Singosari itu terkenal dan memang dibudidaya di sana. Lha perasaan aku ga ngeh ada pohonnya, atau aku kali yang ga pernah blusukan hehe. Maklum, sejenis anak rumahan gitu :p

Langsep atau langsat, bernama latin Lansium parasiticum, ada juga saudaranya yang lebih manis yaitu duku, ada juga yang menyebutnya kokosan. Ternyata, seiring berjalannya waktu dan perkembangan kota, memang sudah banyak sekali pohon langsep yang ditebang. Pohon langsep di Singosari berumur di atas 50 tahun, bahkan ada yang mencapai 150 tahun. Semua asal biji yang baru berbuah setelah umur 12-15 tahun. Langsep Singosari berbunga pada Desember-Januari; panen, Maret-April. Dahulu ia banyak dijumpai di Desa Candirenggo di sekitar bangunan peninggalan Kerajaan Singosari. Masih adakah kini pepohonan langsep di sana?

 
Sumber: http://www.tanaman.id/2014/10/manis-langsat-singosari.html
Read More

Bang Thoyib Pulang!

Udah pasti tahu dong ya lagu si Bang Thoyib yang dua kali lebaran ga pulang itu. Nah, parahnya nih, aku tuh udah tiga kali lebaran ga pulang kampung huhuhuhu. Sedihnya ga ketulungan, padahal hanya Jakarta - Malang aja lho, tapi sayangnya memang kondisi kami tidak memungkinkan untuk pulang. Beberapa kejadian tidak mengenakkan yang terjadi beberapa tahun yang lalu itu membuat kondisi keuangan keluargaku acak adut. Alhamdulillah orang tuaku dan mertua selalu mensupport dan mendoakan, in sya Allah semua akan indah pada waktunya. Nah, alhamdulillah bulan ini kami mendapatkan rejeki sehingga in sya Allah bisa beli tiket mudik.

Berburu tiket itu memang sesuatu. Memompa adrenalin juga karena serba adu cepat, ada rasa kuatir tidak kebagian tiket dan makin deg-deg plas kala ada aral rintang sebelum tiket benar-benar resmi kita miliki. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berburu tiket, jadi rasanya kali ini memang melegakan pada akhirnya, iya, in sya Allah aku bisa pulang. Anak-anak juga excited, sueneng sampai-sampai Syifa menghitung mundur hari H kepulangan kami nantinya.

Ceritanya nih, hari Minggu pagi kemarin (7/12) ketika aku dan misua sedang santai ngeteh, tiba-tiba saja aku teringat bahwa Syifa mendapatkan liburan UAS sampe tanggal 11 Januari 2015. Langsung deh aku usul agar kami mudik bulan depan. Mumpung ada rejeki, mumpung anak-anak liburan, dan mumpung masih awal tahun yang berarti jatah cuti kami masih banyak.

Segera saja aku hunting tiket di paditrain. Nyari tanggal 4 Jan, hari Minggu, eh ternyata masih 400an seat. Langsung deh buking untuk 2 dewasa dan 3 anak. Butuh waktu lumayan lama karena aku harus register dulu di sana, yah namanya juga baru kali ini beli tiket via paditrain. Oalah, ternyata maksimal bukingan hanya bisa untuk 4 orang saja. Ulang lagi kan tuh dari awal. Ganti buking 1 dewasa dan 3 anak, isi data rinci calon penumpang, haduh makan waktu lagi. Nah, pas udah beres dan klik pemesanan, olalaaaa tiketnya udah sold out sodara-sodara. Huhuhu ratusan seat habis dalam sekejab 

Pantang mundur, pokoknya harus jadi pulang. Akhirnya aku milih tanggal 5 Januari saja, dan alhamdulillah dapat. Legaaaa, tinggal ngacir ke atm tuk bayar aja. Sebelumnya aku coba bayar via ebanking tapi ga ada kode PT.KAI di multipayment. Mau coba pake CC juga gagal, yo wis ke atm aja. Lha kok, pas ke ATM malah gagal proses. Coba ke ATM lainnya lagi masih sama, gagal. Dengan hati termehek-mehek aku ngajakin misua beli tiket di Indomart aja, pokoknya ga boleh pulang dengan tangan hampa. Done, dapat juga tiket untukku dan 3 krucil. Sayangnya kalau beli tiket di Indomart ga bisa milih tempat duduk :(

Tiket berangkatku dan anak-anak sudah oke, tinggal punya misua. Lha kok KTP dia ketinggalan di rumah. Huhu yo wis, balik pulang dan aku log in paditrain lagi. Mesen buat dia plus sekalian tiket baliknya dari Malang. Oya, pantas saja tadi pas mau bayar via ATM gagal, lha wong aku ga masukin tambahan 3 angka di depan kode transaksinya *tepokjidat. Haduuuh, efek bingung karepe dewe. Setelah ngeh, aku ngacir ke ATM lagi untuk pembayaran tiket balik ke Jakarta. Alhamdulillah, beres. Tinggal ajukan cuti dan in sya Allah bisa mudik. Do’akan lancar jaya yaaa temans :)



Read More

Senin, 08 Desember 2014

Teringat Kematian


Dari jendela kamar, aku bisa melihat pesawat terbang melintasi langit malam. Hanya berupa titik kecil kelap-kelip, selintas, lalu menghilang. Kapan ya terakhir kali aku naik pesawat? Sepertinya sudah bertahun yang lalu hiks.

Bagaimana perasaanmu ketika sedang mengudara? Pernah tidak, naik pesawat butut yang membuatmu parno? Aku pernah, sungguh kondisi armada pesawat terburuk yang pernah kunaiki. Bikin bergidik, langsung terlintas kecelakaan pesawat Adam Air. Duh, langsung deh dzikir banyak-banyak. Berusaha menenangkan diri, lintasan bayangan kematian terasa begitu dekat.

Begitupun ketika sedang melakukan perjalanan darat, dengan bis misalnya. Duduk di bangku agak depan, akan membuatmu kelojotan hehe. Supir bis AKAP biasanya kebut-kebutan, suka main rem mendadak pula. Duuh, terbayang deh aneka berita kecelakaan lalin di depan mata. Ah, resah gelisah jadinya mengingat kematian yang tak terduga, kapan dan di mana.

Seringkali kita mengingat mati pada momen yang terjadi saat kita berada di luar zona nyaman kita. Sebaliknya, sehari-hari kita melebur dalam rutinitas, dalam lingkaran yang kita buat sendiri. Maka kita terlena akan mengingat mati, bahkan mungkin lupa. Na’udzubillah. Padahal, sejatinya kematian begitu dekat. Tak dapat kita bersembunyi darinya.

 "Di mana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa’-78)

Read More

Selasa, 25 November 2014

Catatan Penting: Ruam Pada Anak


Kemarin belajar lagi, setelah browsing tapi merasa kurang puas. Akhirnya balik lagi ke kitab andalan dari dr. Purnamawati SpAK, MMPed, duduk manis deh baca ulang. Ada catatan penting tentang ruam kulit ketika demam.

*Demam dan ruam umumnya disebabkan oleh virus campak, rubella, atau roseola. Bedakan ketiganya dari pola timbulnya ruam serta dari gejala yang menyertainya.

*Campak: Demam tinggi (39-41°C), batuk pilek, sensitif terhadap cahaya (silau/pusing bila terkena cahaya). Saat demam masih tinggi mulai muncul ruam di dahi dan wajah (hari ke-4 - hari ke-5), hari berikutnya demam berkurang dan ruam bertambah di badan lalu merata hingga kaki, demam pun reda. Ruam bisa gatal, kasar, dan bersisik, dalam proses penyembuhan akan menghitam.

*Rubella: Demam umumnya tidak terlalu tinggi dengan gejala lebih ringan dari campak. Ruam muncul merata saat demam (hari ke-4 - hari ke-7).

*Roseola: Diawali demam tinggi (gejala lain minimal) yang turun setelah 2-3 hari lalu muncul ruam di dada, punggung, lengan, kemudian merata ke muka, dan jarang mencapai kaki. Munculnya ruam setelah demam reda merupakan gejala khas roseola. Ruam tidak gatal. Umumnya ringan.

*Campak, rubella, dan roseola, cacar air TIDAK butuh obat apapun selain penurun panas parasetamol. JANGAN beri penurun panas yang mengandung asetosal/aspirin karena dapat menimbulkan sindrom reye yaitu radang hati dan radang otak akut. Kedua, jaga asupan cairan dan nutrisi, observasi keadaan umum anak. Bila kejang, sesak napas, kesadaran menurun, segera bawa anak ke RS.

Jadi yaaa, lagi-lagi ada koleksi antibiotik oleh-oleh dari dokter kemarin. Antibiotiknya tidak kuberikan ke anak-anak. Penyakit yang disebabkan oleh virus, percuma saja kan kalau dilawan dengan antibiotik.

Read More

Trio Kwek-kwek Sakit

Kamis malam (13/11) Syifa demam, akhirnya Jumat dia tak masuk sekolah. Hari Sabtu dia masih demam dan lemas. Kata si mbak, dia melihat ada ruam kemerahan di dekat telinga Syifa. Lalu mulai muncul kemerahan di wajahnya pada hari Minggu. Senin dia ingin masuk sekolah meski badannya masih lemas. Aku jadi curiga karena kondisinya bukan seperti flu biasa. Biasanya kalau demam flu, setelah demam reda badan terasa lebih fit dan tidak lemas.

Sepulang sekolah, si mbak lapor ternyata badan Syifa demam lagi. Muncul kemerahan di seluruh tubuh terutama perut dan dada. Waduh, jadi teringat kondisi yang sama ketika usianya 5th dulu. Kemungkinan Syifa terkena campak nih. Sore itu aku jadi tak tenang di kantor, rasanya ingin segera pulang untuk memeriksa kondisi Syifa. Sepulang kantor aku langsung membawanya ke dokter terdekat, hanya untuk memastikan apakah sakit yang dideritanya campak atau bukan. Dulu saat dia campak sampai dirawat inap di RS lho karena ketidaktahuanku akan penanganan campak. Mau aja nurut sama dokter yang bilang Syifa harus dirawat, padahal di home treatment aja sih bisa sembuh sendiri sebetulnya. Jadi parno kalau inget pengalaman dulu itu.

Setelah diperiksa memang diagnosa dokter adalah campak. Syifa harus istirahat dan memulihkan kondisi tubuhnya agar si virus segera minggat. Berarti dia akan tinggal di rumah, tidak usah bersekolah. Syifa sedih dan meneteskan air mata. Bukan, bukan karena sakitnya, tapi karena dia tak bisa mengikuti Field Trip hari Selasa (18/11) beserta teman-temannya.Sudah sejak lama Syifa mengangankan acara Field Trip ini. Menanti dengan gembira, bahkan menghitung hari. Merencanakan dan menyiapkan ini itu, membicarakannya denganku maupun adiknya. Malam sebelum hari H Syifa masih merajuk, berusaha agar dia tetap bisa berangkat. Kujelaskan padanya tentang kondisi tubuhnya, tentang kerepotan bu guru dan teman-temannya kalau Syifa tetap ngotot berangkat. Kali ini Syifa belajar untuk menerima kenyataan pahit dan rencana yang tak berjalan sesuai dengan yang diingikannya.

Alhamdulillah setelah demamnya turun, Syifa tetap makan dengan lahap, ngemil pun jalan. Tapi Farah malah muntah-muntah terus. Senin malam (17/11) demam juga, jadi mereka ga ada yang sekolah. Tiap habis makan, dimuntahkan semua oleh Farah. Kuberikan makan minum lagi, meski sedikit dan bukan nasi. Kucoba memberikan bubur kacang ijo, pasta instan,tempe dll tapi dimuntahkan juga. Farah sudah mulai mengeluhkan gatal dan kulihat ada ruam muncul di lengannya, tapi hanya sedikit dan hilang beberapa hari kemudian. Kondisi Azzam juga demam dan batuk pilek, aku deg-degan sambil terus observasi kondisinya. Khawatir kalau Azzam terkena campak juga. Farah dan Azzam tidak ikut imunisasi campak ketika bayi, hanya Syifa yang dulu sudah imunisasi lengkap anjuran Pemerintah. Eh, malah Syifa yang sudah kena campak 2x hihi.

Sakit bebarengan begini, memang bikin capek dan repot tapi malah enak, moga sembuhnya nanti bisa bersamaan juga. Maka aku pun ijin tidak bekerja selama 3 hari sejak Selasa (18/11) sampai dengan Kamis (20/11). Anak-anak malah seneng emaknya di rumah, mereka bisa bermanja-manja. Makan saja minta disuapi semua, terutama Azzam tuh manja banget. Mau pipis aja minta diantar lho, padahal biasanya bisa sendiri. Mudah-mudahan mereka semua segera fit kembali, aamiin. Musim penghujan memang musim penyakit. Daya tahan tubuh harus ditingkatkan agar kami semua tahan banting ^_^



Read More

Senin, 17 November 2014

Bapak Penjual Dim Sum

Di samping gerbang belakang kantor, berjajarlah aneka penjual makanan dan minuman. Ada otak-otak, siomay ikan, es podeng, pecel, es cendol durian, dim sum, soto dan sate madura, gado-gado dan paling ujung ada penjual gorengan. Setiap harinya, ketika jam makan siang tiba, para pegawai terlihat ramai membeli aneka makanan itu. Kalau diamati yang paling ramai pembeli adalah penjual pecel. Antriannya panjang hingga menutup jalan. Lalu es cendol durian juga tak kalah ramai pembeli. Namun, ada satu dagangan yang paling sepi di antara lainnya, yaitu dim sum.

Beberapa kali saat aku makan soto atau sate kambing, yang letaknya persis di samping penjual dim sum. Aku memperhatikan bapak penjualnya yang menunggu pembeli datang dengan sabar. Ah, hati ini ikut harap-harap cemas. Makin gelisah rasanya kala sudah setengah jam lebih aku duduk di sana, namun belum ada juga pembeli yang datang menghampiri si bapak. Sementara penjual lain terlihat sibuk dengan para pembeli, bapak ini duduk manis menyebarkan pandangan, menanti.

Betapa sosok si bapak mengingatkanku pada Papa. Kulitnya yang hitam, rambut belah pinggirnya yang sedikit memutih, usianya yang paruh baya, dan terutama wajahnya yang nampak sabar. Ah aku kangen Papa. Hati ini ikut melonjak girang ketika ada pembeli datang untuk membeli dagangan si bapak. Lega dan bersyukur rasanya. Aku sudah merasakan sendiri, saat-saat di mana amat sangat butuh uang dan berharap ada yang membeli jualanku. Jadi ketika ada rejeki meghampiri, rasanya bersyukuuur sekali.

Harganya yang Rp11ribu berisi 4 buah dim sum kecil-kecil itu mungkin memang menjadi pilihan terakhir bagi pembeli yang ingin jajan. Banyak yang lebih memilih untuk membeli es cendol durian yang enak dan menyegarkan, atau jajanan khas Aceh buatan uni-uni yang juga selalu ramai pembeli, atau es podeng yang juga sedap diminum di siang bolong. Untuk pegawai semacam diriku yang harus berhemat setiap harinya, membeli dim sum atau jajanan lainnya tentu saja adalah suatu kemewahan. Lebih baik uang segitu dipakai untuk jatah makan siang saja hehe.

Semoga apa-apa yang kita usahakan semaksimal mungkin setiap harinya bisa berbuah keberkahan. Semoga pintu-pintu rejeki selalu dibukakan untuk kita semua, terutama untuk hamba-hambaNya yang beriman dan memilih usaha yang halal. Aamiin.
Read More

Kamis, 13 November 2014

Terhipnotis Drakor

Niatan rajin ngisi jurnal di blog hilang lagi deh. Malah lebih sering nyetatus panjang kali lebar di FB. Itung-itung sekalian personal branding lah *eeaaa* haha, ya biar kelihatan "hidup" gitu FB nya. Kan di sono selain sebagai tempat menjalin pertemanan juga tempat untuk mendulang rejeki :D Balik lagi ngebahas status quo di blog beberapa minggu belakangan ini. Semua terjadi karena mata dan pikiranku malah tertuju ke makhluk-makhluk sipit yang berakting oke di beberapa drama korea.

Yaaaaak, aku terhipnotis setiap hari menonton drama korea hasil donlotan seorang teman. Sembari kerja menerima surat dan membuka amplop-amplop surat setinggi gunung, mataku menatap layar komputer dengan berbinar-binar. Kadang cekikikan sendiri karena ada adegan ngebanyol, kadang juga aku mewek sambil ngelap air mata yang menetes. Bayangin kalau tiba-tiba ada kurir surat mendekat, eh kaget dong melihatku sedang berurai air mata, hidung plendas-plendus memerah, haha ga bangeeeet! Sedia tisu sebelum mewek pokoknya, jadi sigap ngelap air mata dan ingus qiqiqi.

Selain waktu tersita untuk drama korea, tangan ini juga masih setia pencet-pencetin gadget di tangan. Ya iyalah secara aku jualan online. Bersyukur banget dah, sekarang ini aku ditempatkan di bagian penerimaan surat. Beban kerja ga besar, kerjaan setiap hari kelar, dan banyak waktu luang untuk bisa menambah keterampilan. Eeerr, keterampilan jemari dan mata hohoho.

Ini lho dua drama ciamik yang barusan selesai aku tonton :

Fated to Love You terdiri dari 20 episode, enak kan, ga sampe ratusan kaya sinetron yang makin lama makin geje ceritanya. Pemerannya Jang Hyuk, Jang Na-ra, Choi Jin-hyuk, dan Wang Ji-won. Eh, nama pemeran aku nyontek dari Wikipedia ya hehe. Aku tuh cuma suka nonton aja, ga ngeh sama nama artis Koreanya, ciyus!
Nah, selesai menonton Fated to Love You langsung tancap gas nonton It's Ok That's Love. Hanya 16 episode niii, lebih cepat selesainya hehe, asik laah. Aku sebenarnya kurang sreg dengan pemeran utama wanitanya, Gong Hyo-jin. Etapi lama-lama dilihat dia cantik juga kok. Wajahnya lebih asli, ga terlalu banyak permak kayanya hehe. Dulu pernah liat dia main di serial Pasta di Indosiar. Pemeran prianya Jo In-sung, cakep juga sih tapi kaya cewek hehe. Banyak ya artis pria Korea yang kaya cewek gitu @_@

Oya, Mama dan adikku juga penggemar serial drama. Mau itu dari Jepang, Korea, Taiwan, pokoknya bukan sinetron Indonesia aja deh hihi. Bukannya ga cinta sama produk lokal ya, soalnya level aktingnya juga jauh. Plus jumlah episode sinetron yang Masya Allah buanyaknyaaaa, sampe ratusan dengan cerita yang makin tidak bermutu hiks. Kalau nonton serial drama Korea dkk itu, duh beneran bisa bikin ketawa juga menangis deh. Bikin keranjingan hehe. Btw di RCTI juga akan ditayangkan 3 judul serial drakor lho. Tapi kalau nonton dari stasiun TV gitu males karena terpotong iklan yang waduh banyak dan lama, bikin sebel. Mending nonton donlotan deh hehehe.
Read More

Selasa, 28 Oktober 2014

Puisi Subuh

Tafakur

Mereguk senyap lamat-lamat.
Mengaduknya kembali agar tercampur nikmat.
Hanya aku dan bunyi jam dinding berirama.
Tak akan bisa terulang, tak pernah bisa kembali.
Waktu yang kau dan aku sia-siakan.
Kesempatan yang kau dan aku lepaskan.
Semua akan tandas, seperti kopi yang mengering di gelas.

*menuju subuh, entah kesempatan yang keberapa. Alhamdulillah


Bersujud

Subuh kali ini
Dingin mencumbui tiada jengah
Membuatku tercekat, enggan pindah
Namun, ngilu di sekujur rerasa tak kunjung binasa
Pada akhirnya, kukumpulkan tenaga, hanya untuk berserah.
Bukan kalah.


Read More

Rindu

Kutemukan lagi serpihan rindu.
Berbayang kelabu meniti syahdu.
Ada gundah nan gelisah, enyahkan pilu.
Saat tersadar akan rintihan kalbu,
seharusnya hanya pada Rabbmu kau mengadu.
;bergegaslah



Read More

Senin, 27 Oktober 2014

Bercakap dengan Sunyi

Tiada rasa sungkan
Mungkin telah menguap
terbawa angin malam
Juga tiada rasa malu
Ah, telah lebur dengan waktu
Kadang aku berbisik
Seringkali aku pun terbahak
Untaian kataku tiada habis
Bersamamu melepaskanku










Read More

Saat Membayar Zakat Fitrah

Sang istri cemberut, wajahnya ditekuk. Sudah lebih dari dua minggu ia ingatkan suaminya agar segera membayarkan zakat fitrah. Takutnya, ia atau suaminya terlupa. Kenapa tidak disegerakan saja? Kenapa perbuatan baik kok ditunda-tunda?

"Ramadhan tinggal hitungan hari, kenapa tak segera dibayarkan zakatnya?" tanya sang istri sedikit emosi.

"Dulu ayahku selalu membayarkan zakat pas malam takbiran lho. Selalu begitu setiap tahunnya." Jawab sang suami santai.

"Ah, dipas-pasin kali. Mepet banget waktunya. Mending segera, daripada lupa. Cepetan ah diantar uang zakatnya." sergah sang istri.

Akhirnya sang suami membayarkan zakat fitrah keluarganya malam itu, dua hari sebelum Lebaran. Tersenyum senang, sang istri merasa lega, sembari membuka hape dan membaca broadcast BBM yang berisi:

Waktu mengeluarkan zakat fithri terbagi dua:

1. Waktu utama:

Dimulai sejak matahari terbenam pada malam ‘Id hingga shalat ‘Id. Lebih utama antara shalat Fajar dan shalat ‘Id.

Ibnu Umar radhiallahu anhuma berkata,

“Beliau (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) memerintahkan agar (zakat fitrah) ditunaikan sebelum orang-orang keluar untuk shalat (Id).” (Mutafaq alaih)

2. Waktu yang dibolehkan

Yaitu, sehari atau dua hari sebelum ‘Id. Sebagaimana terdapat dalam shahih Bukhari: “Mereka (para shahabat) biasanya memberikan (zakat fitrah) kepada orang-orang miskin sehari atau dua hari sebelum Idul Fithri.” (HR. Bukhari)

Maka hal tersebut merupakan ijmak para shahabat.

Wajah sang istri pun tersipu malu. Duhai, ternyata benar adanya yang dilakukan bapak mertuaku. Lalu aku? Ah, ternyata masih miskin ilmu. Hadits tentang bayar zakat saja sekarang baru tahu @_@

*kepingceritaRamadhan2014






Read More

Jumat, 24 Oktober 2014

Reject-an Laris Manis

Mau cerita kejadian hampir sebulan yang lalu ah. Kala itu ada bazar dalam rangka Idul Adha di masjid kantor. Beragam barang bisa dijumpai di sana, sebut saja obat-obatan herbal, buku, makanan, raket badminton second, baju anak, sampai baju menyusui Mamigaya yang diskon 50% karena kondisinya cacat alias reject. Ada yang bolong kecil, ga kentara sih, dan ada juga yang hanya kena noda. Nodanya ada yang berasal dari coretan spidol atau bolpen, sepertinya bekas para penjahit menggambar pola baju di kain ya. Ada juga noda kotor, mungkin bisa hilang kalau dicuci, mungkin juga tidak. Jelasnya sih, kalau untuk baju cacat, aku lebih memilih yang ada noda saja. Toh kondisi kain masih utuh, ga berlubang. Kalau yang cacatnya bolong kan harus dijahit tuh walau sedikit, males ah aku hihi. Eh itu aku aja kali ya yang males :D

Baju menyusui Mamigaya adalah salah satu brand baju menyusui yang sedang naik daun. Kalau dibandingkan dengan merek lain, harganya memang cukup terjangkau, motif dan bahannya pun oke punya. Monggo dicek ke sini kalau kepo hihi. Mamigaya ini salah satu jualanku juga. Tapi ketika bazar kemarin bukan aku kok yang jualan, melainkan teh Nina dari lantai 25 yang merupakan saudara dari empunya brand Mamigaya. Kalau biasanya untuk mendapatkan Mamigaya reject tuh hanya mendapatkan diskon 30% - 40% saja, nah ini bisa dapat diskon 50%. Waduh, jadi semangat deh aku bongkar-bongkar bajunya yang tersedia sampai 2 karung guede itu. 

Meski aku jualan Mamigaya, tapi selama ini aku hanya mupeng aja dengan berbagai koleksinya yang lucu-lucu. Pernah tuh aku keep yang aku naksir banget, niatnya ga kujual. Eh, ternyata ada yang mau, yo wis akhirnya kulepas. Ga jadi punya deh hoho. Lagipula Azzam kan sudah gede tuh, udah ga sering nenen kaya pas masih bayi, jadi ya aku ga urgent juga baju menyusuinya. Beberapa kali kaya gitu, nyimpan untuk diri sendiri akhirnya dijual juga ketika ada customer ada nyari motif itu hehe. Nah, pas ada yang diskon gede, biar kata reject, aku hunting lah terutama untuk dress-dressnya yang mana kemarin tuh best seller. Bahannya enak banget dipakai, lembut, adem lho. 

Iseng aku upload pic tumpukan baju diskonan itu plus nyetatus di FB, pamer kalau ada barang reject Mamigaya dengan aneka model dan motif. Ealah lha kok yang komen buanyak, ujung-ujungnya mupeng dan nitip minta dibelikan juga. Alhasil hari pertama bazar aku bolak-balik dari ruangan kerjaku ke samping masjid tempat bazar untuk membelikan aneka titipan emak-emak FB. Fyuh capek juga lama-lama, lantas terpikir kenapa tidak sekalian saja aku ambil yang buanyak untuk dijual lagi. Mumpung ada banyak barang ready di depan mata dan mumpung banyak peminat kan ya hoho. 

Taraaaa akhirnya ide itu kurealisasikan juga. Aku bikin woro-woro di FB bahwa untuk pengganti capek dan riweuhnya packing nanti, aku jual baju-baju reject itu dengan diskon 45%. Alhamdulillah bisa terjual banyaaaak deh. Untungnya lumayan lah ya, karena di hari berikutnya aku nego juga tuh ke teh Nina yang jaga stand untuk minta diskon lagi dikit hehe. Si masku juga ikut kecipratan sibuk, dia bagian antar paket ke JNE dekat rumah. Kebanyakan sih aku packing di kantor ya, sisanya baru diboyong ke rumah. Efeknya nih, sampai sekarang masih ada saja yang menanyakan SALE reject-an lagi, hihihi ketagihan ternyata itu emak-emak ya :D

Nah, ini dia fotoku lagi khusyuk ngebongkar nyari motif oke dengan cacat minimal. Fotonya diambil oleh teh Rini, sodaranya teh Nina yang jualan kaos anak di bazar. Seru banget tuuuh huntingnya ^_^

Read More

Rabu, 22 Oktober 2014

Curhatan Online Seller

Teringat obrolan emak-emak OS beberapa hari yang lalu tentang gaji karyawan toko online mereka. Ada yang memberi gaji Rp800rb, ada yang Rp1jt, itu belum bonus lho. Ada yang bonusnya lebih banyak daripada gajinya. Omzet naik, bonus juga naik. Wah, kisaran gajinya seperti ART juga tuh, tapi kalau ART bonusnya jarang hihi. Job desknya macam-macam, ada yang khusus megang online dari upload foto, kasi keterangan foto dan jawabin komen customer. Ada juga yang khusus packing barang, nah kalau yang ini ada yang memberi upahnya per hari, dihitung dari banyaknya barang yang dia packing.

Kalau karyawannya bisa sampai 3 orang berarti dah ramai ya penjualannya. Kebayang berapa pemasukan dari toko online per bulannya. Wooo mupeeeng *mataijo*. Sepertinya harus makin kerja keras dan rajin belajar nih, berguru ke empunya OS yang sudah lebih jauh langkahnya di depan.Beberapa kenalanku yang dulunya pegawai kini malah sudah resign lho. Kebanyakan sih karena sudah cukup sukses online store-nya, jadi ya lebih memilih kerja di rumah, dekat anak, duit tetap mengalir. Duuuh pengeeeen :D

Jujur saja, kerja sambil nyambi jualan online itu ga mudah. Seringkali merasa keteteran, capek sendiri, dan perkembangan toko online pun kurang maksimal. Contohnya nih, dengan smua stok barangku yang ga sedikit ini, aku butuh waktu untuk jeprat-jepret, dan kendalanya ya aku kudu ngerjain sendiri. Nah trus kapan sempatnya? Hanya bisa action di sela waktu yang ga banyak. Seharusnya bikin foto yang eye catching kan, tapi karena modal kamera hape seadanya dan alat sepunyanya jadinya sering tercipta foto produk yang alami, alias kurang cantik dan kurang menarik.

Lalu kapan aplot foto dagangan coba? Kalau ada puluhan foto dan harus dipajang di beberapa tempat, semisal grup BBM, FB, fan page FB, market place, lha kapan selesainya huhu. Belum lagi packing barang, butuh waktu yang lumayan juga untuk acara bungkus-membungkus ini. Kalau pas dagangan rame, wah bisa sakit kepala tuh karena tunggakan kerjaan kantor dan packingan numpuk. Berasa butuh karyawan toko online deh, etapi berasa belum mampu bayar gajinya kalau sekarang  *galaumarkalau*





Read More

Senin, 20 Oktober 2014

Ngelu Poooll



Beberapa hari ini rasanya kepala mau meledak, udah hang gitu lho. Alhamdulillah ga bikin migrainku kumat. Bagusnya sih, makin berasa hang, aku makin pengen ngesot ngadu sama Allah. Tanya kenapa? Soalnya kalau ngadu aka curcol aka curhat ke siapa gitu atau kemana gitu malah useless kok. Ga ada manfaatnya buatku, ga menyelesaikan masalahku, yang ada malah bikin orang prihatin, merasa kasihan kali ya, dan bisa juga malah aku dilihat sebelah mata. Bisa aja aku dibilang ga tahan banting, ga kuat, dll dkk yang aku ga bakal tahu isi hati dan pikiran orang lain.

Jelasnya sih, butuh banget didoakan. Saling mendoakan itu penting lho, karena bagaimanapun doa itu akan kembali pada kita. Beberapa hari yang lalu sempat ramai dibahas di salah satu grup WA yang isinya emak-emak semua tentang saling mendoakan ini. Setiap selesai sholat, setelah mendoakan diri dan orang terdekat, cobalah bayangkan wajah teman-temanmu sesama muslim/ah lantas doakanlah dengan tulus ikhlas. Seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah saw, “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)

Dalam riwayat lain disebutkan,  “Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan, “Amin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.”

Wang-sinawang, kata yang sering diucapkan oleh Mamaku. Kelihatannya orang itu bahagia, sukses, damai hati dan hidupnya, ga ada masalah, padahal di balik semua itu bisa saja dia menyimpan beribu duka dan lara. We'll never know. Maka alangkah baiknya bila kita sempatkan diri mendoakan mereka. Alangkah bijaksana bila kita juga tak mudah menilai ataupun menjudge seseorang dari apa yang ditampakkannya. Kalau pengalaman pribadi sih, masih banyak tuh yang menilai hidupku amat sangat mapan dan berkecukupan secara dua-duanya pegawai DJP. Kenyataanya? Hehehe jatuh bangun juga tauuuuu. Orang bilang dobel gardan, lah wong utangnya dobel juga :) Wis tho, intinya selalu bersyukur. Buaanyak utang ya tetap harus bersyukur, berarti kudu makin rajin jualan online-nya dan kudu makin irit biar bisa segera melunasi.

Yuk, saling mendoakan ^_^

Read More

Jumat, 10 Oktober 2014

Saat Seperti Ini ...

Saat seperti ini ... Kubayangkan lembah dan langit luas memayungi. Hamparan rumput atau bunga berwarna menari. Serta lembut angin dingin merasuki. Aku ... takjub.

Saat seperti ini ... Merindu desir rinai hujan membasahi. Mengembun di balik kaca, lembab dan dingin. Aroma wangi tanah menguar, kuhirup dalam-dalam. Kupenuhi rongga dada dengannya. Serta secangkir kopi di hadapan, dengan bekas bibirku menempel di sana.

Saat seperti ini ... Inginku menikmati merah saga cakrawala. Sendiri, berbalut sepi nan bernyanyi. Diiringi kicauan burung gereja yang enggan pergi. Tak ingin ucapkan selamat jalan mentari.

Saat seperti ini ...



Read More

Senin, 29 September 2014

Booming Jilbab Bolbal

Lagi jadi trend masa kini lho, jilbab bolak-balik. Ada yang nyebut hijab bolbal, khimar bolbal, dll. Intinya desain jilbabnya terdiri dari dua jenis bahan yang berbeda warna atau motif. Bisa jadi sama-sama polos tapi bolak-balik dua warna atau satu sisi bermotif dan sisi lainnya polos dengan warna yang match dengan motifnya. Cakep? Iyalaaah. irit? Tentu dooong, kan beli satu biji bisa dipake tuk dua style hahaha. Cocok banget dah buat yang ingin tetap gaya dengan budget minimalis.

Nah, awalnya aku ga tertarik untuk jualan jilbab kaya gitu. Lom kepikiran aja, memang ada rasa suka dan mupeng sih ketika aku melihat promonya di wall FB atau Instagram. Kok kelihatannya ayu-ayu gitu (jilbabe apa model produknya ya?haha). Harganya juga lumayanlah ga mihil banget, bervariasi antara 70rb - 150rb tergantung bahan dan coraknya. Terlintas pengen punya dan coba membeli tapi belum jadi juga.

Suatu hari aku bareng temanku jalan-jalan ke Tanah Abang, biasalah cuci mata sambil ambil barang dari supplier. Temanku lagi hunting kain kala itu. Tak sengaja nemu toko jilbab bolbal dengan aneka jenis bahan dan model. Ada jilbab segiempat, ada bergo instan, ada juga semi khimar. Lucu-lucu deh, cakep gituuu maksudnya. Selain itu di sana ready juga jilbab kaos untuk anak, pashmina, jilbab wolpis, kaos kaki, manset, bros dll. Lengkap kap laah pokoke, aku mupeng ... peng ... peng dong ah. Maka aku nyobain beli dengan harga grosir. Biasa lah namanya juga pedagang, berasa rugi kalau beli satu doang. Icip-icip jilbab juga beli harga grosir dong, ntar bisa make juga skalian coba jualin haha. Tes pasar gitu maksudnya. Saat pertama kali itu aku membeli yang jilbab segiempat bolbal dan bergo instan bolbal beberapa potong.

Kemudian di kantor aku mencoba menawarkannya ke teman-teman. Setelah (lebih) biasa jualan online, maka saat aku harus ngider untuk nawarin jualan itu rasanya kok males ya, kurang semangat gitu aku. Maka stok sepuluhan potong jilbab bolbal yang kubeli itu hanya laku beberapa saja. Lalu lamaaa menghuni dos di bawah mejaku. Aku juga mau nawarin online belum sempet bikin foto produknya, jadi ya ini modalku mandeg deh. Untung sih ga banyak belinya kemarin, kan baru nyobain doang.

Setelah beberapa minggu (ada kali ya 2 bulanan), kebetulan aku mau pergi ngaji. Pas banget habis beli gamis spandek jualannya murabbiku, bu Nurwati, yo wis aku pake gamisnya dipadukan dengan bergo instan bolbal jualanku yang kemarin itu. Tiba-tiba terlintas kalau nanti sebaiknya aku minta difotoin aja sama teman. Kan ntar fotonya bisa untuk promo gamis dan jilbab sekalian tho. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui hohoho. Maka jadilah foto ini, diambil di masjid MBM Kampus STAN hihihi.

Beberapa saat setelah pengambilan foto, aku langsung upload di Facebook sambil mempromosikan bergo instan bolbal itu, hasilnya?
Taraaaa komen pun berdatangan, banyaaak yang mupeng pengen beli si bergo bolbal. Duh ... duh alhamdulillah, akhirnya laku jugaaa haghag. Saking banyaknya yang mau, aku akhirnya beli lagi aneka macam motif bolbal dan juga polos bolbal. Kujual dengan harga Rp95rb saja per potong. Kalau mau lebih murah, beli minimal 3pcs dapat @90rb dan minimal beli 6 pcs bisa jadi @85rb. Harga yang kupatok ini jauh lebih murah dari OS lain yang jualan bergo instan bolbal lho. Bahannya sifon untuk kain motifnya dan ceruti untuk kain polosnya. Dipakainya cukup nyaman, mudah karena instan, ga usah pake peniti lagi.
Read More

Rabu, 24 September 2014

Hujan Kembali

Kala rinai hujan kembali menyapa

Angin mengabarkan senandung suka cita

Tak peduli muramnya wajah cakrawala

Tak gentar akan kilat memerciki angkasa



Wajah-wajah mungil pun bermunculan

Memekik riang di sela desau hujan

Antara girang dan lalu ketakutan

Saat cahaya gundala menyilaukan



Maka mari kita nikmati

Sesap habis secangkir kopi

Duduk melingkar hari menari

Ada nyanyian hujan sore ini


Binatro, 200914


Read More

Senin, 22 September 2014

Good People

Aku dan suami setiap hari pulang pergi bekerja naik sepeda motor. Kami sudah sampai di jalan Veteran ketika tiba-tiba hujan turun. Wah, padahal jas hujan yang kami bawa hanya satu saja. Beberapa waktu yang lalu, jas hujan satunya hilang diambil orang. Tau aja dia kalau kami baru saja membeli yang baru, merk oke lagi, Axio. Pantas saja hilang, lumayan buat yang ambil :D

Deg-degan berharap hujan hanya berupa rintik saja, ternyata malah turun begitu deras disertai angin kencang dan petir menggelegar berkali-kali. Ya Rabb, hanya bisa pasrah. Jas hujan satu-satunya kupakai dan si mas basah kuyup menerjang hujan. Kasihan banget sama si mas, tapi ya gimana lagi. Secara fisik aku memang lebih lemah, bisa langsung sakit kalau hujan-hujanan, malam-malam pula.

Masuk jalan Kesehatan, tiba-tiba motor kami mogok. Innalillahi, bensinnya habis. Qodarullah, tadi dari kantor lupa isi bensin dulu dan habis kok ya pas di kondisi hujan angin begini. Jadi kami pun akhirnya berjalan kaki menembus guyuran hujan dan banjir di atas mata kaki. Tidak ada penjual bensin eceran di sekitar sana, maka kami harus berjalan lumayan jauh untuk sampai di pom bensin. Si mas menuntun motor dan aku mengikutinya di belakang.

Tiba-tiba ada seorang pengendara motor menepi, berbicara dengan suami dan lalu mereka mencari tempat berteduh. Aku yang tertinggal di belakang segera menyusul sambil bertanya-tanya. Masya Allah, ternyata si bapak menawarkan bensin di tangki motornya untuk motor kami. Dalam kondisi hujan angin, banjir, dan kilat terus menyambar, begitu banyak pengendara lain berlalu begitu saja tapi bapak ini mau berhenti dan membantu.

Kami berteduh di depan sebuah bengkel yang sudah tutup. Air makin meninggi dan hujan tak memandakan akan berkurang saat itu. Si bapak tersebut membuka selang bensin di motornya lalu menampung tetesan bensin ke dalam sebuah botol yang didapat suamiku dari meminjam kepada pemilik bengkel tempat kami berteduh. Ah, meski sedikit, bensinnya sangat berharga bagi kami. Kebaikan bapak itu begitu terasa hangat, menghapus kepenatan tubuh kami yang kedinginan.

Allah Maha Baik, masih ada orang yang tulus ikhlas membantu sesama. Alhamdulillah. Semoga Allah merahmatimu Pak, juga melapangkan rejekimu. Aamiin.



Catatan 13 Juni 2014

Read More

Rabu, 17 September 2014

Haji



Pasti sudah tahu lah ya film Emak Ingin Naik Haji dan Tukang Bubur Naik Haji. Kita melihat kegigihan seorang hamba yang kalau dilihat dari segi ekonomi dan materi sangat tidak mungkin untuk bisa pergi haji dengan biaya yang tidak sedikit itu. Namun, dengan ijinNya mereka bisa pergi haji.

Kali ini, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Ada denyar di dada kala mendengar kabar teman-temanku pergi haji. Ada sesak menyeruak saat melihat tayangan pemberangkatan haji di TV. Haru, ikut bahagia, bangga, lalu sedih, sambil bertanya, "Aku kapan?"

Seorang teman pernah berkata, "Bisa jadi kita termasuk orang yang kufur nikmat, karena mempunyai keluasan rejeki tapi tidak gigih  digunakan untuk pergi haji." Mak jleb lah ya. Lalu ada kisah seorang teman yang lebih memilih menjual rumah satu2nya demi ongkos haji dan sepulang haji keluarganya pun mengontrak saja. Alhamdulillah beberapa tahun berikutnya, mereka sudah bisa punya rumah lagi, meski dengan KPR. Ada juga teman yang setelah melunasi biaya haji, uang yang dimilikinya hanya tinggal Rp82ribu saja. Gamang juga dia saat itu, tapi tetap tawakkal dan ikhtiar. Ah, pasti banyak cerita perjuangan dan pengorbanan semacam ini yang juga telah kau dengar kan sobat?

Aku tak mau berpikir bahwa aku belum berkesempatan pergi haji karena aku belum pantas. Tidak, bukan itu. Toh, banyak juga pejabat ga beres yang bisa sampai di Mekah. Bukan tentang seberapa baik atau buruk kelakuan kita sebagai tolok ukur syarat pergi haji. Mungkin, Allah ingin mengetahui seberapa besar usaha kita, seberapa gigih kita memancangkan tekad, seberapa tinggi ketawakkalan kita padaNya. Dan pada akhirnya Allah akan memudahkan segalanya, menyederhanakan prosesnya, dan mengundang kita ke rumahNya.


Read More

Senin, 15 September 2014

Another Chapter : Moving (1)

Cerita terakhir tentang pindahan rumah kutulis di bulan Juli 2012 yang lalu. Membacanya membuka sebuah luka lama. Bagaimana tidak, 6 bulan setelah pindahan rumah ke rumah baru milik sendiri, ternyata kami harus balik ngontrak lagi. Rumahku yang itu terpaksa harus kami tinggalkan karena konstruksinya dianggap membahayakan. Sayang, tidak ada file gambar rumah itu sebagai kenang-kenangan. Dulu ketika posting di Multiply, kukira postingan itu bisa menjadi jejak rekam. Sekali lagi sayang, ketika pindahan ke Blogspot, smua file picture tak dapat ikut diselamatkan. Entah ya kalau misua, apa dia menyimpan file foto rumah yang dulu, aku juga tak pernah menanyakannya.

Jadi, cerita berawal ketika kami dengan uang pinjaman bank akan mendirikan rumah. Biasalah, nasib PNS kalau ga ngutang ya ga bakal kuat beli rumah. Saat itu kami mengenal seorang tetangga di lahan calon rumah kami. Dia beserta keluarganya adalah penghuni pertama di lahan kaplingan itu. Menurut ceritanya yang enak didengar dan meyakinkan, dia sudah ahli menjadi kontraktor dan ingin membantu kami untuk bisa segera mempunyai rumah. Dia yang pegang proyek rumah kami, dengan harga miring sebagai bantuan, begitu katanya. Entah bagaimana, saking percayanya suamiku ke dia, kami tidak membuat perjanjian hitam di atas putih. Heloo jaman gini gitu lhooo, tapi ya aku dan suami benar-benar ga ada pikiran negatif ke dia. Sama-sama perantauan, sama-sama wong Jowo, dan dia bilang pengen bantu agar dia bisa segera punya tetangga. Memang sih, di sana sepi deh kalau malam. Tanah seluas itu baru dia yang menempati, rumah dia juga dia sendiri yang bangun dan bagus hasilnya.

Rumah kami jadinya gede banget lho, di atas tanah seluas 150 m2 misua hanya menyisakan sedikit untuk halaman. Kebayang dong luasnya, capeknya kalau nyapu dan ngepel haha. Sekarang dipikir-pikir, mana ada rumah gedong kaya gitu bisa dibangun dengan dana minimalis? Ga mungkin kan, maka jadilah rumahku itu retak di mana-mana, lantai duanya doyong kalau tertiup angin, ngeri kaaaan, horor mak. Penampilan luar rumah pun sudah berantakan, mencong sana-sini, bentuknya ga rapi, mbuh gimana itu tukang-tukang ngerjainnya, ga jelas blas. Dia si tetangga itu bukannya bertanggung jawab, malah sibuk menjawab dengan cara menyalahkan para tukang. Lha kan tukang-tukang itu kerjanya sama dia, lha dia mandornya tho. Intinya dia sama sekali ga ada rasa bersalah atau menyesal, ga ada kata maaf terucap, aseli bikin esmosi aja pokoknya. Akhirnya setelah kami pindah ngontrak lagi, misua memutuskan untuk merubuhkan rumah tersebut. Yap, rata dengan tanah.

Nyesek? Ya iyalaaaaah. Cicilan kami masih bertahun-tahun lamanya, hutang ke selain bank juga menumpuk, sutris lah pasti. Saling menguatkan sajalah aku dan misua. Sambil terus menyemangati diri bahwa ini musibah, cobaan, ujian hidup yang harus kami lewati. Bahwa semua ini adalah bagian dari takdir, bahwa semua ini adalah salah satu puzzle hidup kami yang harus kami susun bersama. Pengalaman memang mahal harganya sodara-sodara, dalam artian yang sebenarnya hehehe. Termasuk tentang masalah hati, memaafkan dia yang sudah berlaku jahat pada kita itu ternyata tak mudah juga.

Setelah jatuh bangun, alhamdulillah kami berhasil memiliki rumah lagi kini. Hutang masih ada lah pasti, semoga Allah lapangkan rizki agar kami bisa segera melunasinya, aamiin. Daaaan, tanggal 25 Agustus kemarin kami resmi pindahan rumah (lagi). Ada rasa lega juga melihat kami sekeluarga sudah bisa menempati rumah yang kami perjuangkan, meski ketar-ketir juga kalau ingat cicilan utang hoho. Foto-foto rumah ntar mau diposting juga ah, untuk kenang-kenangan :)
Read More

Sakit (Lagi)


Setelah sakit yang lumayan parah tanggal 11 Agustus yang lalu, akhirnya aku bekam juga. Selain itu aku berusaha untuk menghindari pencetus si migrain ini. Alhamdulillah meskipun seringkali masih muncul, tapi hanya sedikit saja sakitnya terasa. Kadang terasa otot leher belakang kaku dan sedikit nyeri di kepala, tapi kemudian segera menghilang. Maka, aku ingin bekam dengan rutin, paling tidak ya sebulan sekali lah. Jadi tanggal 6 September kemarin aku pun bekam lagi. Sejak sehari sebelumnya memang badan terasa kurang nyaman, entah masuk angin atau apa, tapi karena akhir-akhir ini memang sering demikian ya sudah aku tetap berangkat bekam.

Sesampainya di klinik BRC, aku dicek tensi dan hasilnya normal. Denyut nadiku agak lemah tapi aku menyatakan memang badan terasa agak lemas, selebihnya tidak apa-apa, bekam sajalah. Agak kurang nyaman sih bekam kemarin itu karena pegawai yang biasanya sedang tidak masuk. Pembekamku yang kemarin terlihat kurang lihai, mungkin karena hanya sebagai pengganti saja ya, jam terbangnya kurang dan kelihatan agak kikuk. Pijatan sebelum bekam juga hanya memakai tangan, kurang oke ketimbang pembekam biasanya yang memijat dengan kop. Cara menyedot kop juga kurang ahli, berkali-kali kop terasa tidak pas menempel di bahuku. Tapi ya gimana lagi, pokoknya bisa bekam deh.

Sepulang dari bekam, aku membeli makan siang. Sekitar jam 12 aku sampai di rumah, badan masih terasa baik-baik saja. Sekitar jam 1 siang tiba-tiba kepalaku sakit sekali. Aku sampai keheranan, masa baru saja dibekam kok malah kumat sakitnya. Sambil terus berpikir mencari penyebab sakit kepalaku kala itu, aku pun makan siang. Kupikir dengan makan, sakitku akan mereda. Ternyata tidak, kepalaku terus terasa sakit, bahkan kali ini kepala terasa berat, badan pun tak kuat menopang. Aku hanya bisa tiduran sambil menahan rasa sakit yang teramat mengganggu. Selepas tidur siang pun, ketika membuka mata, sakitnya langsung terasa kembali. -sigh-

Sore harinya, si mas bojo baru tiba di rumah sepulang dari tugas luar ke sekitar Lampung (entah di mana tepatnya). Kudengar dia bertanya pada anak-anak kenapa aku tiduran terus dan dijawab oleh mereka bahwa Uminya sedang sakit. Migrain terparahku biasanya kuderita selama 2 hari, paling lama menurut pengalamanku. Kali ini ternyata lebih parah lagi, dari Sabtu siang sampai Selasa pagi, kepala masih terasa sakit, terutama pangkal leher terasa kaku dan nyeri. Meskipun sakitnya tak separah hari Sabtu, di hari Senin pagi tetap saja terasa berat dan nyeri. Membuatku lemas dan malas ke kantor. Hari itu pun aku ijin untuk tidak bekerja. Di rumah, aku bermain dengan Azzam. Sudah tidak nyeri sih, tapi badan rasanya lemas tak bertenaga, mual sesekali datang tapi segera hilang. Sore harinya aku pun memutuskan untuk ke kantor, ya karena berada di rumah pun tidak membuatku lebih sehat hehe. Mungkin saja badanku ini memang harus dipake untuk berjalan keluar rumah, nyari duit :D

Sudah puluhan kali teman-temanku menyarankan agar aku konsultasi ke dokter atau check up kesehatan di lab, tapi aku belum pernah melaksanakan anjuran mereka. Kuanggap masih belum perlu banget lah, hoho bandel ya. Kali ini aku sudah merasa "butuh" sih, jadi akhirnya aku mampir ke klinik dokter gratisan di kantor. Bu dokter sih menganjurkan agar aku cek darah, untuk mencari penyebab si migrain ini apa sebenarnya. Mungkin saja kan aku menderita kolesterol, atau kekentalan darah atau apalah. Duuh, ga banget yaaa kalau sakit aneh-aneh, semoga tidak. Kemudian bu dokter memberiku resep obat minum untuk malam hari, obat penghilang rasa sakit yang mengandung obat tidur dan obat penenang. Wah, berasa Marshanda deh diresepi obat kaya gitu, hahaha lebay puool.

Sampai hari ini, aku belum juga melakukan cek darah. Hehe bandel banget siiiih. Heeemm, sebenarnya aku lagi nyari klinik yang lebih murah sih hihi, bokek gitu. Kalo di Biotest yang difasilitasi kantor biayanya bisa Rp800rb, di klinik lain yang ternama pasti ga jauh dari angka itu kan. Nah, kemarin aku sempat ngelirik di suatu klinik daerah Ceger, biaya lab hanya Rp200rb saja. Nah, yang segituan yang kucari hoho. Sekarang tinggal mencari waktu yang pas untuk cek darah, in sya Allah wiken depan lah ya. Doain aku ga sakit aneh-aneh ya kawan, mumet ongkose nek loro :(

Read More

Kamis, 04 September 2014

Bocah Kecil

Bocah cantik bermata jeli
Menatap nanar pucat pasi
Bayang hitam melingkupi
Merupa monster tak dapat dikenali

Bocah cantik tergugu pilu
Wajah ayunya kian sendu
Luka menganga di kalbu
Tersayat oleh ayah ibu

Duhai, sungguh ia tak paham
Mengapa ayah ibu jadi kejam
Handikan, pukulan, cubitan,
bahkan tendangan menghujam

Apakah itu tanda sayang
ataukah tanda perhatian
Gadis kecil makin bimbang
Ingin seperti siapakah di masa datang

Bintaro, 020914

Read More