Senin, 29 September 2014

Booming Jilbab Bolbal

Lagi jadi trend masa kini lho, jilbab bolak-balik. Ada yang nyebut hijab bolbal, khimar bolbal, dll. Intinya desain jilbabnya terdiri dari dua jenis bahan yang berbeda warna atau motif. Bisa jadi sama-sama polos tapi bolak-balik dua warna atau satu sisi bermotif dan sisi lainnya polos dengan warna yang match dengan motifnya. Cakep? Iyalaaah. irit? Tentu dooong, kan beli satu biji bisa dipake tuk dua style hahaha. Cocok banget dah buat yang ingin tetap gaya dengan budget minimalis.

Nah, awalnya aku ga tertarik untuk jualan jilbab kaya gitu. Lom kepikiran aja, memang ada rasa suka dan mupeng sih ketika aku melihat promonya di wall FB atau Instagram. Kok kelihatannya ayu-ayu gitu (jilbabe apa model produknya ya?haha). Harganya juga lumayanlah ga mihil banget, bervariasi antara 70rb - 150rb tergantung bahan dan coraknya. Terlintas pengen punya dan coba membeli tapi belum jadi juga.

Suatu hari aku bareng temanku jalan-jalan ke Tanah Abang, biasalah cuci mata sambil ambil barang dari supplier. Temanku lagi hunting kain kala itu. Tak sengaja nemu toko jilbab bolbal dengan aneka jenis bahan dan model. Ada jilbab segiempat, ada bergo instan, ada juga semi khimar. Lucu-lucu deh, cakep gituuu maksudnya. Selain itu di sana ready juga jilbab kaos untuk anak, pashmina, jilbab wolpis, kaos kaki, manset, bros dll. Lengkap kap laah pokoke, aku mupeng ... peng ... peng dong ah. Maka aku nyobain beli dengan harga grosir. Biasa lah namanya juga pedagang, berasa rugi kalau beli satu doang. Icip-icip jilbab juga beli harga grosir dong, ntar bisa make juga skalian coba jualin haha. Tes pasar gitu maksudnya. Saat pertama kali itu aku membeli yang jilbab segiempat bolbal dan bergo instan bolbal beberapa potong.

Kemudian di kantor aku mencoba menawarkannya ke teman-teman. Setelah (lebih) biasa jualan online, maka saat aku harus ngider untuk nawarin jualan itu rasanya kok males ya, kurang semangat gitu aku. Maka stok sepuluhan potong jilbab bolbal yang kubeli itu hanya laku beberapa saja. Lalu lamaaa menghuni dos di bawah mejaku. Aku juga mau nawarin online belum sempet bikin foto produknya, jadi ya ini modalku mandeg deh. Untung sih ga banyak belinya kemarin, kan baru nyobain doang.

Setelah beberapa minggu (ada kali ya 2 bulanan), kebetulan aku mau pergi ngaji. Pas banget habis beli gamis spandek jualannya murabbiku, bu Nurwati, yo wis aku pake gamisnya dipadukan dengan bergo instan bolbal jualanku yang kemarin itu. Tiba-tiba terlintas kalau nanti sebaiknya aku minta difotoin aja sama teman. Kan ntar fotonya bisa untuk promo gamis dan jilbab sekalian tho. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui hohoho. Maka jadilah foto ini, diambil di masjid MBM Kampus STAN hihihi.

Beberapa saat setelah pengambilan foto, aku langsung upload di Facebook sambil mempromosikan bergo instan bolbal itu, hasilnya?
Taraaaa komen pun berdatangan, banyaaak yang mupeng pengen beli si bergo bolbal. Duh ... duh alhamdulillah, akhirnya laku jugaaa haghag. Saking banyaknya yang mau, aku akhirnya beli lagi aneka macam motif bolbal dan juga polos bolbal. Kujual dengan harga Rp95rb saja per potong. Kalau mau lebih murah, beli minimal 3pcs dapat @90rb dan minimal beli 6 pcs bisa jadi @85rb. Harga yang kupatok ini jauh lebih murah dari OS lain yang jualan bergo instan bolbal lho. Bahannya sifon untuk kain motifnya dan ceruti untuk kain polosnya. Dipakainya cukup nyaman, mudah karena instan, ga usah pake peniti lagi.
Read More

Rabu, 24 September 2014

Hujan Kembali

Kala rinai hujan kembali menyapa

Angin mengabarkan senandung suka cita

Tak peduli muramnya wajah cakrawala

Tak gentar akan kilat memerciki angkasa



Wajah-wajah mungil pun bermunculan

Memekik riang di sela desau hujan

Antara girang dan lalu ketakutan

Saat cahaya gundala menyilaukan



Maka mari kita nikmati

Sesap habis secangkir kopi

Duduk melingkar hari menari

Ada nyanyian hujan sore ini


Binatro, 200914


Read More

Senin, 22 September 2014

Good People

Aku dan suami setiap hari pulang pergi bekerja naik sepeda motor. Kami sudah sampai di jalan Veteran ketika tiba-tiba hujan turun. Wah, padahal jas hujan yang kami bawa hanya satu saja. Beberapa waktu yang lalu, jas hujan satunya hilang diambil orang. Tau aja dia kalau kami baru saja membeli yang baru, merk oke lagi, Axio. Pantas saja hilang, lumayan buat yang ambil :D

Deg-degan berharap hujan hanya berupa rintik saja, ternyata malah turun begitu deras disertai angin kencang dan petir menggelegar berkali-kali. Ya Rabb, hanya bisa pasrah. Jas hujan satu-satunya kupakai dan si mas basah kuyup menerjang hujan. Kasihan banget sama si mas, tapi ya gimana lagi. Secara fisik aku memang lebih lemah, bisa langsung sakit kalau hujan-hujanan, malam-malam pula.

Masuk jalan Kesehatan, tiba-tiba motor kami mogok. Innalillahi, bensinnya habis. Qodarullah, tadi dari kantor lupa isi bensin dulu dan habis kok ya pas di kondisi hujan angin begini. Jadi kami pun akhirnya berjalan kaki menembus guyuran hujan dan banjir di atas mata kaki. Tidak ada penjual bensin eceran di sekitar sana, maka kami harus berjalan lumayan jauh untuk sampai di pom bensin. Si mas menuntun motor dan aku mengikutinya di belakang.

Tiba-tiba ada seorang pengendara motor menepi, berbicara dengan suami dan lalu mereka mencari tempat berteduh. Aku yang tertinggal di belakang segera menyusul sambil bertanya-tanya. Masya Allah, ternyata si bapak menawarkan bensin di tangki motornya untuk motor kami. Dalam kondisi hujan angin, banjir, dan kilat terus menyambar, begitu banyak pengendara lain berlalu begitu saja tapi bapak ini mau berhenti dan membantu.

Kami berteduh di depan sebuah bengkel yang sudah tutup. Air makin meninggi dan hujan tak memandakan akan berkurang saat itu. Si bapak tersebut membuka selang bensin di motornya lalu menampung tetesan bensin ke dalam sebuah botol yang didapat suamiku dari meminjam kepada pemilik bengkel tempat kami berteduh. Ah, meski sedikit, bensinnya sangat berharga bagi kami. Kebaikan bapak itu begitu terasa hangat, menghapus kepenatan tubuh kami yang kedinginan.

Allah Maha Baik, masih ada orang yang tulus ikhlas membantu sesama. Alhamdulillah. Semoga Allah merahmatimu Pak, juga melapangkan rejekimu. Aamiin.



Catatan 13 Juni 2014

Read More

Rabu, 17 September 2014

Haji



Pasti sudah tahu lah ya film Emak Ingin Naik Haji dan Tukang Bubur Naik Haji. Kita melihat kegigihan seorang hamba yang kalau dilihat dari segi ekonomi dan materi sangat tidak mungkin untuk bisa pergi haji dengan biaya yang tidak sedikit itu. Namun, dengan ijinNya mereka bisa pergi haji.

Kali ini, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Ada denyar di dada kala mendengar kabar teman-temanku pergi haji. Ada sesak menyeruak saat melihat tayangan pemberangkatan haji di TV. Haru, ikut bahagia, bangga, lalu sedih, sambil bertanya, "Aku kapan?"

Seorang teman pernah berkata, "Bisa jadi kita termasuk orang yang kufur nikmat, karena mempunyai keluasan rejeki tapi tidak gigih  digunakan untuk pergi haji." Mak jleb lah ya. Lalu ada kisah seorang teman yang lebih memilih menjual rumah satu2nya demi ongkos haji dan sepulang haji keluarganya pun mengontrak saja. Alhamdulillah beberapa tahun berikutnya, mereka sudah bisa punya rumah lagi, meski dengan KPR. Ada juga teman yang setelah melunasi biaya haji, uang yang dimilikinya hanya tinggal Rp82ribu saja. Gamang juga dia saat itu, tapi tetap tawakkal dan ikhtiar. Ah, pasti banyak cerita perjuangan dan pengorbanan semacam ini yang juga telah kau dengar kan sobat?

Aku tak mau berpikir bahwa aku belum berkesempatan pergi haji karena aku belum pantas. Tidak, bukan itu. Toh, banyak juga pejabat ga beres yang bisa sampai di Mekah. Bukan tentang seberapa baik atau buruk kelakuan kita sebagai tolok ukur syarat pergi haji. Mungkin, Allah ingin mengetahui seberapa besar usaha kita, seberapa gigih kita memancangkan tekad, seberapa tinggi ketawakkalan kita padaNya. Dan pada akhirnya Allah akan memudahkan segalanya, menyederhanakan prosesnya, dan mengundang kita ke rumahNya.


Read More

Senin, 15 September 2014

Another Chapter : Moving (1)

Cerita terakhir tentang pindahan rumah kutulis di bulan Juli 2012 yang lalu. Membacanya membuka sebuah luka lama. Bagaimana tidak, 6 bulan setelah pindahan rumah ke rumah baru milik sendiri, ternyata kami harus balik ngontrak lagi. Rumahku yang itu terpaksa harus kami tinggalkan karena konstruksinya dianggap membahayakan. Sayang, tidak ada file gambar rumah itu sebagai kenang-kenangan. Dulu ketika posting di Multiply, kukira postingan itu bisa menjadi jejak rekam. Sekali lagi sayang, ketika pindahan ke Blogspot, smua file picture tak dapat ikut diselamatkan. Entah ya kalau misua, apa dia menyimpan file foto rumah yang dulu, aku juga tak pernah menanyakannya.

Jadi, cerita berawal ketika kami dengan uang pinjaman bank akan mendirikan rumah. Biasalah, nasib PNS kalau ga ngutang ya ga bakal kuat beli rumah. Saat itu kami mengenal seorang tetangga di lahan calon rumah kami. Dia beserta keluarganya adalah penghuni pertama di lahan kaplingan itu. Menurut ceritanya yang enak didengar dan meyakinkan, dia sudah ahli menjadi kontraktor dan ingin membantu kami untuk bisa segera mempunyai rumah. Dia yang pegang proyek rumah kami, dengan harga miring sebagai bantuan, begitu katanya. Entah bagaimana, saking percayanya suamiku ke dia, kami tidak membuat perjanjian hitam di atas putih. Heloo jaman gini gitu lhooo, tapi ya aku dan suami benar-benar ga ada pikiran negatif ke dia. Sama-sama perantauan, sama-sama wong Jowo, dan dia bilang pengen bantu agar dia bisa segera punya tetangga. Memang sih, di sana sepi deh kalau malam. Tanah seluas itu baru dia yang menempati, rumah dia juga dia sendiri yang bangun dan bagus hasilnya.

Rumah kami jadinya gede banget lho, di atas tanah seluas 150 m2 misua hanya menyisakan sedikit untuk halaman. Kebayang dong luasnya, capeknya kalau nyapu dan ngepel haha. Sekarang dipikir-pikir, mana ada rumah gedong kaya gitu bisa dibangun dengan dana minimalis? Ga mungkin kan, maka jadilah rumahku itu retak di mana-mana, lantai duanya doyong kalau tertiup angin, ngeri kaaaan, horor mak. Penampilan luar rumah pun sudah berantakan, mencong sana-sini, bentuknya ga rapi, mbuh gimana itu tukang-tukang ngerjainnya, ga jelas blas. Dia si tetangga itu bukannya bertanggung jawab, malah sibuk menjawab dengan cara menyalahkan para tukang. Lha kan tukang-tukang itu kerjanya sama dia, lha dia mandornya tho. Intinya dia sama sekali ga ada rasa bersalah atau menyesal, ga ada kata maaf terucap, aseli bikin esmosi aja pokoknya. Akhirnya setelah kami pindah ngontrak lagi, misua memutuskan untuk merubuhkan rumah tersebut. Yap, rata dengan tanah.

Nyesek? Ya iyalaaaaah. Cicilan kami masih bertahun-tahun lamanya, hutang ke selain bank juga menumpuk, sutris lah pasti. Saling menguatkan sajalah aku dan misua. Sambil terus menyemangati diri bahwa ini musibah, cobaan, ujian hidup yang harus kami lewati. Bahwa semua ini adalah bagian dari takdir, bahwa semua ini adalah salah satu puzzle hidup kami yang harus kami susun bersama. Pengalaman memang mahal harganya sodara-sodara, dalam artian yang sebenarnya hehehe. Termasuk tentang masalah hati, memaafkan dia yang sudah berlaku jahat pada kita itu ternyata tak mudah juga.

Setelah jatuh bangun, alhamdulillah kami berhasil memiliki rumah lagi kini. Hutang masih ada lah pasti, semoga Allah lapangkan rizki agar kami bisa segera melunasinya, aamiin. Daaaan, tanggal 25 Agustus kemarin kami resmi pindahan rumah (lagi). Ada rasa lega juga melihat kami sekeluarga sudah bisa menempati rumah yang kami perjuangkan, meski ketar-ketir juga kalau ingat cicilan utang hoho. Foto-foto rumah ntar mau diposting juga ah, untuk kenang-kenangan :)
Read More

Sakit (Lagi)


Setelah sakit yang lumayan parah tanggal 11 Agustus yang lalu, akhirnya aku bekam juga. Selain itu aku berusaha untuk menghindari pencetus si migrain ini. Alhamdulillah meskipun seringkali masih muncul, tapi hanya sedikit saja sakitnya terasa. Kadang terasa otot leher belakang kaku dan sedikit nyeri di kepala, tapi kemudian segera menghilang. Maka, aku ingin bekam dengan rutin, paling tidak ya sebulan sekali lah. Jadi tanggal 6 September kemarin aku pun bekam lagi. Sejak sehari sebelumnya memang badan terasa kurang nyaman, entah masuk angin atau apa, tapi karena akhir-akhir ini memang sering demikian ya sudah aku tetap berangkat bekam.

Sesampainya di klinik BRC, aku dicek tensi dan hasilnya normal. Denyut nadiku agak lemah tapi aku menyatakan memang badan terasa agak lemas, selebihnya tidak apa-apa, bekam sajalah. Agak kurang nyaman sih bekam kemarin itu karena pegawai yang biasanya sedang tidak masuk. Pembekamku yang kemarin terlihat kurang lihai, mungkin karena hanya sebagai pengganti saja ya, jam terbangnya kurang dan kelihatan agak kikuk. Pijatan sebelum bekam juga hanya memakai tangan, kurang oke ketimbang pembekam biasanya yang memijat dengan kop. Cara menyedot kop juga kurang ahli, berkali-kali kop terasa tidak pas menempel di bahuku. Tapi ya gimana lagi, pokoknya bisa bekam deh.

Sepulang dari bekam, aku membeli makan siang. Sekitar jam 12 aku sampai di rumah, badan masih terasa baik-baik saja. Sekitar jam 1 siang tiba-tiba kepalaku sakit sekali. Aku sampai keheranan, masa baru saja dibekam kok malah kumat sakitnya. Sambil terus berpikir mencari penyebab sakit kepalaku kala itu, aku pun makan siang. Kupikir dengan makan, sakitku akan mereda. Ternyata tidak, kepalaku terus terasa sakit, bahkan kali ini kepala terasa berat, badan pun tak kuat menopang. Aku hanya bisa tiduran sambil menahan rasa sakit yang teramat mengganggu. Selepas tidur siang pun, ketika membuka mata, sakitnya langsung terasa kembali. -sigh-

Sore harinya, si mas bojo baru tiba di rumah sepulang dari tugas luar ke sekitar Lampung (entah di mana tepatnya). Kudengar dia bertanya pada anak-anak kenapa aku tiduran terus dan dijawab oleh mereka bahwa Uminya sedang sakit. Migrain terparahku biasanya kuderita selama 2 hari, paling lama menurut pengalamanku. Kali ini ternyata lebih parah lagi, dari Sabtu siang sampai Selasa pagi, kepala masih terasa sakit, terutama pangkal leher terasa kaku dan nyeri. Meskipun sakitnya tak separah hari Sabtu, di hari Senin pagi tetap saja terasa berat dan nyeri. Membuatku lemas dan malas ke kantor. Hari itu pun aku ijin untuk tidak bekerja. Di rumah, aku bermain dengan Azzam. Sudah tidak nyeri sih, tapi badan rasanya lemas tak bertenaga, mual sesekali datang tapi segera hilang. Sore harinya aku pun memutuskan untuk ke kantor, ya karena berada di rumah pun tidak membuatku lebih sehat hehe. Mungkin saja badanku ini memang harus dipake untuk berjalan keluar rumah, nyari duit :D

Sudah puluhan kali teman-temanku menyarankan agar aku konsultasi ke dokter atau check up kesehatan di lab, tapi aku belum pernah melaksanakan anjuran mereka. Kuanggap masih belum perlu banget lah, hoho bandel ya. Kali ini aku sudah merasa "butuh" sih, jadi akhirnya aku mampir ke klinik dokter gratisan di kantor. Bu dokter sih menganjurkan agar aku cek darah, untuk mencari penyebab si migrain ini apa sebenarnya. Mungkin saja kan aku menderita kolesterol, atau kekentalan darah atau apalah. Duuh, ga banget yaaa kalau sakit aneh-aneh, semoga tidak. Kemudian bu dokter memberiku resep obat minum untuk malam hari, obat penghilang rasa sakit yang mengandung obat tidur dan obat penenang. Wah, berasa Marshanda deh diresepi obat kaya gitu, hahaha lebay puool.

Sampai hari ini, aku belum juga melakukan cek darah. Hehe bandel banget siiiih. Heeemm, sebenarnya aku lagi nyari klinik yang lebih murah sih hihi, bokek gitu. Kalo di Biotest yang difasilitasi kantor biayanya bisa Rp800rb, di klinik lain yang ternama pasti ga jauh dari angka itu kan. Nah, kemarin aku sempat ngelirik di suatu klinik daerah Ceger, biaya lab hanya Rp200rb saja. Nah, yang segituan yang kucari hoho. Sekarang tinggal mencari waktu yang pas untuk cek darah, in sya Allah wiken depan lah ya. Doain aku ga sakit aneh-aneh ya kawan, mumet ongkose nek loro :(

Read More

Kamis, 04 September 2014

Bocah Kecil

Bocah cantik bermata jeli
Menatap nanar pucat pasi
Bayang hitam melingkupi
Merupa monster tak dapat dikenali

Bocah cantik tergugu pilu
Wajah ayunya kian sendu
Luka menganga di kalbu
Tersayat oleh ayah ibu

Duhai, sungguh ia tak paham
Mengapa ayah ibu jadi kejam
Handikan, pukulan, cubitan,
bahkan tendangan menghujam

Apakah itu tanda sayang
ataukah tanda perhatian
Gadis kecil makin bimbang
Ingin seperti siapakah di masa datang

Bintaro, 020914

Read More

Puisi Bagiku

Bagiku ...
Sekeping senja memerah di ufuk sana
atau semburat kemuning fajar di cakrawala
adalah puisi

Bagiku ...
Gelapnya malam bertabur gemintang
atau kelam pekat bersaput awan
adalah puisi

Bagiku ...
Celoteh riang kanak-kanak
juga sinar polos mata jelinya
adalah puisi

Bagiku ...
Rangkaian kalamMu berpadu
Senarai alunan goncangkan kalbu
adalah Maha Puisi

Bintaro, 020914




Read More