Rabu, 15 April 2015

[Azzam] Kisah Si Babi

Beberapa waktu yang lalu ada rame-rame gegara anak pak Presiden yang bercerita ga sengaja makan daging babi. Lalu ada berita heboh penipuan konsumen, cilok dengan merek Cu Nyuk yang ternyata memakai bahan daging babi. Sebenarnya kata babi itu sendiri sudah lama hebohnya di dalam keluarga kecilku lho :D

Berawal dari kebiasaan buruk tetangga di rumah kontrakan kami sebelumnya. Ibu sebelah rumah kami itu suka memaki dengan kata-kata ala kebun binatang. Dia punya anak balita laki-laki dan keponakan seumuran dengan Azzam. Mereka bertiga biasa main bareng, klop pokoknya, wong sama jailnya. Mau tak mau, mereka ini terkontaminasi kata-kata kebun binatang yang sering dilontarkan si ibu meskipun mereka nggak ngeh kalau kata-kata itu tidak baik diucapkan. Sambil bergurau, mereka mengatai temannya anjing, babi, dll.

Setahuku Azzam tak pernah mengucapkan kata-kata itu di rumah. Tak ada laporan dari si mbak maupun kedua kakaknya. Kukira aman lah ya, sampai pada suatu hari, Azzam akhirnya mengucapkan "babi" sambil senyum-senyum nakal tanpa tahu maksudnya. Si mbak pun kaget, lantas bercerita padaku sore harinya saat aku pulang kantor. Syifa dan Farah pun menceritakan ulah adik bungsunya itu disertai mimik muka heran dan kaget, lucu pokoknya.

Sejak saat itu, cukup sering Azzam bermain kata "babi" karena akan mengundang reaksi kaget dan heboh dari kedua kakaknya. "Bibabibabibabibabi" seru Azzam sambil cengar-cengir. Kedua kakaknya langsung heboh menasehati dan melarang-larang.Lain waktu dia mengejek kakaknya, "Kakak jelek kaya babi". Reaksi kakaknya dan juga si mbak lebay banget, heboh pokoknya. Makin penasaran saja si Azzam dengan kata "babi" ini.

Suatu hari, aku bercerita tentang taman gantung Babilonia, reaksi anak-anak adalah: "Umii!! Omongnyaaaa!" Hedeh, gegara ada kata babi kusebut. Lantas kuberikan penjelasan singkat agar mereka paham.Pernah juga aku membacakan buku pada Azzam, ada gambar peternakan dan berbagai hewan di dalamnya. Lantas kusebutkan satu-persatu, "Ada kuda, ayam, sapi, babi." Lucunya Azzam langsung kaget, mata membelalak sambil berteriak, "Umiii omongnyaaa!!" :D

Dalam pikiran mereka bertiga, menyebut kata "babi" adalah larangan. Mungkin itu yang mereka tangkap dari pelototan si mba penjaga mereka. Akhirnya dalam situasi dan kondisi apapun, apabila ada yang menyebut kata "babi" langsung deh mereka mengingatkan. Termasuk mengingatkan aku yang sedang bercerita, dikiranya aku ngomong kotor hahaha.

Alhamdulillah sudah beberapa bulan terakhir ini tidak ada lagi kehebohan tentang si babi di rumah kami. Syifa dan Farah sudah mengerti untuk tidak lebay menanggapi Azzam yang hanya suka usil dan memang tidak bermaksud berkata kotor. Azzam juga sudah lupa dengan kosakata itu, maklum sejak pindah ke rumah yang sekarang temannya hanya sedikit saja dan tidak ada yang aneh-aneh. Pengaruh lingkungan memang sangat mudah diserap anak-anak ya.


ngambil dari www.clipartbest.com
Read More

Jumat, 10 April 2015

5 Prinsip Kelola Keuangan Bisnis dan Pribadi Versi Ahmad Gozali

Bulan Februari lalu, aku mengikuti kuliah gratis tentang bisnis di sebuah grup WA yang diisi oleh seorang ahli keuangan yaitu Ahmad Gozali. Agar ilmunya tidak menguap begitu saja, maka kutulis ulang di sini. Semoga bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya ^_^
~~~~~~

Hal pertama yang ingin saya bahas adalah ENTITAS.

Setiap diri kita punya buku amal baik dan buruk, dan bertanggungjawab di hadapan Allah SWT di hari akhir. Kita juga ikut bertanggungjawab, dalam batasan tertentu, terhadap isi buku istri kita, anak kita dan lainnya. Walaupun istri dan anak dalam tanggungjawab kita (dalam batasan tertentu) tapi mereka tetap memiliki bukunya sendiri.

Begitu juga dalam bisnis. Kita dan bisnis kita seharusnya punya buku yang berbeda. Kita punya penghasilan, pengeluaran, aset dan hutang. Bisnis kita juga punya penghasilan, pengeluaran, aset dan hutangnya sendiri. Bukunya harus beda, walau tetap berhubungan karena kita sebagai pemilik bisnis tersebut. Jadi mulai dari sekarang, pisahkan antara diri kita pribadi dan bisnis kita. Secara keuangan, diri kita dan bisnis kita punya stakeholder yang berbeda. Inilah yang menjadi landasan untuk memisahkan keuangan pribadi dan keuangan bisnis. Manfaatnya banyak: agar disiplin dalam bisnis, bisa evaluasi keuangan bisnis dengan jujur, penghematan pajak, kemudahan menghitung zakat, dll.

Hal kedua yang ingin saya sampaikan adalah KUASAI BAHASA BISNIS.

FAHAMI BAHASA BISNIS
"Kalau kita ingin menguasai sesuatu, maka kita harus memahaminya terlebih dahulu".
Kalau kita ingin menguasai bisnis, maka fahami bahasa bisnis. Gambar bisa bicara seribu kata, tapi angka bisa bicara seribu bahasa. Ketika berkomunikasi dengan bangsa lain, kita harus faham bahasanya. Tapi dengan angka, bahasa apapun punya angka yang sama. Angka positif itu bagus, angka negatif itu jelek :)


Perhatikan gambar di atas. Yang sebelah kiri adalah "buku bisnis" dan sebelah kanan adalah "buku pribadi" yang terpisah, tapi berhubungan. Modal dalam bisnis kita, adalah aset bagi pemiliknya.

Perhatikan ayat terpanjang dalam al-Quran yaitu Al-Baqarah 282, bicara tentang ketentuan pencatatan hutang piutang. Dibahas dengan detail. Perhatikan ayat-ayat tentang akidah, pendek tapi dalam artinya. Tapi ayat-ayat tentang muamalah panjang-panjang dan detail. Ayat paling detail itu membahas tentang hukum waris, siapa mendapat apa dengan berapa bagian. Sangat detail. Untuk urusan angka, paling mudah terjadi konflik, mungkin itulah kenapa al-Quran dengan panjang lebar dan detail membahasnya. Maka jangan lupakan pencatatan atau akuntansi, karena AKUNTANSI = BAHASA BISNIS.

Ketiga: ASSET & Cashflow

Kalau sudah faham bahasa bisnis, minimal faham kotak-kotak tadi, kita akan faham akan pentingnya aset dan cashflow. Untuk diri pribadi, perhatikan ASET, bukan cashflow. Banyak orang sibuk menambah penghasilan, tapi belum tentu penghasilan bertambah akan menambah juga asetnya. Contohnya adalah penghasilan naik, pengeluaran ikut naik. Betul apa betul?

Perhatikanlah aset, karena jika aset yang bertambah. Maka penghasilan (cashflow) pun akan ikut bertambah.
Tapi hati-hati, ada aset PRODUKTIF, dan aset KONSUMTIF. Tentu saya maksud adalah aset produktif, yaitu aset yang menambah penghasilan atau bertambah nilainya di masa depan. Semakin banyak kita miliki aset produktif, semakin bertambah penghasilan. Semakin banyak kita miliki aset konsumtif, semakin bertambah juga pengeluaran.


Sebaliknya, untuk bisnis, jangan fokus pada ASET, tapi fokuslah pada CASHFLOW.Karena bisnis belum tentu perlu aset besar, tapi jelas bisnis perlu cashflow yang besar.

Hal ini berhubungan dengan poin ke-4 yaitu: CYCLE and SPEED.

Fahami CYLCE atau siklus dalam bisnis kita. Uang itu cuma muter-muter aja, pastikan kita tahu "jalur uang" mengalir agar kita faham bagaimana cara mengendalikan perputarannya.


Nah, seperti inilah kira-kira sikllus bisnis kita, yang bisnisnya manufaktur, tentu detail lagi di bagian produksi. Bisnisnya perdagangan, detail di bagian distribusi dan penjualan. Pastikan kita faham siklus ini.... kemana saja uang mengalir... dimana letak macetnya, bagaimana mempercepat alirannya. Bagan ini juga bisa dijadikan sebagai alur berfikir kita secara umum dalam mengelola bisnis. Nah, kalau sudah faham siklusnya, maka langkah berikutnya adalah MEMPERCEPAT ARUSNYA. Dulu ada istilah "yang besar mengalahkan yang kecil", dalam bisnis yang terjadi adalah "yang cepat mengalahkan yang lambat"

Terakhir, faktor  kelima: FAKTOR TAMBAH, KALI, BAGI

Agar bisnisnya laku, harus ada faktor tambah. Agar bisnisnya tambah besar, harus ada faktor kali. Agar bisnisnya berkah, harus ada faktor bagi. Faktor tambah maksudnya adalah kita harus memiliki hal lain yang tidak dimiliki oleh kompetitor. Ada nilai tambah yang kita berikan pada konsumen agar memilih kita, dan bukan kompetitor. Apa nilai tambahnya? Bisa macam-macam: bisa produknya yg lebih bagus, iklannya yang lebih bagus, namanya yang lebih terkenal, kepercayaan, service yang lebih baik, jarak yang lebih dekat, apapun itu pastikan kita punya nilai tambah dan tunjukkan nilai tambah itu pada konsumen.

Faktor kali maksudnya adalah perbesar bisnis kita dengan mengkali-lipatkan penjualan, bukan cuma menambah, tapi membuatnya berkali-kali lipat. Caranya? duplikasi penjualan dengan cabang, franchise, lisensi, dll. Agar bisnis berkah, pastikan kita juga punya faktor bagi. Bagi kebahagiaan, bagi rezeki, bagi karunia Allah. Bisa dengan cara sedekah, buka lapangan kerja, dll.

 ~TAMAT~



Read More

Selasa, 07 April 2015

Silsilah Keluarga

sumber: kaskushootthread.blogspot.com


Saat mudik bulan Januari lalu, Syifa dan Farah asyik melihat beberapa album foto di kamar Eyang Uti. Banyak sekali pertanyaan "Ini siapa?" yang dilontarkan ke Eyangnya. Eyang pun menjelaskan satu demi satu dengan antusias. Orang tuaku yang asli Salatiga dan Tuntang memang berasal dari keluarga besar. Dari Papa ada 7 bersaudara dan dari Mama ada 10 bersaudara. Nah, terbayang kan berapa jumlah cucu dan cicitnya. Saat ini mereka tinggal di berbagai kota, jarang bertemu kecuali ada acara keluarga seperti pernikahan atau kematian.

Setelah selesai bercerita tentang silsilah keluarga kepada Syifa dan Farah, Mama pun menemuiku. Beliau menyampaikan betapa pentingnya anak-anak mengetahui silsilah keluarganya dan mengenal sanak saudara mereka. Penting bagi mereka untuk tahu bahwa mereka punya akar keluarga yang kini tersebar di berbagai kota.

Ada kesan kecewa dari Mama yang kutangkap. Aku tahu beliau menyayangkan mengapa aku yang sudah bertahun-tahun tinggal di Jakarta, ternyata masih juga belum sowan ke beberapa rumah kerabat yang ada di sana. Padahal sebetulnya aku sangat suka bersilaturahim lho, jalan kemana hayuk aja. Sayang kondisi saat ini kan kemana-kemana harus ada ijin bos alias suami. Kebetulan suamiku memang kurang suka diajak jalan, nah jadinya ya mandeg deh aku. Hanya bisa berniat sowan tapi tak terlaksana dan mupeng saja.

Yah, semoga tahun ini bisa menjalankan amanah Mama. Tidak hanya ke rumah kerabat di Jakarta dan sekitarnya, tapi juga lebih sering menengok orang tua. Jarak Jakarta-Malang memang tak terlalu jauh, tapi selama beberapa tahun terakhir ini memang kami belum bisa pulang. Semoga Allah lapangkan rejeki dan kesehatan, agar semua bisa terlaksana. Bukankah menyambung tali silaturahim itu banyak sekali manfaatnya.


Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Read More

Sabtu, 04 April 2015

Tarif Angkot

Naik angkot berlima, dua dewasa dua anak sekolah, balita ga dihitung. Dua kali ganti angkot saja sudah habis sekitar Rp28rb. Itu berangkatnya, lha baliknya juga tho total udah lebih dari Rp50rb. Alhamdulillah, ga sering jalan-jalan keluar hehe. 

BBM yang naik turun kaya ingus ini memang bikin senewen. Kasihan juga para sopir angkot kalau ada penumpang nakal yang cuek bayar tarif sesuka hatinya. Beberapa kali aku melihat kejadian seperti itu. Pak supir berusaha memanggil penumpang yang membayar dengan tarif lama. Sayang, penumpangnya sudah berjalan cepat tanpa menoleh. Entah memang tidak merasa atau memang berniat melarikan diri.

Ada lho pak sopir yang sampai lamaaa memandangi uang dalam genggamannya. Mulutnya ngomel panjang pendek, nafasnya dihela panjang. Bayangkan kalau misal ia mendoakan hal yang kurang baik pada si penumpang, duh.

Semoga kita menjadi penumpang yang jujur, mau membayar sesuai tarif yang berlaku. Biasanya daftar tarif baru setelah kenaikan BBM ditempel di pintu angkot tho. Dibaca baik-baik, sesuaikan dengan tujuan kita, dan bayar sesuai tarif. Misal tidak ada daftarnya, ya tanya saja ke sopir berapa tarifnya. Selisih seribu pun akan sangat bernilai bagi mereka. Jangan sampai jadi dosa kita karena membuat mereka merasa didzolimi.

*selfreminder

Read More

Rabu, 01 April 2015

[Azzam] REKA ULANG TKP

Tidak hanya kerjaannya pak polisi saja ternyata. Si bungsu Azzam juga selalu melakukan hal yang sama. Seringkali bikin emaknya ini nahan dongkol. Tapi ya unik dan menggelikan ulahnya.

Contoh kasus 1:

Bapaknya lagi ngepel, aturannya tidak ada yang boleh jalan-jalan nginjak lantai. Kalau ada yang melanggar, wew marah deh dia. Nah, suatu waktu aku terjebak di kamar sedangkan Azzam di ruangan depan. Dia manggil-manggil pengen digendong masuk kamar tapi ga boleh lewat kan, lantai masih basah.

Akhirnya marah tuh si Azzam, mewek ngomel ga jelas. Pas aku dah datang, dia ngamuk ga mau dipegang. Aku diusir-usir disuruh balik masuk kamar, trus aku dipanggil-panggil lagi. Maunya dia, direka ulang saat dia manggil aku langsung datang. Plus tanganku harus terbuka lebar mau meluk dia dari jauh. Berasa film india:-D Beberapa kali salah persepsi maunya dia seperti apa karena dia ngomel sambil nangis kenceng.

Contoh kasus 2:

Setiap malam dia punya kebiasaan terbangun lantas minta minum madu. Nah, harus sesuai urutan yang dia mau lho. Digendong ke kulkas ambil madu, ambil air putih, lalu masuk kamar. Nah, di kamar kami harus duduk berhadap-hadapan, bakal teriak protes kalo aku duduknya miring ato posisinya beda. Kakiku harus ada di samping badannya, kanan dan kiri. Jadi aku ga boleh duduk lipat kaki, kudu selonjor ngapit dia.

Contoh kasus 3:

Habis Azzam pup atau pipis, biasanya aku otomatis narik kran flush. Ealah lupa kalau dia kan pengen nge-flush sendiri. Ngamuk deh mewek. Aku jelasin pelan dia ga mau. Aku minta flush sendiri dia udah mangkel. Akhirnya setelah agak lama nangisnya, mau juga dia narik kran. Masih sambil ngomel hehe.


Read More