Selasa, 15 Maret 2016

Dicari: Suami Sholeh

sumber
Kalau suaminya sholeh lantas istrinya jadi sholehah, ah itu biasa. Sebagai qawwam alias pemimpin, suami bisa membimbing, meminta, menyuruh, bahkan memerintahkan istri untuk shalat dan berhijab. Jadi kalau ada istri yang akhirnya pisah ma suaminya lantas ada perubahan, minimal dari cara berpakaian, maka bisa diduga yang dulu itu atas anjuran suaminya. Misalnya sewaktu masih bersuami dia pake jilbab, eh pas udah cerai dia ga pake jilbab lagi.

Nah, kalau kebalik nih. Istrinya yang sholehah dan paham agama tapi suaminya malah ga sholat, ga ngaji, gimana dong. Ga ada power istri untuk memaksa suami agar sholat. Bisanya hanya mendoakan dan menasehati secara haluuuuus. Keras dikit aja bisa marah tuh si suami karena merasa digurui sama perempuan. Harga diri sebagai lelaki gitu.

Kalau ekstremnya sih, pernikahan dengan suami yang meninggalkan sholat itu otomatis tidak sah lho, batal. Dalam mazhab Hambali, meninggalkan sholat berarti murtad makanya batal deh pernikahannya. Tapi di mazhab Syafi’i tidak demikian, karena lelaki yang tidak sholat asal meyakini kewajibannya masih dihukumi sebagai muslim. Jadi pernikahannya masih sah.

Bagi para gadis, carilah suami yang bagus ibadahnya dan paham agama. Ini modal utama.

Statusku di Facebook beberapa saat yang lalu itu ternyata menimbulkan berbagai tanggapan. Ada yang menyanggah, ada yang setuju dan ada juga yang tidak berpihak. Potongan pemikiranku memang bisa menimbulkan aneka reaksi.  Lha wong cuma sepotong kan, kurang lengkap lah penjelasannya hehe.Mana bahasanya bahasa orang ngomel :D

Beda kasus pasti beda pula solusi. Statusku di atas membicarakan kondisi di mana pasangan suami istri sama-sama muslim sejak lahir. Tentu beda bila dibandingkan kondisi di mana pihak suami adalah seorang mualaf. Menurutku ada bedanya lah ya,  tidak sholatnya seseorang yang muslim sejak lahir jika dibandingkan dengan seorang mualaf. Bahkan dalam banyak kejadian, mualaf itu malah jauh lebih rajin, dan lebih bagus ibadahnya. Perjuangan dan pengorbanan dia untuk pindah agama tentunya besar dan tidak mudah. Sehingga selanjutnya dalam beribadah tentunya lebih bermakna.

Muslim dari lahir, dapat tempelan muslim karena orang tuanya muslim. Selanjutnya tergantung gaya didik orang tua sajalah. Mendidik agama dengan baik dan benar ke anak atau sepintas lalu saja. Soal sholat nih yang pertama dan utama. Sejauh mana orang tua mau bersusah payah memperkenalkan, membiasakan, dan akhirnya mengharuskan anaknya sholat.

Oleh karena itu, sebagai gadis muslimah, mencari suami sholeh yang sholatnya rajin dan benar-benar dipegang teguh itu penting pake banget. Nanti kalau sudah punya anak agar bisa berbagi tugas mendidik dengan suami. Bisa jadi tim solid yang bisa diteladani anak pula. Bayangkan kalau suami ga rajin sholat, malas, atau malah ga sholat sama sekali. Bisa pontang-panting lah istri mengajari dan mencontohkan ke anak. Anak diajak ngaji, diajak sholat, diajak ke masjid. Tapi sehari-hari anak melihat bapaknya ga melakukan itu semua. Huff....sayang banget :(

Tapi ya, tergantung kitanya juga sebagai perempuan. Bab iman dan sholat ini jadi prioritas yang ke berapa? Semoga saja yang pertama ya...aamiin. Dunia makin kacau, jungkir balik ga karuan. Kalau kita jalan ga pakai modal dan pegangan iman...wow ga tau deh gimana.

Read More

Rabu, 13 Januari 2016

On Going : Unpredictable 2016

"Kangen nulis...kangen baca...kangen blogwalking...kangen fbwalking. Mana yang paling gampang alias ga ngoyo? Hehe yang terakhir disebut pastinya"

Beberapa hari yang lalu nyetatus begitu. Memang fbwalking yang paling mudah dilakukan sekaligus mampu melenakan. Kadang tak terasa berapa lama waktu yang terlewatkan dengan fbwalking. Padahal sebagai online seller, gaul dan gentayangan di FB itu sebuah to do list lho. Nyetatus itu adalah sebuah kewajiban, nyetatus yang nampol bisa banyak mendatangkan like dan comment itu sebuah target juga. Nah lo!

Menanggapi statusku itu ada seorang teman yang berkomentar, "Nulis aja mba satu paragraf." Ah, ya, rugi ah kalo cuma kangen tapi akhirnya ga nulis apa-apa. Sekedar nyampah pokoknya nulis kan udah suatu pencapaian. Paling tidak dihitung sebagai relaksasi. Hehe, bukankah menulis memang suatu cara relaksasi? Buatku itu pasti. Sayangnya, makin hari makin jarang menulis. Berarti makin jarang relaksasi dong? O..o..berarti makin tegang, ga relaks, dan bad mood kah? Sutris? Mudah mangkel dan marah? Capek lahir batin? Jawabannya adalah.....iya...dikit sih :p

Sebagai (orang yang ngakunya) penulis, setiap saat, bila ada kejadian apa pun, pemikiran apa pun, perasaan apa pun itu, biasanya membuat diri ini ngilang ke dunia lain. Merenung, separo ngelamun sambil merangkai kata. Sebenarnya itu adalah ide-ide tulisan kan ya. Sayang kalau tidak dituangkan di media apapun. Entah notes, status fb, terlebih lagi postingan blog. Duh, emaan alias sayaang sekaliii.

Tahun 2016 ini tentu saja banyak harapan akan hal-hal baik yang terjadi. Kali ini tanpa resolusi. Kenapa hayoo? Diri ini orang yang susah berkomitmen, suka mencla-mencle, butuh bantuan keajaiban kalau mau konsisten untuk melakukan sesuatu. Malu rasanya punya banyak resolusi tapi pelaksanaan nol besar. Eerr, eh ga nol juga sih tapi yaa sekian koma lah :D Jadi gimana? Belum sempat mikir banyak sih apa aja yang diharapkan di tahun ini. Masih berjalan apa adanya, mengalir bagaikan air. Efek pekerjaan kantor yang bikin capek karena tiada habis. Ada juga bisnis olshop yang butuh waktu dan tenaga, plus kewajiban utama sebagai IRT. Hohoho, jadi ya masih mbulet dengan rutinitas yang ada.

Semoga Allah kasi kesehatan ya, kasi kesempatan. Umur ga ada yang tahu expired-nya kapan. Padahal saking sibuknya kita dengan rutinitas, seringkali kita lupa akan prioritas. Apalagi kalo bukan ngumpulin bekal akhirat cuy. Yuk ah, berbenah bareng. Stay strong dan Fighting!!


Read More