Kebutuhan atau Keinginan?!

Kesimpulanku saat ini, satu lagi hal dalam hidupku yg mesti kupelajari, kubiasakan, kuaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu MENAHAN KEINGINAN. Yap, salah satu fitrah manusia yang kalau tidak atau kurang dikontrol ini akan menimbulkan masalah bagi pelakunya di kemudian hari, bisa jadi bahkan pada saat itu juga.

Mungkin ini salah satu kelemahan bekerja sebagai PNS, dgn gaji yang didapat rutin tiap bulannya, membuat orang kurang bertawakal pada Allah Swt. Mungkin tidak semua oranglah, tapi kebanyakan, dari kualami sendiri, dari pengamatku juga sebagai orang bagian TU di kantor (sekarang Bendahara).

Kenapa kubilang kurang tawakal? Karena dalam tiap tindakannya, cenderung mengandalkan gaji awal bulan itu, sehingga bulan sebelumnya banyak pengeluaranlah, banyak kreditanlah, boroslah, traktir sana-sinilah. Jadi inget sabda Rasulullah saw, bahwa 9 dari 10 pintu rejeki adalah berdagang (yang 1 baru PNS kali ya hehe). Sebagai pedagang, musti kerja keras, bertaktik, dan itung-itungan agar dapat untung dan bisa putar modal. Sebagai PNS? Kerja ga kerja gaji tetap dapat, banyak korupsi waktu dilakukan, sadar ga sadar, malu ga malu (no offence, pengalaman pribadi kok hehe).

Mungkin, karena kurangnya ketawakalan pada Allah Swt tentang rejeki ini yang membuat banyak orang jadi boros, kurang dapat menahan keinginan, atau lupa bahkan INGIN belum tentu BUTUH! Mulai sekarang, kalau jalan ke pasar (Alhamdulillah, Majene ga ada mall:-P), dalam hati aku selalu bertanya pada diri sendiri, "butuh atau ingin?". Jadi ga lapar mata, mentang-mentang bawa duit, beli ini itu, bikin penuh kulkas. Aku berusaha belanja sesuai budget yang ada, tapi ya susaah! Masih dalam tahap pembiasaanlah, moga-moga suami juga bisa ngikut. Agar cita-cita naik haji cepat terealisasi dalam 10 - 15 tahun ke depan, insyaAllah.