Tampilkan postingan dengan label me and family. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label me and family. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 April 2015

[Azzam] Kisah Si Babi

Beberapa waktu yang lalu ada rame-rame gegara anak pak Presiden yang bercerita ga sengaja makan daging babi. Lalu ada berita heboh penipuan konsumen, cilok dengan merek Cu Nyuk yang ternyata memakai bahan daging babi. Sebenarnya kata babi itu sendiri sudah lama hebohnya di dalam keluarga kecilku lho :D

Berawal dari kebiasaan buruk tetangga di rumah kontrakan kami sebelumnya. Ibu sebelah rumah kami itu suka memaki dengan kata-kata ala kebun binatang. Dia punya anak balita laki-laki dan keponakan seumuran dengan Azzam. Mereka bertiga biasa main bareng, klop pokoknya, wong sama jailnya. Mau tak mau, mereka ini terkontaminasi kata-kata kebun binatang yang sering dilontarkan si ibu meskipun mereka nggak ngeh kalau kata-kata itu tidak baik diucapkan. Sambil bergurau, mereka mengatai temannya anjing, babi, dll.

Setahuku Azzam tak pernah mengucapkan kata-kata itu di rumah. Tak ada laporan dari si mbak maupun kedua kakaknya. Kukira aman lah ya, sampai pada suatu hari, Azzam akhirnya mengucapkan "babi" sambil senyum-senyum nakal tanpa tahu maksudnya. Si mbak pun kaget, lantas bercerita padaku sore harinya saat aku pulang kantor. Syifa dan Farah pun menceritakan ulah adik bungsunya itu disertai mimik muka heran dan kaget, lucu pokoknya.

Sejak saat itu, cukup sering Azzam bermain kata "babi" karena akan mengundang reaksi kaget dan heboh dari kedua kakaknya. "Bibabibabibabibabi" seru Azzam sambil cengar-cengir. Kedua kakaknya langsung heboh menasehati dan melarang-larang.Lain waktu dia mengejek kakaknya, "Kakak jelek kaya babi". Reaksi kakaknya dan juga si mbak lebay banget, heboh pokoknya. Makin penasaran saja si Azzam dengan kata "babi" ini.

Suatu hari, aku bercerita tentang taman gantung Babilonia, reaksi anak-anak adalah: "Umii!! Omongnyaaaa!" Hedeh, gegara ada kata babi kusebut. Lantas kuberikan penjelasan singkat agar mereka paham.Pernah juga aku membacakan buku pada Azzam, ada gambar peternakan dan berbagai hewan di dalamnya. Lantas kusebutkan satu-persatu, "Ada kuda, ayam, sapi, babi." Lucunya Azzam langsung kaget, mata membelalak sambil berteriak, "Umiii omongnyaaa!!" :D

Dalam pikiran mereka bertiga, menyebut kata "babi" adalah larangan. Mungkin itu yang mereka tangkap dari pelototan si mba penjaga mereka. Akhirnya dalam situasi dan kondisi apapun, apabila ada yang menyebut kata "babi" langsung deh mereka mengingatkan. Termasuk mengingatkan aku yang sedang bercerita, dikiranya aku ngomong kotor hahaha.

Alhamdulillah sudah beberapa bulan terakhir ini tidak ada lagi kehebohan tentang si babi di rumah kami. Syifa dan Farah sudah mengerti untuk tidak lebay menanggapi Azzam yang hanya suka usil dan memang tidak bermaksud berkata kotor. Azzam juga sudah lupa dengan kosakata itu, maklum sejak pindah ke rumah yang sekarang temannya hanya sedikit saja dan tidak ada yang aneh-aneh. Pengaruh lingkungan memang sangat mudah diserap anak-anak ya.


ngambil dari www.clipartbest.com
Read More

Selasa, 07 April 2015

Silsilah Keluarga

sumber: kaskushootthread.blogspot.com


Saat mudik bulan Januari lalu, Syifa dan Farah asyik melihat beberapa album foto di kamar Eyang Uti. Banyak sekali pertanyaan "Ini siapa?" yang dilontarkan ke Eyangnya. Eyang pun menjelaskan satu demi satu dengan antusias. Orang tuaku yang asli Salatiga dan Tuntang memang berasal dari keluarga besar. Dari Papa ada 7 bersaudara dan dari Mama ada 10 bersaudara. Nah, terbayang kan berapa jumlah cucu dan cicitnya. Saat ini mereka tinggal di berbagai kota, jarang bertemu kecuali ada acara keluarga seperti pernikahan atau kematian.

Setelah selesai bercerita tentang silsilah keluarga kepada Syifa dan Farah, Mama pun menemuiku. Beliau menyampaikan betapa pentingnya anak-anak mengetahui silsilah keluarganya dan mengenal sanak saudara mereka. Penting bagi mereka untuk tahu bahwa mereka punya akar keluarga yang kini tersebar di berbagai kota.

Ada kesan kecewa dari Mama yang kutangkap. Aku tahu beliau menyayangkan mengapa aku yang sudah bertahun-tahun tinggal di Jakarta, ternyata masih juga belum sowan ke beberapa rumah kerabat yang ada di sana. Padahal sebetulnya aku sangat suka bersilaturahim lho, jalan kemana hayuk aja. Sayang kondisi saat ini kan kemana-kemana harus ada ijin bos alias suami. Kebetulan suamiku memang kurang suka diajak jalan, nah jadinya ya mandeg deh aku. Hanya bisa berniat sowan tapi tak terlaksana dan mupeng saja.

Yah, semoga tahun ini bisa menjalankan amanah Mama. Tidak hanya ke rumah kerabat di Jakarta dan sekitarnya, tapi juga lebih sering menengok orang tua. Jarak Jakarta-Malang memang tak terlalu jauh, tapi selama beberapa tahun terakhir ini memang kami belum bisa pulang. Semoga Allah lapangkan rejeki dan kesehatan, agar semua bisa terlaksana. Bukankah menyambung tali silaturahim itu banyak sekali manfaatnya.


Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Read More

Rabu, 01 April 2015

[Azzam] REKA ULANG TKP

Tidak hanya kerjaannya pak polisi saja ternyata. Si bungsu Azzam juga selalu melakukan hal yang sama. Seringkali bikin emaknya ini nahan dongkol. Tapi ya unik dan menggelikan ulahnya.

Contoh kasus 1:

Bapaknya lagi ngepel, aturannya tidak ada yang boleh jalan-jalan nginjak lantai. Kalau ada yang melanggar, wew marah deh dia. Nah, suatu waktu aku terjebak di kamar sedangkan Azzam di ruangan depan. Dia manggil-manggil pengen digendong masuk kamar tapi ga boleh lewat kan, lantai masih basah.

Akhirnya marah tuh si Azzam, mewek ngomel ga jelas. Pas aku dah datang, dia ngamuk ga mau dipegang. Aku diusir-usir disuruh balik masuk kamar, trus aku dipanggil-panggil lagi. Maunya dia, direka ulang saat dia manggil aku langsung datang. Plus tanganku harus terbuka lebar mau meluk dia dari jauh. Berasa film india:-D Beberapa kali salah persepsi maunya dia seperti apa karena dia ngomel sambil nangis kenceng.

Contoh kasus 2:

Setiap malam dia punya kebiasaan terbangun lantas minta minum madu. Nah, harus sesuai urutan yang dia mau lho. Digendong ke kulkas ambil madu, ambil air putih, lalu masuk kamar. Nah, di kamar kami harus duduk berhadap-hadapan, bakal teriak protes kalo aku duduknya miring ato posisinya beda. Kakiku harus ada di samping badannya, kanan dan kiri. Jadi aku ga boleh duduk lipat kaki, kudu selonjor ngapit dia.

Contoh kasus 3:

Habis Azzam pup atau pipis, biasanya aku otomatis narik kran flush. Ealah lupa kalau dia kan pengen nge-flush sendiri. Ngamuk deh mewek. Aku jelasin pelan dia ga mau. Aku minta flush sendiri dia udah mangkel. Akhirnya setelah agak lama nangisnya, mau juga dia narik kran. Masih sambil ngomel hehe.


Read More

Selasa, 03 Februari 2015

Cerita Mudik: Malang I'm Coming (1)

Tahun 2015 ini diawali dengan perjalanan mudik ke kampung halaman tercinta, kota Malang. Setelah kurang lebih 2,5 tahun tak sowan ke rumah orang tua *ther lha lhu :( * alhamdulillah kemarin jadi juga kami mudik. Seperti yang sudah kuceritakan di sini, kami berlima naik kereta ekonomi Matarmaja yang mulai tahun 2015 ini tarifnya naik 3x lipat, dari yang sebelumnya harga tiket sekitar Rp60rb sekarang menjadi Rp180rb. Deg-degan sueneng rasanya, anak-anak juga gembira mau mudik. Kangen sama keluarga besar dan bahkan kami belum pernah bertemu keponakan, anaknya adik iparku, sedari lahir hingga sekarang usianya sudah 2 tahunan. Kalau anaknya adikku sudah hampir 1 tahunan. Jadi ya kepulangan kemarin itu memang sudah sangat dinantikan.

Mamaku sudah ribut aja seminggu sebelum hari H, nelpon ngingetin ini itu. Adikku juga mengingatkan agar kami paling tidak berangkat dari rumah 3 jam sebelumnya dari jadwal kereta. Dulu adik dan orang tuaku pernah naik kereta dari stasiun Pasar Senen juga. Berangkat dari Mampang ke sana memerlukan waktu sekitar 2 jam, mungkin waktu itu pas macet kali ya. Jadi mereka berulang-ulang berpesan agar kami berangkat lebih awal lagi, maklum karena rumah kami di Bintaro. Jarak tempuhnya jauh lebih lama kan.

Syifa dan Farah ikut deg-degan juga, sampai-sampai mereka menghitung hari. Farah yang masih kelas 1 SD salah melulu menghitung berapa hari lagi keberangkatan kami. Syifa selalu mengkoreksi hitungan Farah. Syifa juga melingkari tanggal 5 di kalender kami. Mereka juga sibuk membungkus kado yang akan diberikan kepada om dan tantenya. Isinya sederhana, buku cerita milik mereka. Bentuk rasa bahagia mereka, saking pengennya memberikan oleh-oleh setelah sekian lama tak bersua.

Akhirnya hari H pun tiba. Perutku jadi agak mules, biasalah lagi tegang mau perjalanan jauh plus saking bahagianya mau mudik. Kresek alias kantongan hitam kecil-kecil sudah dipersiapkan untuk Farah. Dia kan mabuk perjalanan hihi. Pokoknya naik kendaraan yang berbau aneh, misal pake AC, apalagi yang ada pewangi mobilnya nih, langsung hoek-hoek deh dia. Kami berangkat jam 11 siang dengan perkiraan perjalanan ke stasiun Pasar Senen sekitar 2 atau 3 jam, ya kali aja macet. Paling tidak jam 1 atau jam 2 siang kami sudah ada di sana kan. Masih bisa santai menunggu kereta yang jadwal keberangkatannya pukul 3 sore.

Oalah, ternyata perjalanannya lancaaar. Farah juga tidak muntah, sempet hoek-hoek aja berasa mual. Sampai di stasiun baru pukul 12 siang. Panas-panasnya, lapar dan haus pula. Kami pun mencari tempat untuk mencetak tiket secara mandiri yang letaknya ternyata di sisi paling ujung dari arah masuk ke stasiun. Antrian lumayan banyak, meski bukan waktu liburan tapi stasiun terlihat ramai calon penumpang berjubel. Banyak yang duduk-duduk ngemper di sepanjang stasiun. Di depan toko, toilet, ataupun mushola.

Rasa sakit kepala dan tidak nyaman di badan membuatku ngotot untuk ikutan ngemper juga. Aku kuatir kalau telat makan bisa kumat lagi migrainku. Akhirnya kami berempat nglesot di depan 7 Eleven, tidak jauh dari toilet. Pokoknya bau dari toilet ga sampai lah hehe. Lha kami kan mau makan siang, bisa hilang nafsu makan kalau ada bebauan aneh :D Eh, misua ga mau ikutan. Pria satu ini sepertinya males nglesot di situ, mungkin karena agak dekat dengan toilet ya, entahlah. Jadi dia pun menghilang dengan alasan mau merokok. Perkiraanku sih dia beli makan di warung yang ada di balik tembok pembatas stasiun.

Sudah tak tahan lagi rasanya, anak-anak juga sudah bilang kalau lapar. Mereka bertiga akhirnya kusuapi dengan bekal nasi goreng plus abon yang kami bawa dari rumah. Hap..hap..hap, mulut-mulut kecil mereka segera mengunyah. Aku pun juga makan dengan lahap. Setelah kenyang dan misua sudah kembali dari makan di warung, aku mengajak Syifa dan Farah sholat bareng di mushola. Ini dia foto narsis mereka bertiga. Sudah kenyang tuh jadi sudah bisa mesem-mesem ^_^


to be continued






Read More

Sabtu, 03 Januari 2015

Ikut Ngantor

Malam sebelumnya, aku diskusi sama misua, enaknya ngajak krucil ke kantor apa nggak. Mereka tuh udah mupeng dan berharap banget, nah aku juga ga sengaja PHP-in sih sebelumnya. Kalo ngajak kan kudu berangkat pagian lah ya biar dapat komuter yang pagian juga jadi ga telat sampai kantornya. Akhirnya diberilah syarat ke mereka, kalau bangunnya bisa pagi, bisa siap-siap pagi, ntar jadi diajak ngantor.

Nah, kemarin pagi aku sengaja ga ngebangunin sih hihi. Ga usah ngajak ajalah, musim hujan begini ribet banget bawa krucil naik angkutan umum. Lah dalah, pas Syifa dan Farah terbangun, mereka kaya kaget gitu. Kluar kamar, lihat jam, dan langsung pasang wajah memelas. Saat aku bilang ga jadi ngajak, Farah langsung mewek syahdu, ambil nada rendah dengan irama merana gitu. Duh, ga tega aku. 

Yo wis lah, Syifa Farah kuajak saja minus Azzam. Lha kalo ngajak Azzam butuh tenaga ekstra. Sudah terbayang bawaan aneka macam sepulang kantor nanti. Kalau ngajak krucil kan gitu, sekalian belanja di Sojong  Alhamdulillah, si mba datang bawa anak lelakinya. Pas banget untuk nemani Azzam seharian dirumah.

Kami pun berangkat bertiga naik komuter. Misua berangkat sendiri naik motor. Sebetulnya dia tidak setuju kemarin aku ngajak Syifa dan Farah. Lha udah kesiangan berangkatnya, bisa terlambat aku sampai kantor. Ternyata memang akhirnya aku telat, setor jari di mesin absensi jam 07.34 huhu. Telat 4 menit saja, hiks. Mungkin karena aku sempat mampir dulu di loket stasiun untuk menukarkan kartu tiket komuter dengan uang. Tapi ya sudahlah, sesekali telat yang penting anak-anak seneng diaja dolan ke kantor emaknya.


Benar sesuai dugaanku, sorenya pulang naik bis jemputan masih hujan. Bawaan 3 buntelan gede, berat. Ga hanya hasil belanja tapi juga aneka titipan. Satu buntelan berat sudah didelegasikan ke misua, isinya 6 paket yang harus dikirim via JNE hari ini. Farah sudah tertidur dininabobo goncangan bis. Gapopo wis, lega wiken sudah di depan mata, lanjut cuti seminggu. Mudik deh, horeeee :-D



Read More

Senin, 15 Desember 2014

Bang Thoyib Pulang!

Udah pasti tahu dong ya lagu si Bang Thoyib yang dua kali lebaran ga pulang itu. Nah, parahnya nih, aku tuh udah tiga kali lebaran ga pulang kampung huhuhuhu. Sedihnya ga ketulungan, padahal hanya Jakarta - Malang aja lho, tapi sayangnya memang kondisi kami tidak memungkinkan untuk pulang. Beberapa kejadian tidak mengenakkan yang terjadi beberapa tahun yang lalu itu membuat kondisi keuangan keluargaku acak adut. Alhamdulillah orang tuaku dan mertua selalu mensupport dan mendoakan, in sya Allah semua akan indah pada waktunya. Nah, alhamdulillah bulan ini kami mendapatkan rejeki sehingga in sya Allah bisa beli tiket mudik.

Berburu tiket itu memang sesuatu. Memompa adrenalin juga karena serba adu cepat, ada rasa kuatir tidak kebagian tiket dan makin deg-deg plas kala ada aral rintang sebelum tiket benar-benar resmi kita miliki. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berburu tiket, jadi rasanya kali ini memang melegakan pada akhirnya, iya, in sya Allah aku bisa pulang. Anak-anak juga excited, sueneng sampai-sampai Syifa menghitung mundur hari H kepulangan kami nantinya.

Ceritanya nih, hari Minggu pagi kemarin (7/12) ketika aku dan misua sedang santai ngeteh, tiba-tiba saja aku teringat bahwa Syifa mendapatkan liburan UAS sampe tanggal 11 Januari 2015. Langsung deh aku usul agar kami mudik bulan depan. Mumpung ada rejeki, mumpung anak-anak liburan, dan mumpung masih awal tahun yang berarti jatah cuti kami masih banyak.

Segera saja aku hunting tiket di paditrain. Nyari tanggal 4 Jan, hari Minggu, eh ternyata masih 400an seat. Langsung deh buking untuk 2 dewasa dan 3 anak. Butuh waktu lumayan lama karena aku harus register dulu di sana, yah namanya juga baru kali ini beli tiket via paditrain. Oalah, ternyata maksimal bukingan hanya bisa untuk 4 orang saja. Ulang lagi kan tuh dari awal. Ganti buking 1 dewasa dan 3 anak, isi data rinci calon penumpang, haduh makan waktu lagi. Nah, pas udah beres dan klik pemesanan, olalaaaa tiketnya udah sold out sodara-sodara. Huhuhu ratusan seat habis dalam sekejab 

Pantang mundur, pokoknya harus jadi pulang. Akhirnya aku milih tanggal 5 Januari saja, dan alhamdulillah dapat. Legaaaa, tinggal ngacir ke atm tuk bayar aja. Sebelumnya aku coba bayar via ebanking tapi ga ada kode PT.KAI di multipayment. Mau coba pake CC juga gagal, yo wis ke atm aja. Lha kok, pas ke ATM malah gagal proses. Coba ke ATM lainnya lagi masih sama, gagal. Dengan hati termehek-mehek aku ngajakin misua beli tiket di Indomart aja, pokoknya ga boleh pulang dengan tangan hampa. Done, dapat juga tiket untukku dan 3 krucil. Sayangnya kalau beli tiket di Indomart ga bisa milih tempat duduk :(

Tiket berangkatku dan anak-anak sudah oke, tinggal punya misua. Lha kok KTP dia ketinggalan di rumah. Huhu yo wis, balik pulang dan aku log in paditrain lagi. Mesen buat dia plus sekalian tiket baliknya dari Malang. Oya, pantas saja tadi pas mau bayar via ATM gagal, lha wong aku ga masukin tambahan 3 angka di depan kode transaksinya *tepokjidat. Haduuuh, efek bingung karepe dewe. Setelah ngeh, aku ngacir ke ATM lagi untuk pembayaran tiket balik ke Jakarta. Alhamdulillah, beres. Tinggal ajukan cuti dan in sya Allah bisa mudik. Do’akan lancar jaya yaaa temans :)



Read More

Selasa, 25 November 2014

Catatan Penting: Ruam Pada Anak


Kemarin belajar lagi, setelah browsing tapi merasa kurang puas. Akhirnya balik lagi ke kitab andalan dari dr. Purnamawati SpAK, MMPed, duduk manis deh baca ulang. Ada catatan penting tentang ruam kulit ketika demam.

*Demam dan ruam umumnya disebabkan oleh virus campak, rubella, atau roseola. Bedakan ketiganya dari pola timbulnya ruam serta dari gejala yang menyertainya.

*Campak: Demam tinggi (39-41°C), batuk pilek, sensitif terhadap cahaya (silau/pusing bila terkena cahaya). Saat demam masih tinggi mulai muncul ruam di dahi dan wajah (hari ke-4 - hari ke-5), hari berikutnya demam berkurang dan ruam bertambah di badan lalu merata hingga kaki, demam pun reda. Ruam bisa gatal, kasar, dan bersisik, dalam proses penyembuhan akan menghitam.

*Rubella: Demam umumnya tidak terlalu tinggi dengan gejala lebih ringan dari campak. Ruam muncul merata saat demam (hari ke-4 - hari ke-7).

*Roseola: Diawali demam tinggi (gejala lain minimal) yang turun setelah 2-3 hari lalu muncul ruam di dada, punggung, lengan, kemudian merata ke muka, dan jarang mencapai kaki. Munculnya ruam setelah demam reda merupakan gejala khas roseola. Ruam tidak gatal. Umumnya ringan.

*Campak, rubella, dan roseola, cacar air TIDAK butuh obat apapun selain penurun panas parasetamol. JANGAN beri penurun panas yang mengandung asetosal/aspirin karena dapat menimbulkan sindrom reye yaitu radang hati dan radang otak akut. Kedua, jaga asupan cairan dan nutrisi, observasi keadaan umum anak. Bila kejang, sesak napas, kesadaran menurun, segera bawa anak ke RS.

Jadi yaaa, lagi-lagi ada koleksi antibiotik oleh-oleh dari dokter kemarin. Antibiotiknya tidak kuberikan ke anak-anak. Penyakit yang disebabkan oleh virus, percuma saja kan kalau dilawan dengan antibiotik.

Read More

Trio Kwek-kwek Sakit

Kamis malam (13/11) Syifa demam, akhirnya Jumat dia tak masuk sekolah. Hari Sabtu dia masih demam dan lemas. Kata si mbak, dia melihat ada ruam kemerahan di dekat telinga Syifa. Lalu mulai muncul kemerahan di wajahnya pada hari Minggu. Senin dia ingin masuk sekolah meski badannya masih lemas. Aku jadi curiga karena kondisinya bukan seperti flu biasa. Biasanya kalau demam flu, setelah demam reda badan terasa lebih fit dan tidak lemas.

Sepulang sekolah, si mbak lapor ternyata badan Syifa demam lagi. Muncul kemerahan di seluruh tubuh terutama perut dan dada. Waduh, jadi teringat kondisi yang sama ketika usianya 5th dulu. Kemungkinan Syifa terkena campak nih. Sore itu aku jadi tak tenang di kantor, rasanya ingin segera pulang untuk memeriksa kondisi Syifa. Sepulang kantor aku langsung membawanya ke dokter terdekat, hanya untuk memastikan apakah sakit yang dideritanya campak atau bukan. Dulu saat dia campak sampai dirawat inap di RS lho karena ketidaktahuanku akan penanganan campak. Mau aja nurut sama dokter yang bilang Syifa harus dirawat, padahal di home treatment aja sih bisa sembuh sendiri sebetulnya. Jadi parno kalau inget pengalaman dulu itu.

Setelah diperiksa memang diagnosa dokter adalah campak. Syifa harus istirahat dan memulihkan kondisi tubuhnya agar si virus segera minggat. Berarti dia akan tinggal di rumah, tidak usah bersekolah. Syifa sedih dan meneteskan air mata. Bukan, bukan karena sakitnya, tapi karena dia tak bisa mengikuti Field Trip hari Selasa (18/11) beserta teman-temannya.Sudah sejak lama Syifa mengangankan acara Field Trip ini. Menanti dengan gembira, bahkan menghitung hari. Merencanakan dan menyiapkan ini itu, membicarakannya denganku maupun adiknya. Malam sebelum hari H Syifa masih merajuk, berusaha agar dia tetap bisa berangkat. Kujelaskan padanya tentang kondisi tubuhnya, tentang kerepotan bu guru dan teman-temannya kalau Syifa tetap ngotot berangkat. Kali ini Syifa belajar untuk menerima kenyataan pahit dan rencana yang tak berjalan sesuai dengan yang diingikannya.

Alhamdulillah setelah demamnya turun, Syifa tetap makan dengan lahap, ngemil pun jalan. Tapi Farah malah muntah-muntah terus. Senin malam (17/11) demam juga, jadi mereka ga ada yang sekolah. Tiap habis makan, dimuntahkan semua oleh Farah. Kuberikan makan minum lagi, meski sedikit dan bukan nasi. Kucoba memberikan bubur kacang ijo, pasta instan,tempe dll tapi dimuntahkan juga. Farah sudah mulai mengeluhkan gatal dan kulihat ada ruam muncul di lengannya, tapi hanya sedikit dan hilang beberapa hari kemudian. Kondisi Azzam juga demam dan batuk pilek, aku deg-degan sambil terus observasi kondisinya. Khawatir kalau Azzam terkena campak juga. Farah dan Azzam tidak ikut imunisasi campak ketika bayi, hanya Syifa yang dulu sudah imunisasi lengkap anjuran Pemerintah. Eh, malah Syifa yang sudah kena campak 2x hihi.

Sakit bebarengan begini, memang bikin capek dan repot tapi malah enak, moga sembuhnya nanti bisa bersamaan juga. Maka aku pun ijin tidak bekerja selama 3 hari sejak Selasa (18/11) sampai dengan Kamis (20/11). Anak-anak malah seneng emaknya di rumah, mereka bisa bermanja-manja. Makan saja minta disuapi semua, terutama Azzam tuh manja banget. Mau pipis aja minta diantar lho, padahal biasanya bisa sendiri. Mudah-mudahan mereka semua segera fit kembali, aamiin. Musim penghujan memang musim penyakit. Daya tahan tubuh harus ditingkatkan agar kami semua tahan banting ^_^



Read More

Senin, 15 September 2014

Another Chapter : Moving (1)

Cerita terakhir tentang pindahan rumah kutulis di bulan Juli 2012 yang lalu. Membacanya membuka sebuah luka lama. Bagaimana tidak, 6 bulan setelah pindahan rumah ke rumah baru milik sendiri, ternyata kami harus balik ngontrak lagi. Rumahku yang itu terpaksa harus kami tinggalkan karena konstruksinya dianggap membahayakan. Sayang, tidak ada file gambar rumah itu sebagai kenang-kenangan. Dulu ketika posting di Multiply, kukira postingan itu bisa menjadi jejak rekam. Sekali lagi sayang, ketika pindahan ke Blogspot, smua file picture tak dapat ikut diselamatkan. Entah ya kalau misua, apa dia menyimpan file foto rumah yang dulu, aku juga tak pernah menanyakannya.

Jadi, cerita berawal ketika kami dengan uang pinjaman bank akan mendirikan rumah. Biasalah, nasib PNS kalau ga ngutang ya ga bakal kuat beli rumah. Saat itu kami mengenal seorang tetangga di lahan calon rumah kami. Dia beserta keluarganya adalah penghuni pertama di lahan kaplingan itu. Menurut ceritanya yang enak didengar dan meyakinkan, dia sudah ahli menjadi kontraktor dan ingin membantu kami untuk bisa segera mempunyai rumah. Dia yang pegang proyek rumah kami, dengan harga miring sebagai bantuan, begitu katanya. Entah bagaimana, saking percayanya suamiku ke dia, kami tidak membuat perjanjian hitam di atas putih. Heloo jaman gini gitu lhooo, tapi ya aku dan suami benar-benar ga ada pikiran negatif ke dia. Sama-sama perantauan, sama-sama wong Jowo, dan dia bilang pengen bantu agar dia bisa segera punya tetangga. Memang sih, di sana sepi deh kalau malam. Tanah seluas itu baru dia yang menempati, rumah dia juga dia sendiri yang bangun dan bagus hasilnya.

Rumah kami jadinya gede banget lho, di atas tanah seluas 150 m2 misua hanya menyisakan sedikit untuk halaman. Kebayang dong luasnya, capeknya kalau nyapu dan ngepel haha. Sekarang dipikir-pikir, mana ada rumah gedong kaya gitu bisa dibangun dengan dana minimalis? Ga mungkin kan, maka jadilah rumahku itu retak di mana-mana, lantai duanya doyong kalau tertiup angin, ngeri kaaaan, horor mak. Penampilan luar rumah pun sudah berantakan, mencong sana-sini, bentuknya ga rapi, mbuh gimana itu tukang-tukang ngerjainnya, ga jelas blas. Dia si tetangga itu bukannya bertanggung jawab, malah sibuk menjawab dengan cara menyalahkan para tukang. Lha kan tukang-tukang itu kerjanya sama dia, lha dia mandornya tho. Intinya dia sama sekali ga ada rasa bersalah atau menyesal, ga ada kata maaf terucap, aseli bikin esmosi aja pokoknya. Akhirnya setelah kami pindah ngontrak lagi, misua memutuskan untuk merubuhkan rumah tersebut. Yap, rata dengan tanah.

Nyesek? Ya iyalaaaaah. Cicilan kami masih bertahun-tahun lamanya, hutang ke selain bank juga menumpuk, sutris lah pasti. Saling menguatkan sajalah aku dan misua. Sambil terus menyemangati diri bahwa ini musibah, cobaan, ujian hidup yang harus kami lewati. Bahwa semua ini adalah bagian dari takdir, bahwa semua ini adalah salah satu puzzle hidup kami yang harus kami susun bersama. Pengalaman memang mahal harganya sodara-sodara, dalam artian yang sebenarnya hehehe. Termasuk tentang masalah hati, memaafkan dia yang sudah berlaku jahat pada kita itu ternyata tak mudah juga.

Setelah jatuh bangun, alhamdulillah kami berhasil memiliki rumah lagi kini. Hutang masih ada lah pasti, semoga Allah lapangkan rizki agar kami bisa segera melunasinya, aamiin. Daaaan, tanggal 25 Agustus kemarin kami resmi pindahan rumah (lagi). Ada rasa lega juga melihat kami sekeluarga sudah bisa menempati rumah yang kami perjuangkan, meski ketar-ketir juga kalau ingat cicilan utang hoho. Foto-foto rumah ntar mau diposting juga ah, untuk kenang-kenangan :)
Read More

Kamis, 01 Mei 2014

Tukaran


Punya anak kecil lebih dari satu?  Punya anak dengan jarak kelahiran yang tak jauh? Dijamin kehebohannya kalau mereka berdua sedang bertengkar alias tukaran dalam bahasa Jawa. Aku dan adikku terpaut hanya 3 tahun saja, jadi dulu kami sering memakai baju kembaran ketika masih imut-imut. Seperti juga anak-anak lainnya, kami sering sekali bertengkar meski sering juga boloan alias berteman. Teringat dulu pernah aku dilempar type ex oleh adik sampai berdarah bibirku, lalu oleh Mama aku disuruh membalasnya haha. Pas gedean punya kamar masing-masing, kalau bertengkar kami gantian ejek-ejekan lalu kejar-kejaran sampai sembunyi di kamar masing-masing. Memang dari kecil sampai SMP kami masih suka ribut. SMA sih sudah sibuk sendiri-sendiri dengan geng dan pacar masing-masing :D.

Memperhatikan Syifa dan Farah, kok bertengkar melulu nggak ada habisnya. Bertengkar tak jemu-jemu. Plus Azzam yang ikut-ikutan jadi provokator. Palingan yang mewek duluan ya Syifa, si cewek sensi. Azzam dan Farah sih seringnya jadi sekutu. Eh nggak juga ding, beda cerita beda sekutu kayanya haha. Azzam cowok satu-satunya di keluarga kami memang merasa jadi anak kesayangan, sekarang makin jail sama dua kakaknya. Tapi ya tetap paling ramai tuh kalau Syifa dan Farah sedang tukaran, duuh sakit ini telinga mendengarnya. Si mbak yang jagain mereka sampai ga betah, ikutan sensi dan mere-mere. Suka ngadu ke aku si mbaknya ini via SMS. Aku ya cuma memberi support agar mbak tetap sabar dan nggak usah ikutan stres, nggak enak juga kalau sampai si mbak akhirnya ikut-ikutan berpihak pada salah satu anak.

Namun, memang seperti inilah defaultnya bersaudara, pasti ada ribut-ributnya. Aku sebagai ibu harus bisa menjadi penengah, teman, maupun wasit yang adil untuk mereka. Tidak bisa dibilang gampang juga sih, seringkali aku merasa kurang tegas dan adil dalam memutuskan perkara mereka *berasahakim @_@ Do'aku semoga mereka bertiga ini erat pertaliannya, erat kasih sayangnya, erat kepeduliannya, erat dalam hal kebaikan. InsyaAllah.
Read More

Kamis, 16 Januari 2014

Sakit Berjama'ah

Beginilah memang kalau musim hujan melanda. Enak sih ya, secara aku jatuh cinta sama hujan #eaaa. Tapi, efek hujan yang terus menerus ternyata membuat banyak kejadian yang tidak menyenangkan. Banjir, itu salah satunya. Tak dapat kubayangkan bagaimana perasaan para korban banjir itu. Di tengah dinginnya cuaca dan derasnya guyuran hujan, rumah mereka pun terendam. Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun. Let's pray for Jakarta, Bekasi, Manado, dll yang terkena banjir.

Efek lainnya yang sudah merakyat adalah gopoken. Gopoken ki opoo? Hehe, gopoken itu sakit-sakitan semacam batuk pilek gitu. Cek saja Puskesmas dan klinik-klinik 24 jam di sekitarmu, pasti selalu ramai oleh pasien yang datang untuk berobat. Tapi untuk keluargaku, kami utamakan penyembuhan mandiri dulu dengan herbal baru ke dokter bila sakit berlanjut. Jadi begitulah, keluargaku juga akhirnya tumbang smua satu persatu. Sakit berjamaah judulnya. Dimulai dari Syifa di hari Sabtu, badannya demam dan lemas lesu. Seharian tiduuur melulu, rewel minta dipijetin, minta ditemani, minta dimanjain lah. Alhamdulillah sehari demamnya sudah turun, tapi batuknya mulai muncul. Biasalah, ga klop dah tuh kalau demam ga muncul batuk dan pileknya hehe.

Hari Minggunya ketika Syifa baikan, gantian Azzam yang siang hari badannya demam, makan sedikit lalu muntah. Malam harinya Farah yang demam, eh aku juga sudah mulai merasa ngilu-ngilu sekujur badan dan pusing kepala, alamat deh nih kena juga. Jadilah mereka bertiga terkapar semua, gantian mengigau ga jelas, balapan batuk, dan gantian minta minum. Untuk Azzam, sempat demamnya tinggi, aku khawatir banget karena dia jarang mau minum. Dibujuk-bujuk pun tidak mau. Akhirnya tengah malam, aku minta si abi untuk beli Nutrisari atau minuman apalah agar bisa membuat Azzam tertarik untuk minum. Dibelikanlah Azzam larutan penyegar cap kaki tiga berbagai rasa, alhamdulillah dia minum dengan rakus. Dasar anak-anak, lha wong haus kok ya ngotot ga mau minum. Besoknya aku membelikan Nutrisari berbagai rasa untuk campuran air minumnya jadi dia terus banyak minum. Alhamdulillah demamnya pun turun.

Aku kena giliran di hari Senin, siangnya sempat dikerokin oleh si mbak. Merah tua hasilnya, badan sakit semua tapi berasa mendingan setelah dikerok. Malamnya aku yang demam. Jam 7 malam sudah ngajakin anak-anak tidur. Berselimut dan berjaket ria deh, lha uademe reeek. Brrrr. Hujan terus-menerus turun sepanjang hari. Alhamdulillah demamku hanya semalam, esoknya langsung ikut balapan batuk sama anak-anak hihi. Nah, ternyata si abi dapat jatah juga disinggahi virus. Selasa siang mulai muntah-muntah, demam, tidur terus. Rabu dia nggak kuat ngantor deh. Eh iya, aku di hari Senin dan Rabu juga sudah ijin tidak kerja. Kalau si abi nambah hari ini dia ga berangkat lagi. Bismillah, aku sudah mulai ngantor lagi hari ini, ditemani uhuk-uhuk dan srot-srot. Asal nggak migrain, insyaAllah aman.

Mungkin karena virus batuknya kuat menyerang, semalam Azzam demam lagi :( Sedih deh, alhamdulillah dia mau banyak minum air madu. Semoga kami semua lekas sehat kembali. Semoga teman-teman semua di mana pun berada juga demikian, aamiin.
Read More

Jumat, 20 Desember 2013

Weaning With Love

WWL yang merupakan singkatan dari Weaning With Love adalah istilah yang belum lama kuketahui. Gegara join di grup yang concern tentang masalah ASI di Facebook, alhamdulillah bisa nambah wawasan. Dulu ketika Azzam masih bayi kan aku sudah niatin untuk Asi Eksklusif 6 bulan dan alhamdulillah lulus sampai dengan Azzam umur 1 tahun. Ingin hati memberikan ASI perah sampai usianya 2 tahun, apa daya aku males *halah. Sejak usia Azzam 1 tahun, aku sudah pensiun memerah ASI. Alasannya karena males, lha hasil perahannya juga sedkit banget. Susu Azzam di siang hari kala aku bekerja adalah susu kambing dan susu UHT yang merk Ultra. Ga prefer ke merk lain meski lebih murah, karena aku yakin dengan rasa dan mutu lebih bagusan Ultra.

Weaning With Love, menyapih dengan cinta. Sesuai anjuran di Al-Qur'an untuk menyusui hingga 2 tahun, maka kebanyakan ibu menyapih anak mereka setelah menginjak usia 2 tahun. Meski ada lho anak yang masih nenen sampai usianya 3 bahkan 4 tahun haha, kebayang ga tuuuh? Di usia 2 tahun ketergantungan anak kepada ASI sudah makin berkurang. Anak sudah mampu makan makanan keluarga, jadi bisa mendapatkan gizi dari asupan yang lebih variatif. Nah, WWL ini adalah cara menyapih anak tanpa paksaan. Harus ada kerelaan dari kedua belah pihak, baik dari ibu maupun juga dari si anak.

Masih terekam dalam ingatan, dulu aku disapih oleh Mamaku dengan cara Mama mengoleskan puyer pahit dan obat merah di putingnya. Jadi kala aku ingin menyusu rasanya tidak dan takut juga melihat dada mama yang merah-merah. Kalau pengalamanku dengan Syifa, dia terpaksa berhenti menyusu karena aku hamil adiknya di saat usia Syifa masih 15 bulan. Alhamdulillah kala itu tidak sulit sama sekali. Syifa kecil begitu pengertian, tidak mengamuk ataupun menangis minta nenen sebelum tidur. Subhanallah, Syifa hanya manggut-manggut seolah mengerti kalau aku sudah tidak kuat menyusui lagi karena kondisi kehamilan yang membuatku mual muntah serta pusing. Sebelum tidur, Syifa kuberi segelas susu atau teh atau air putih. Ketika kami sudah berbaring dan dia minta menyusu, aku lantas bilang bahwa dia tadi sudah minum banyak, jadi sudah tidak usah mimik Umi lagi dan dia menurut.

Lain Syifa lain lagi Farah. Menyapih Farah merupakan perjuangan. Aku sedang LDL dengan suami yang kuliah di Tangerang, jadi hanya bertiga dengan anak-anak di Sulawesi. Seingatku selama seminggu Farah menangis setiap malam karena aku tidak meloloskan permintaannya untuk menyusu. Hatiku sakit rasanya, antara tega ga tega akhirnya ditega-tegain hiks. Farah pasti juga sedih dan marah karena tidak bisa menyusu plu aku menolaknya pula. Oh, it was not an easy situation. Belum tahu-menahu soal WWL sih :(

Weaning With Love, diharapkan penyapihan terjadi tanpa adanya paksaan dan tanpa pembohongan kepada anak, seperti nenen diberi obat merah dll. Dengan WWL anak mengerti bahwa sudah saatnya dia disapih dan dia ikhlas untuk itu. Bagaimana langkah-langkahnya? Alangkah baiknya kalau anak sudah dipersiapkan, ibu sounding ke anak bahwa dia sudah besar, sudah tidak nenen lagi, seperti itu. Sounding bisa dilakukan sebelum anak berulang tahun yang kedua, mungkin 2-3 bulan sebelumnya. Dan selama fase itu, jadwal menyusuinya dikurangi, dari misalnya 4x menjadi 3x. Jadi tidak drastis. Jadi saat dia tepat berumur 2 tahun, diharapkan sudah mengerti. Tips laiinnya adalah anak diberi kegiatan lain sebelum tidur agar tidak teringat nenennya :) Ibu atau Ayah bisa membacakan buku cerita sambil tiduran hingga si kecil mengantuk, atau bermain sebentar sebelum tidur, atau bisa juga menyanyi. Hasilnya tidak akan instan tentu saja, akan dibutuhkan kesabaran sampai anak benar-benar bisa disapih. Waktunya juga tergantung pada kesiapan si anak.

Bagaimana dengan si bungsuku Azzam? Hehehe di usianya yang sudah 2 tahun lebih 3 bulan ini Azzam masih nenen. Ups, WWLku belum berhasil nih. Ada beberapa kesalahan trik yang kulakukan sehingga sampai saat ini Azzam masih nenen sebelum tidur bahkan di waktu lainnya. Pertama, aku terlena. Yup, terlena berperan sebagai ibu menyusui yang akhirnya tidak menyadari bahwa waktu untuk menyapih sudah tiba. Nyadar pas Azzam tinggal beberapa minggu lagi berulang tahun yang kedua. Langsung heboh sama misua, buru-buru sounding ke Azzam kalau dia udah gede, udah ga nenen lagi harusnya. Hahaha dan sampai sekarang masih belum berhasil. Ealah misua juga malah santai bilang kalau Azzam nggak apa-apa biarin aja nenen sampe dia bosen sendiri, whatta!! Dan dari pihakku sendiri, jujur kok rasanya sayang ya kalau mau melepas momen dan bonding menyusui ini hehe. Ini akunya yang males nyapih atau lebay sih, ga tau deh^_^

Maka, sampai dengan detik ini, Azzam masih nenen sodara-sodara. Ketika hari libur, karena aku seharian di rumah, Azzam suka banget minta nennya, tapi nggak kukasi dong. Dialihkan perhatiannya ke hal lain, diajak main sama kakak atau abinya biasanya. Jadi momen tidur siang dan malam baru deh dia nenen. Begitu pun ketika hari kerja, pulang kantor tuh dia langsung ngejar nemplok minta nenen, lagi-lagi dialihkan dulu perhatiiannya sampai saat waktu tidur tiba. Waktu lamanya nenen sudah berkurang sih ya, seringkali dia cuma nenen sebentar lantas tengkurap minta digaruk-garuk punggungnya. Kegiatan sebelum tidur seperti bermain dan membaca sudah dilakukan tapi belum bisa membuat Azzam ngantuk banget sampai lupa nenen tuh hihi. Tetep saja kalau sudah mau bobo, ribut teriak-teriak minta nenen dengan suara imutnya itu, "Umii ayo nen, ayo bobooo". Duh, lucunyaaa, i am melting at that moment :D












Read More

Jumat, 13 Desember 2013

Ketika Papa Datang

Tak mau sampai terlupakan, momen ketika Papa berkunjung singkat akhir bulan Nopember yang lalu, maka ditulis sajalah.

Antara Aku dan Papa.

Kepada Papa aku bisa lebih berani dan bebas bercerita, sejak dulu saat aku masih tinggal di rumah sampai saat ini ketika aku sudah berkeluarga. Papa lebih sabar dan tidak mudah emosi, meskipun mungkin cerita yang kusampaikan sungguh tidak enak didengar misalnya. Kalau Mama justru kebalikan dari Papa. Emosi Mama labil dan mudah sekali tersulut. Alih-alih curhat atau sekedar bercerita ringan, bila hal itu dirasa kurang pantas atau kurang baik di mata Mama, bisa-bisa beliau seketika berubah dari ibunda yang baik hati menjadi seperti guru killer di sekolah. Hiks, maka kami pun anak-anaknya kapok dan lebih baik berhati-hati ketika mengobrol dengan beliau, hingga saat ini.

Maka ketika aku sesekali merasa terpojok oleh suatu masalah, rasanya ingin segera curhat dan minta nasehat pada Papa, seperti kejadian kemarin itu. Bila sebelumnya aku bisa menahan untuk tidak berbagi kisah sedihku, bahkan hingga agak jarang menelepon kedua orang tuaku karena takut terbaca kegalauan dan kelebayanku, maka kemarin jebol sudah pertahananku. Aku menelepon Mama Papa tapi lebih banyak berbicara kepada Papa. Ingiiin rasanya lari ke pelukannya, mungkin efek sekian lama tidak pulang kampung, rindu ini begitu terasa. Ya, aku rindu Mama dan Papa.

Kedatangannya.

Berharap bisa menghabiskan waktu beberapa hari di rumah orang tuaku, Papa pun datang menjemput. Aku sangat lega dan merasa mendapatkan kesempatan untuk berbicara banyak hal dari hati ke hati dengan beliau. Tidak hanya aku yang curhat kepada beliau lho, tetapi beliau juga sempat curhat padaku, anak pertamanya ini. Waktu yang hanya dua hari, cukup singkat, tapi bisa menebus gundah di hati. Banyak sekali nasehat yang beliau berikan padaku. Meskipun akhirnya aku tidak bisa ikut kembali ke Malang bersama beliau karena tidak mengantongi ijin suami, tapi yang penting hati ini sudah lebih merasa nyaman dan aku pun insyaAllah banyak mendapatkan pencerahan dari Papa.

Alhamdulillah, Papa di usianya yang  hampir 63 tahun masih cukup sehat. Sayang, Papa tidak juga lepas dari jeratan rokok. Sama halnya seperti Papa mertua, adik ipar, dan suamiku itu, benci deh sama rokok haha. Aku hanya berharap, Papa selalu sehat, diberi kemudahan dan hidayah oleh Allah SWT agar di sisa usianya papa lebih rajin beribadah, begitu juga Mama. Senang rasanya bisa melihat tawa ceria beliau ketika bermain bersama cucu-cucunya.

Pesan-pesannya.

Sabar itu modal utama. Apapun yang kita hadapi, sekeras apapun, seberat apapun itu bentengi diri dengan sabar. Menghadapi siapapun, apapun, bila memang sifatnya sudah default seperti itu, pahamilah, mengertilah, dan gunakan cara halus. Jangan dilawan dengan kekerasan yang malah hanya akan berbuah percikan api yang bisa makin membara. It's not easy but it's the only way.


 Note: Foto Papa belasan tahun yang lalu, ckck rokok tak pernah terlepas dari jemarimu ya, Pa :(
Read More

Minggu, 08 Desember 2013

My Weekend: Life Is Never Flat


Berasa iklan banget ya hehe. Kriuk kriuk ngemil kripik kentang itu memang asyik banget. Sayang, aku sendiri jarang beli jajanan itu. Enak sih, tapi isinya seuprit. Mendingan beli pisang goreng aja lebih nendang hihi. Namanya perhitungan apa medit yo iki? Dan seperti si kripik, hidup memang ga pernah datar. Seringkali kruel kruel bergelombang, ada tanjakan ada turunan bahkan lubang. Lha wong jalan tol aja masih bisa macet, apalagi hidup yang memang bisa jadi lebih rumit, errr kalau dibikin rumit hehe. Eh, tapi kan ada tho orang yang merasa hidupnya terlalu datar sampai akhirnya sibuk mencari sensasi lain yang pada akhirnya malah merepotkan dirinya sendiri.

Cerita weekendku kuanggap warna-warni penuh kejutan dan membuatku terpana tapi segera tersadar tuk kembali gegas berjalan. Setelah cerita weekend sebelumnya yang ada foto-foto narsisnya, kali ini nihil ga ada bukti autentiknya. Ya karena kejadian biasa aja yang nggak bisa diabadikan. Ehm, alias asline ga pergi plesiran ke mana-mana hehe, ngruntel aja di rumah.

Weekend ketiga di Nopember kemarin, ada kejadian biasa tapi luar biasa *halah. Biasa lah ya kalau pasangan suami istri bertengkar. Ya kemarin itu tapi kaya Perang Dunia ketiga hiks. Pokoknya shocking deh, ga boleh lah dibahas di sini hehe. Hal terpenting adalah aku tertampar untuk introspeksi diri lebih serius kini. Kalaupun aku benar, aku ga boleh mentang-mentang, ojo dumeh kata wong Jowo. Lha apalagi kalau aku salah, ya harus tahu diri lah. Tentang salah ini, kadang kita lupa ya kalau dosa kita tuh sebenarnya buanyak tapi orang lain kan tidak tahu. Jadilah kita sok innocent. Please don’t do that. Tetaplah tahu diri dan rendah hati. Allah masih berbaik hati menutupi aib kita hingga kita tidak merasa malu hati dan rendah diri.

Weekend keempat, masih nggak ke mana-mana. Beli mangga yang sudah kurang bagus 2 kilo, daripada numpuk banyak gitu akhirnya kubikin puding mangga dan es loli mangga. Sayangnya nggak difotoin hihi. Penampakane ga menarik blas soale hehe. Resep puding mangga dapat dari gugling, milih yang paling mudah cara dan bahannya. Kalau es loli, kebetulan ada cetakan esnya, sayang kalau nggak pernah dipakai, makanya bikin deh buat anak-anak. Mangga tinggal diblender kasi gula atau SKM sesuai selera dan dimasukkan ke cetakan esnya, bekukan  jadi deh.

Weekend kelima, aku dan misua hunting gadget baru di Roxy. Ya karena Selasa sebelumnya BB jadul kesayanganku hilang dicopet di kereta huhuhu. Kalau hape misua memang sudah waktunya ganti, lha sudah sering mati-mati sendiri sih. Cerita lengkapnya ada di rumah sebelah sih hehe.
Eh, ini ngejurnal dari gadget baru lhoo ihiiir. Semoga jadi lebih sering nulis di kedua blogku, aamiin.
Read More

Kamis, 26 September 2013

Temu Kangen

Terakhir bertemu Mama dan Papa adalah ketika adikku menikah di Juni 2012 yang lalu. Eh, nggak ding, di bulan Juli 2012 orang tuaku beserta adikku dan suaminya datang ke Jakarta, dalam rangka untuk menemani kami pindahan ke rumah baru di Bintaro. Lebaran 2012 dan 2013 aku dan keluarga kecilku tidak mudik, jadi tepatnya sudah setahun 2 bulan tidak bersua dengan kedua orang tuaku. Kalau ditanya, "Kangen ga sih?" tentu saja jawabnya kangen dong ah, masa sih nggak hehe.

Kebetulan yang menyenangkan adalah ketika ada saudara sepupuku di Mampang mau menikah. Dia adalah anak dari kakaknya Mamaku alias Pakdheku. Beliau pensiunan polisi dan memilih untuk tinggal di Jakarta setelah melanglang buana ditugaskan di berbagai kota di Indonesia. Nah, orang tuaku pun lalu berencana untuk hadir, sekalian mau menjenguk cucu-cucunya alias anak-anakku yang sudah lama tidak bersua. Aku senang, tentu saja. Apalagi si bungsu Azzam sedang lucu-lucunya, bandel pula alias mbethik. Selama ini orang tuaku hanya bisa mendengar polah si Azzam dari ceritaku di telepon atau dari foto-fotonya yang ku-upload di Facebook.

Jum'at, 6 September kemarin sedianya mereka sampai di Stasiun Gambir sekitar pukul 6 pagi. Aku baru tahu kalau sekarang jadwal KA Gajayana sudah berubah. Jam keberangkatan dari Malang lebih awal sehingga sampai di Jakarta lebih pagi. Kalau dulu berangkat jam 5 sore sekarang jam 3 sore dari Malang dan sampai di Jakarta jam 6 pagi, padahal kalau dulu ya jam 8 atau 9 pagi. Mereka ragu-ragu kalau langsung naik taksi ke Bintaro karena tidak tahu jalan, takutnya nanti dikerjain oleh supir taksi yang nakal. Oleh karena itu akhirnya disepakati bahwa kedua orang tuaku akan menungguku menjemput mereka. Tentu saja aku harus mampir ke kantor terlebih dahulu, setor jari di mesin finger print lantas naik ojek ke Gambir. Sekitar jam 8 lewat baru aku sampai di sana, lumayan juga sih orang tuaku menunggu selama kurang lebih 2 jam. Untung saja di Gambir banyak tempat makan yang buka dan ruang tunggunya juga nyaman.

Kali pertama Azzam bertemu kakek dan neneknya, dia masih malu-malu dan takut. Namun, setelah agak lama dia mulai berani dan mau dipeluk dan digendong. Sepertiya sih karena dia senang mendapatkan oleh-oleh jajanan yang sedos gede itu deh, jadi mau deket-deket kakek neneknya hahaha, disogok dulu. Selain itu, Azzam sebelumnya terlihat mengamati kakaknya yang langsung nemplok dan bermanja-manja pada kakek neneknya. Mungkin dia heran ya dan bertanya-tanya siapakah kedua orang ini. Ada Mama dan Papa memang menyenangkan, aku pun bisa pula bermanja-manja haha.

Nah, acara pernikahan sepupuku diadakan pada hari Minggu tanggal 8 September di kediaman Pakdhe. Acara akad nikah yang cukup sederhana dan simple, hanya dihadiri keluarga dekat dan tetangga. Pernikahan ini adalah yang kedua bagi sepupuku, dan kali ini dia mendapatkan jodoh seorang lelaki bule asal Jerman (kayanya hihi). Senang sekali bisa bertemu dengan sanak saudara, ada Pakdhe, Budhe, Tante, dan sepupu-sepupu yang datang dari Jawa Tengah. Alhamdulillah silaturahim bisa terjalin kembali di sela-sela kesibukan masing-masing yang tiada habis.

 Warna-warni tungal ika yaaa hehe. Ini hanya sebagian kecil dari sanak saudara lho. Jadi kangen masa kecil ketika ngumpul Lebaran. Momen-momen seperti dulu sudah sulit didapatkan.


Nah, ini dia.... Foto keluarga kecilku, Mama dan Papaku dan pasangan pengantin yang sedang berbahagia. Barakallahu....




Read More

Kamis, 29 Agustus 2013

[Farah] 6 Tahun Masih Cadel Aja?


Farah, si tengah baru saja berulang tahun yang keenam pada 15 Juli yang lalu. Subhanallah, semoga tambah sholehah ya nduk. Sebenarnya Farah sudah bisa masuk SD lho, usianya sudah mencukupi syarat untuk itu. Namun, aku mempunyai pertimbangan sendiri mengenai hal ini, yaitu Farah akan masuk SD ketika nanti berumur 7 tahun, sama seperti halnya Syifa kakaknya dahulu. Di samping itu, memang ada beberapa Sekolah Dasar Negeri yang mensyaratkan usia 7 tahun untuk calon siswanya, jadi menurutku klop sudah. Usia 7 tahun menurutku anak sudah lebih mandiri dan siap untuk menerima kurikulum pelajaran yang WOW itu. Ampun dah, beda banget dengan jaman SD-ku dulu yang masih belajar baca Ini Ibu Budi (heluu tahun kapan itu yaaaa :p)

Sebenarnya masih ada alasan lain lagi mengapa Farah saat ini malah nganggur alias tidak sekolah, yaitu karena dia masih kurang jelas dalam berbicara alias cadel. Bukan hanya pada pengucapan huruf R lho ya, tapi dia kesulitan menyebut huruf-huruf konsonan seperti T dan K, J dan G, R dan F, masih sering keliru juga dengan M dan N. Sengaja tidak dimasukkan SD sekarang agar Farah bisa ikut terapi wicara bila perlu. Selain itu aku kuatir dia akan di-bully di sekolahnya karena bicaranya yang tidak jelas itu. Memang sih sampai saat ini kami belum menemui dokter ahli tumbuh kembang anak untuk berkonsultasi. Rencana ya ke dokter dulu lalu bila disarankan untuk terapi wicara ya akan diikuti semampu kami (biayanya itu lho). Farah sudah melalui TK A dan B, sehingga tahun ini aku dan misua memilih untuk tidak meminta Farah mengulang TK B lagi, karena saat ditanya dia bilang tidak mau kembali ke TK B. Meski sekarang malah dia yang kangen sekolah, bosan di rumah terus.

Awalnya, aku berjanji akan rutin mengajak Farah ikut ke kantor, ya paling tidak seminggu 2 atau 3 kali lah. Dalam pikiranku, aku bisa full day bersamanya dan sembari menemaninya belajar di kantor. Aku bisa mengambil materi-materi untuk Farah pelajari dari internet, bahkan banyak tersedia worksheet gratis berbagai macam bidang studi kan. Namun kenyataannya sampai sekarang baru terealisasi beberapa kali saja. Jarak Bintaro-Gatsu yang kurang lebih 45 menit naik motor seringkali membuat aku tidak tega mengajak Farah, selain jauh, macet, belum lagi kalau misua sering ngebut ngejar waktu, jadi parno lah. Dan Farah sempat bilang merasa capek dan mual ketika naik motor dengan waktu yang cukup lama kemarin itu.

Akhirnya Farah setiap hari di rumah, nemani Azzam main atau dia asyik main dengan anak tetangga. Kalau sudah merasa bosan, dia pasti protes, ingin sekolah lagi. Wah, jadi ribet deh. Bulan September rencananya mau masuk TPA aja yang jadwal pagi, jadi agar ada kegiatannya di pagi hari. Kalau siang kan Syifa sudah pulang sekolah tuh, jadi Farah tidak merasa bosan, sudah ada teman main dan lawan bertengkarnya soale hehe. Malam harinya, barulah Farah belajar membaca dan menulis denganku. Sedikit-sedikit sambil memperbaiki pengucapan huruf-huruf yang masih terdengar tidak jelas itu. Untuk menghitung, Farah malah lebih jago sebenarnya dan dia lebih suka berhitung daripada belajar baca. Berasa tegang kalau belajar baca karena aku atau abinya selalu meminta dia mengulang-ulang bacaan huruf-huruf yang masih susah di lidahnya itu.

Dalam hal pilihan sekolah, Farah meminta agar dia masuk ke sekolah yang sama dengan kakaknya, Al- Azhar Bintaro. Fyuuh, berarti kami harus menyiapkan dana cukup besar untuk itu. Dulu misua yang ingin Syifa bersekolah di sana, meski agak berat juga biayanya. Sekarang rasanya tidak adil kalau tidak mengakomodir permintaan Farah, meskipun keadaan keuangan kami sedang bermasalah saat ini. Well, semoga Allah beri kemudahan dan jalan keluar bagi kami sekeluarga, aamiin. Semoga tenggat waktu setahun ini bisa banyak memberikan kemajuan untuk Farah, sehingga dia bisa lebih siap nantinya ketika masuk Sekolah Dasar.

Read More

Senin, 26 Agustus 2013

Kenalan Dengan GRED


Mempunyai Papa yang perokok membuatku terbiasa dengan teman-teman sekolah yang juga perokok. Sampai akhirnya menikah dengan teman yang perokok, ah ini mah hal biasa pikirku. Ternyata, setelah beranak pinak dan makin melek akan bahaya rokok, aku jadi ilfeel banget sama yang namanya rokok. Suka protes ke suami bahkan sampai ngajak anak-anak balita di rumah untuk berdemo. Yup, demo damai dengan mengacung-acungkan kepalan tangan sambil terus beryel-yel, "Stop merokok, stop merokok! Jangan racuni kami, jangan racuni kami!" Beberapa hari yang lalu tanpa sengaja menemukan video demo ini di laptop jadul kami, wah duo Syifarah masih kecil-kecil, direkam sekitar tahun 2009. Mereka menghayati demo damai tersebut, berteriak-teriak dengan suara cadel syahdunya. Sayang, demonstrasinya tidak ngefek, misua sih tetap saja ngebul. Bahkan Azzam si bungsu yang sampai 2x ke UGD gegara Bronkiolitis, batuk sesak dikarenakan asap rokok, itupun tidak membuat misua kapok merokok, hingga saat ini.

Tahu dong ya bahaya dan resiko sebagai perokok pasif, malah lebih besar daripada perokok aktif. Rumah kontrakan yang dari dulu kecil mungil membuat asap rokok akan ngglibet muter-muter di dalam rumah, meski pun misua merokok di halaman rumah, apalagi kalau merokoknya di ruang tamu, ampun dah. Di usianya yang hampir 31 tahun, jumlah jatah rokoknya bukannya menurun malah makin bertambah. Apalagi kalau sedang stress dan ngadep laptop untuk main game sampai larut malam banget alias dini hari. Yup, begadang sodara-sodara, dan dilakukannya setiap hari. Setahun belakangan ini makin buruk saja kebiasaannya, yaitu sering ngopi. Meskipun dia mengeluh kadang kala sering mual, mules, perih di perut, ngopi tetap jalan terus. Segala nasehat sampai ocehanku tidak digubrisnya.

Daku kuatir dong akan kesehatannya. Sampai-sampai aku menakut-nakuti misua lho, aku bercerita panjang kali lebar akan kemungkinan penyakit-penyakit yang bisa jadi dideritanya. Aku berkisah  tentang teman-teman seangkatan yang masih muda tapi terkena penyakit orang tua seperti jantung, gagal ginjal, maupun asam urat. Gaya hidup jaman sekarang kan memang benar-benar tidak sehat ya, seusia 30-an sudah banyak teman yang jatuh sakit bahkan sampai meninggal. Apa reaksi misua? Bergidik takut, menegurku yang katanya kok malah mendo'akan yang tidak-tidak, dan lantas lanjut lagi ngebulnya :(

Bagaimana pun, tubuh akan lelah setelah disiksa sedemikian rupa selama bertahun-tahun. Misua makin sering mual dan muntah, sering merasakan perih di perut, sakit di tenggorokan, dan sering meludah akibat banyaknya lendir di tenggorokan. Makin hari sepertinya makin membuatnya tidak nyaman dan akhirnya dia mulai rajin mencari info via mbah gugel. Sampai akhirnya dia menemukan informasi tentang penyakit asam lambung yang bukan maag, yaitu GERD. Bahasa kerennya adalah Gastroesophageal Reflux Disease atau dikenal pula sebagai ‘acid reflux’ yang merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami orang di seluruh dunia. Terjadinya ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan sehingga menyebabkan ketidaknyamanan.

Penyebab GERD ini bermacam-macam, kebanyakan karena asupan dan kebiasaan makan seseorang. Bagi yang suka makan makanan pedas dan gorengan harus lebih berhati-hati, karena ternyata bisa menyebabkan GERD juga. Selain itu makan berat di malam hari, segera berbaring atau membungkuk setelah makan, kebiasaan merokok, minum kopi, semuanya adalah kebiasaan misuaku yang ternyata merupakan penyebab GERD. Obesitas dan kebiasaan minum minuman keras juga disebut sebagai pencetus GERD. Bahkan dijumpai juga GERD pada wanita hamil karena terjadinya peningkatan ukuran rahim dan berat badan sehingga memberi tekanan pada perut.

Namun untuk saat ini misua belum memeriksakan diri ke dokter, nanti saja katanya. Jadi sekarang dicoba pengobatan herbal dulu dan mengubah kebiasaan buruknya. Merokoknya dikurangi dari yang biasanya bisa habis se pak bahkan lebih, sekarang hanya 4-6 batang sehari. Itu pun sudah mendapatkan bonus pelototan dari aku lho ya plus kicauanku untuk mengingatkannya bahwa kalau sudah enakan di badan, jangan sampai nambah dosis rokoknya. Jam begadang dipangkas, berangkat tidur lebih awal, yang biasanya tidur dini hari sekarang jam 10-11 sudah masuk kamar. Dilarang makan berat kalau malam, mending bilang aku ga sedia apa-apa deh daripada dia makan berat tengah malam hoho. Ini akunya kali ya yang males #modus. Selain itu stop ngopi dan menjarangkan ngeteh, akhirnya diganti minum madu anget atau sirup anget. Oh ya, sekarang juga rajin konsumsi Jelly Gamat, hasil browsingnya dia sih katanya Gamat bisa menyembuhkan GERD juga.  

Alhamdulillah, keadaannya saat ini sudah membaik. Tapi masih saja bandel, sempat juga icip-icip yang pedes dan langsung deh hoek-hoek di kamar mandi. Terpaksa harus menghindari makan masakan Padang favoritnya nih dan dilarang ngicip rujak hantaran dari tetangga lagi hehe. Dan aku juga harus makin galak kayanya, setelah tubuh dirasa enakan kok jatah rokoknya mulai merangkak naik, ckckck, coba kalau bocah, pasti sudah kujewer dan kucubit tuh *mukaganas.





Read More

Rabu, 21 Agustus 2013

Cerita Lebaranku

Udah paham dong ya dengan yang nggak pulang 3 kali puasa 3 kali lebaran itu? Bukan hanya bang Thoyib ternyata sodara-sodara, tapi aku jugaaaa. Hiks..hiks...udah ga pulang 3x lebaran ke kampung halaman. Sampe akhirnya diprotes oleh orang tua dan juga mertua, sampe dipesenin harus diprogramkan untuk pulang tahun depan, disiapin dananya.

Well, sebenarnya urusan tidak mudik sampai 3 tahun berturut-turut ini memang bukan karena ada apa-apanya sih, ya memang ga memungkinkan saja.  Di tahun 2011 pas lebaran itu usia kehamilanku udah 36 mingguan kayanya, perut udah mblendung gede banget. Pas ke Dsog untuk kontrol sekalian minta saran pengen mudik naik kereta, malah ga dibolehin. Katanya kepala baby sudah masuk ke jalan lahir, takutnya karena banyaknya goncangan di kereta bisa-bisa brojolan ntar. Kan ga asik tuh kalau sampe masuk headline berita, "Seorang Ibu Muda dan Cantik (*abaikan) Melahirkan di Kereta Ketika Perjalanan Mudik." Alhasil rencana melahirkan anak ketiga di Malang sama seperti anak pertama dan kedua gagal total. Rencana berlebaran di kampung halaman juga ikutan kandas. Azzam pun terlahir dengan akta kelahiran Jakarta dan kami sekeluarga berlebaran di Jakarta.

Sedangkan tahun 2012 itu, kami baru saja selesai membangun rumah impian (yang akhirnya tinggal kenangan, hiks, belum cerita tentang ini di blog). Ga ada duit intinya untuk mudik, jadinya berlebaran di komplek yang sunyi sepi kaya kuburan. Sampai Syifa dan Farah melas, protes kenapa sepi sekali tidak teman sama sekali. Nah tahun 2013 ini pun tidak pulang kampung masih karena imbas kejadian rumah itu, idem ga ada dana lebih untuk mudik, meski hanya Jakarta-Malang. Okelah kalau ongkos mungkin masih bisa diusahakan, tapi biaya lain-lainnya ini yang nihil. Jadilah kami sekeluarga lagi-lagi berlebaran di rantau. Namun kali ini keadaan terasa lebih menyenangkan karena rumah kontrakan kami berada di kampung. Suasananya lebih ramai, banyak anak-anak kecil yang bisa jadi teman bermain Syifa, Farah, dan Azzam. Penduduk sekitar banyak yang orang Betawi sehingga nggak mudik. Setelah sholat Ied langsung kami sekeluarga ikut bersalam-salaman keliling RT.

Libur bersama selama seminggu benar-benar aku dan suami manfaatkan untuk berkumpul bersama tiga bocah kami. Para asisten pun libur 2 minggu, jadilah kegiatan intern rumah tangga kami kerjakan bersama. Untuk hari H Lebaran, aku memesan masakan khas Betawi kepada tetangga sebelah kanan rumah. Ada semur jengkol yang dahsyat, aroma kamar mandi jadi wooow, tak ketinggalan tentunya ketupat dan opor ayam. Lebih senang lagi, tetangga sebelah kiri dan belakang rumah tak lupa memberi hantaran lauk plus ketupat juga, oh ya ada tape ketan dan uli juga. Alhamdulillah kami tidak kekurangan makanan meskipun aku nggak masak hoho.

Agak repot ketika si mbak belum datang pada tanggal 12 kemarin, di mana aku dan suami tidak mengambil cuti, sehingga harus masuk kantor. Ya sudah, trio kwek-kwek pun kami ajak ke kantor. Kebanyakan pekerja masih cuti kan, jadi lalu lintas pun masih sepi. Akhirnya kami naik KRL, alhamdulillah nggak umpel-umpelan, aman. Pulangnya naik bis jemputan sampai Bintaro, gratis, jalanan lancar, kami pun bisa bobo. Hari keduanya juga demikian.

Bagaimana reaksi anak-anak ketika diajak ke kantor? Waah seneng banget :D Tempat kerjaku di lantai 1 sampai kotor akibat ulah anak-anak. Azzam main angkat dos-dos kosong kesana kemari, galon air kosong pun diseret-seret, gaduh pokoknya. Syifa dan farah main menggunting dan mewarnai dengan kertas HVS bekas yang kuberikan. Heboh lah, mereka seperti tidak ada capainya. Non stop bergerak, sedikit-sedikit berteriak-teriak juga, lari-larian. Untung saja tahun ini ada Surat Edaran dari atasan yang membolehkan membawa anak seminggu sebelum dan sesudah Lebaran. Maklum, waktu-waktu itu kan sudah umum kalau para asisten belum balik dari mudik. Ternyata di lantai 20 tempat suami bekerja sudah disediakan mainan anak-anak, ada mandi bola dan beberapa mobil-mobilan yang bisa dinaiki dan ada lagu-lagunya. Wah, makin betah saja si trio kwek-kwek ikut ke kantor emak n bapaknya.

Cukup dua hari saja, fyuuh aku ga bisa maksimal kerja, malah harus jagain Azzam. Kalau Syifa dan Farah sih sudah bisa dilepas sendiri ya. Selain itu badan terasa lebih capek, anak-anak juga kelihatannya capek meski tidak surut senyuman dari wajah mereka. Akhirnya Rabu-Jum'at aku ambil jatah cuti saja deh. Legaaa, bisa di rumah lagi bersama mereka. Kebetulan penyakit malasku sedang kabur, aku tiap hari memasak buat mereka. Bersih-bersih rumah, mencuci, dkk juga dilakoni, heem menikmati jadi FTM untuk beberapa hari.

Sayang, harus kembali lagi ke dunia nyata :p Hari ini sudah harus bermacet ria kembali, meliuk-liuk dengan motor tua yang setia bersama misua pergi ngantor lagi. Meninggalkan anak-anak lagi dengan si mbak yang sudah siap bekerja kembali. Hiks, jadi kangen anak-anak.
Read More

Rabu, 05 Juni 2013

Langganan Bisul

Pertama kali berkenalan dengan si bisul tuh pas kakak Syifa kena, jaman duluuu banget pas masih di Majene. Nah, kali kedua belum lama ini, giliran anak kedua, Farah yang kena. Gede di hidung, bikin wajah hitam manisnya terlihat lucu hehe. Tapiiii, yang memang sering banget bermasalah pada kulitnya ya dedek Azzam, si bungsuku anak lanang dewe yang sedari baby ga kuat sama hawa panas, keringatnya berlebih dan selalu kena ruam dan biang keringat. Maka, tidak mengherankan ketika beberapa bulan terakhir ini si bisul lagi dan lagi, langganan deh :(

Ngerinya, kali pertama muncul kok yo buanyak gitu, lima biji langsung di leher depannya. Hiks, kasihan bangeeet tuh. Azzam kesakitan, mringis-mringis kalo kesenggol bisulnya. Udah gitu, bengkaknya ganti-gantian, jadi pecah satu dulu, baru bisulnya yang lain bengkak gede dan pecah juga. Sebenarnya hanya dua saja yang bengkak sampe guede, yang tiga biji lainnya hanya meradang, memerah dan tidak sampai keluar matanya.
 Nah, bisa dihitung tuh, tiga biji di bawah. satu di tengah. satunya lagi dibawah dagu. Paling gede dan habis pecah yang paling kiri tuh, merah mateng merona. Alhamdulillah Azzamnya nggak rewel, dikompres dan dikasi obat salep Ichtiol pun nurut aja.
Sampe diabadikan penampakan bisul-bisul dek Azzam , lha kali pertama dan langsung rombongan soalnya.  Dan ternyata tidak hanya sekali kejadian itu saja, kali kedua muncul lagi di kulit kepalanya. Kali ketiga niiih, tergres, ada di pinggulnya. "Adu, adu, atit." keluhnya ketika dipakaikan clodi ato celana. Kesenggol bisul sih ya dek, huhu sabar ya.

Dulu pas Syifa kena bisul, aku langsung nanya ke om gugel sih, dan memang bukan karena alergi. So far, ketiga anakku ga ada alergi, jadi aman makan telur, ikan, dkk. Nah, tapi keturunan juga nih di keluargaku kulitnya memang ga bagus, mudah kena biang keringat, ruam, dan bisul ini. Teringat aku, adik-adikku, bahkan Papa yang sering kena ruam di lipatan kulit, bahkan Yoga adik bungsuku gede gitu masih bisulan juga.

Dalam rangka merefresh kembali tentang si bisul, aku dapet informasi oke dari sini. Dikarenakan kulit Azzam yang sensitif, memang tidak pernah kuberikan bedak talc sama sekali. Ternyata bedak malah akan memperparah masalah kulitnya. Alhamdulillah, selama ini ruam-ruamnya bisa sembuh (meski muncul terus-terusan) hanya dengan diolesi minyak zaitun saja, memilih yang alami.
Read More