WWL yang merupakan singkatan dari Weaning With Love adalah istilah yang belum lama kuketahui. Gegara join di grup yang concern tentang masalah ASI di Facebook, alhamdulillah bisa nambah wawasan. Dulu ketika Azzam masih bayi kan aku sudah niatin untuk Asi Eksklusif 6 bulan dan alhamdulillah lulus sampai dengan Azzam umur 1 tahun. Ingin hati memberikan ASI perah sampai usianya 2 tahun, apa daya aku males *halah. Sejak usia Azzam 1 tahun, aku sudah pensiun memerah ASI. Alasannya karena males, lha hasil perahannya juga sedkit banget. Susu Azzam di siang hari kala aku bekerja adalah susu kambing dan susu UHT yang merk Ultra. Ga prefer ke merk lain meski lebih murah, karena aku yakin dengan rasa dan mutu lebih bagusan Ultra.
Weaning With Love, menyapih dengan cinta. Sesuai anjuran di Al-Qur'an untuk menyusui hingga 2 tahun, maka kebanyakan ibu menyapih anak mereka setelah menginjak usia 2 tahun. Meski ada lho anak yang masih nenen sampai usianya 3 bahkan 4 tahun haha, kebayang ga tuuuh? Di usia 2 tahun ketergantungan anak kepada ASI sudah makin berkurang. Anak sudah mampu makan makanan keluarga, jadi bisa mendapatkan gizi dari asupan yang lebih variatif. Nah, WWL ini adalah cara menyapih anak tanpa paksaan. Harus ada kerelaan dari kedua belah pihak, baik dari ibu maupun juga dari si anak.
Masih terekam dalam ingatan, dulu aku disapih oleh Mamaku dengan cara Mama mengoleskan puyer pahit dan obat merah di putingnya. Jadi kala aku ingin menyusu rasanya tidak dan takut juga melihat dada mama yang merah-merah. Kalau pengalamanku dengan Syifa, dia terpaksa berhenti menyusu karena aku hamil adiknya di saat usia Syifa masih 15 bulan. Alhamdulillah kala itu tidak sulit sama sekali. Syifa kecil begitu pengertian, tidak mengamuk ataupun menangis minta nenen sebelum tidur. Subhanallah, Syifa hanya manggut-manggut seolah mengerti kalau aku sudah tidak kuat menyusui lagi karena kondisi kehamilan yang membuatku mual muntah serta pusing. Sebelum tidur, Syifa kuberi segelas susu atau teh atau air putih. Ketika kami sudah berbaring dan dia minta menyusu, aku lantas bilang bahwa dia tadi sudah minum banyak, jadi sudah tidak usah mimik Umi lagi dan dia menurut.
Lain Syifa lain lagi Farah. Menyapih Farah merupakan perjuangan. Aku sedang LDL dengan suami yang kuliah di Tangerang, jadi hanya bertiga dengan anak-anak di Sulawesi. Seingatku selama seminggu Farah menangis setiap malam karena aku tidak meloloskan permintaannya untuk menyusu. Hatiku sakit rasanya, antara tega ga tega akhirnya ditega-tegain hiks. Farah pasti juga sedih dan marah karena tidak bisa menyusu plu aku menolaknya pula. Oh, it was not an easy situation. Belum tahu-menahu soal WWL sih :(
Weaning With Love, diharapkan penyapihan terjadi tanpa adanya paksaan dan tanpa pembohongan kepada anak, seperti nenen diberi obat merah dll. Dengan WWL anak mengerti bahwa sudah saatnya dia disapih dan dia ikhlas untuk itu. Bagaimana langkah-langkahnya? Alangkah baiknya kalau anak sudah dipersiapkan, ibu sounding ke anak bahwa dia sudah besar, sudah tidak nenen lagi, seperti itu. Sounding bisa dilakukan sebelum anak berulang tahun yang kedua, mungkin 2-3 bulan sebelumnya. Dan selama fase itu, jadwal menyusuinya dikurangi, dari misalnya 4x menjadi 3x. Jadi tidak drastis. Jadi saat dia tepat berumur 2 tahun, diharapkan sudah mengerti. Tips laiinnya adalah anak diberi kegiatan lain sebelum tidur agar tidak teringat nenennya :) Ibu atau Ayah bisa membacakan buku cerita sambil tiduran hingga si kecil mengantuk, atau bermain sebentar sebelum tidur, atau bisa juga menyanyi. Hasilnya tidak akan instan tentu saja, akan dibutuhkan kesabaran sampai anak benar-benar bisa disapih. Waktunya juga tergantung pada kesiapan si anak.
Bagaimana dengan si bungsuku Azzam? Hehehe di usianya yang sudah 2 tahun lebih 3 bulan ini Azzam masih nenen. Ups, WWLku belum berhasil nih. Ada beberapa kesalahan trik yang kulakukan sehingga sampai saat ini Azzam masih nenen sebelum tidur bahkan di waktu lainnya. Pertama, aku terlena. Yup, terlena berperan sebagai ibu menyusui yang akhirnya tidak menyadari bahwa waktu untuk menyapih sudah tiba. Nyadar pas Azzam tinggal beberapa minggu lagi berulang tahun yang kedua. Langsung heboh sama misua, buru-buru sounding ke Azzam kalau dia udah gede, udah ga nenen lagi harusnya. Hahaha dan sampai sekarang masih belum berhasil. Ealah misua juga malah santai bilang kalau Azzam nggak apa-apa biarin aja nenen sampe dia bosen sendiri, whatta!! Dan dari pihakku sendiri, jujur kok rasanya sayang ya kalau mau melepas momen dan bonding menyusui ini hehe. Ini akunya yang males nyapih atau lebay sih, ga tau deh^_^
Maka, sampai dengan detik ini, Azzam masih nenen sodara-sodara. Ketika hari libur, karena aku seharian di rumah, Azzam suka banget minta nennya, tapi nggak kukasi dong. Dialihkan perhatiannya ke hal lain, diajak main sama kakak atau abinya biasanya. Jadi momen tidur siang dan malam baru deh dia nenen. Begitu pun ketika hari kerja, pulang kantor tuh dia langsung ngejar nemplok minta nenen, lagi-lagi dialihkan dulu perhatiiannya sampai saat waktu tidur tiba. Waktu lamanya nenen sudah berkurang sih ya, seringkali dia cuma nenen sebentar lantas tengkurap minta digaruk-garuk punggungnya. Kegiatan sebelum tidur seperti bermain dan membaca sudah dilakukan tapi belum bisa membuat Azzam ngantuk banget sampai lupa nenen tuh hihi. Tetep saja kalau sudah mau bobo, ribut teriak-teriak minta nenen dengan suara imutnya itu, "Umii ayo nen, ayo bobooo". Duh, lucunyaaa, i am melting at that moment :D
Read More