Rabu, 26 Desember 2012

Keping Hati

Hari ini, rasanya ingin berlari

Sekedar menjauh dari hiruk pikuk duniawi

Mungkin harus mencipta batas imaji

Agar aman nyaman di dunia sepi

Murni mencerna memaknai

Hanya aku...tanpa gundah hati

Hanya aku...tersaruk mendekat pada Illahi



Read More

Rabu, 19 Desember 2012

Jalan Kembali

Senin, 17 Desember 2012

Hari yang telah menjadi saksi. Ketika takdir Allah dilakoni. Ada sebab dan akibat, ada pahit namun berhikmah, manis yang pekat.

Masih jelas di ingatan, gerimis merinai kala itu, menjelang malam. Kami berdua berboncengan di atas sepeda motor tua yang setia. Menuju rumah, pulang setelah seharian berpenat lelah mencari nafkah.

Tak seperti dulu, saat kelabu. Ketika adzan berkumandang dan kami masih berjibaku di jalanan. Ketika aku minta dia menepi, berhenti, untuk bersegera sholat. Ketika dia selalu menjawab ringan bahwa masih ada waktu untuk itu, nanti ketika tiba di rumah.

Tertegun aku, namun sisi hatiku bersorak. Aku bahagia. Aku bersyukur. Hari itu, tanpa kuminta, dia menepi, berhenti di depan rumah Illahi. Tanpa kata dia melewatiku, masuk ke dalam masjid. Aku masih tercenung, namun kemudian bergegas mengikutinya di belakang. Sambil terus berucap syukur, lantas menikmati suasana damai di dalam masjid, juga di dalam hati.

Kali pertama, dan semoga bukan yang terakhir, tidak, jangan. Hidayah Allah memang mahal, jangan sampai terjual. Kamu, aku, kini mencicipinya dengan bayaran yang tidak mudah apalagi murah. Cobaan atau musibah, mari kita cecap kini, dengan hati bening dan ikhlas, tanpa culas. Ya, karena insyaAllah berbuah hikmah, manis, indah.
Read More

Kamis, 13 Desember 2012

Candu Itu Bernama Dosa

*testing 1..2..3
*start singing
"Kenapa yang asyik-asyik...itu yang dilaraaang. Kenapa yang enak-enak itu yang dilaraaang."
*jogetandangdut -_-"

Tau kan ya, lagunya Bang Haji Rhoma yang konon mau jadi bakal calon Presiden itu? Meski aku ga bakalan ngevote dia, tapi tetep bakalan say thanks atas lagu-lagu dangdut jadulnya yang masih aja terekam di dalam memori banyak orang. Ya kan, ngaku deh, ngaku doong :p

Nah, lagu tersebut tuh pas banget, cocok dah sama yang mau kuceritain ini, tentang dosa. Dosa, whatever it is, kok ya terlihat ajiiib, terlihat asik beud, menarik, bahkan bikin nagih kaya candu. Benul kan... Daya tariknya itu lho...rruuaarr biasa, apalagi teruntuk orang yang amat sangat biasa keimanannya, ga ada spesial-spesialnya :( Makin susah lah kita memalingkan diri dari daya tarik dosa tersebut. Sekali lagi, ini berlaku bagi orang yang sudah mulai terbiasa melakukan dosa itu ya, just name it, ngedrugs, free sex, nonton bf, atauuu yang paling umum nih, pacaran, dll, dkk, etc. Well, udah tau kan yang dilakukan itu dosa, tapi terasa tak mudah meninggalkannya begitu saja, butuh perjuangan. Yup, karena setan canggih banget masang jerat-jeratnya.

Teringat salah satu hadits Arbain ke 41, Rasulullah saw bersabda, " Tidak beriman seorang dari kalian sebelum hawa nafsunya mengikuti ajaran yang kubawa." (Hadits ini shahih. Tertera dalam kitab Al-Hujjah) Bisa disimpulkan bahwa iman kita itu belum sempurna, kalau toh sampai sekarang ini masih saja kalah sama hawa nafsu. Hawa nafsu akan terus menyertai manusia hingga ia dapat mengendalikannya. Lah kalau belum bisa mengendalikan, yo wis, jadinya semua gerak-gerik kita dikendalikan oleh hawa nafsu, meskipun bertentangan dengan akal sehat dan pemahaman kita. Berasa buta dan tuli, menutup mata dan menulikan telinga dari kebenaran.

Pernah diberitahu oleh salah seorang temanku dulu di Majene, misal nih adzan Maghrib sudah berkumandang, lantas kita tidak bersegera sholat, malah masih asik ngetem di depan TV, cuek, terus aja nonton. Nah, kejadian seperti itu, kayanya kok biasa ya, remeh, sering lah dilakukan, padahal sebenarnya kita itu sedang menuhankan TV. Lho kok? Yup, kita lebih mentingin nonton TV daripada sholat *jleebb (ingat pas di kantor). Ibnu Abbas ra. berkata, " Hawa nafsu adalah tuhan yang disembah di dunia." Lalu ia membaca ayat, "Tidaklah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan." (Al-Furqan:43) " Di bawah langit ini, tiada tuhan yang disembah lebih besar bahayanya di sisi Allah, selain hawa nafsu."

Tuh kan, ternyata kita tuh memang lebih mudah condong pada hawa nafsu ya :( Padahal kita kan sudah diberikan akal, bisa milih mau jalan takwa atau maksiat. Semua tergantung kepada diri kita sendiri. Berat memang, tapi harga surga memang tidak murah. Sedih banget lho, kalau kita sampai berlarut-larut dalam melakukan dosa, menuruti hawa nafsu lagi dan lagi. Awalnya masih terasa tuh, ga enak di hati, ya feel guilty. Tapi lama-kelamaan, ketika kita malah tidak berhenti tapi melakukannya lagi dan lagi, hati kita makin gelap dan hitam, makin hilang rasa penyesalan, maka hilang pula sifat kemanusiaan kita, kemuliaan kita sebagai manusia. Habis, tinggal kenangan dan malah menjadi indikasi kedunguan dan kelemahan.

"Dan adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggalnya." (An-Nazi'at 37-41)



*ngingetin diri sendiri





Read More

Selasa, 11 Desember 2012

[PRT] Mbak N

Alhamdulillah, sudah dua bulan ini mbak N (kakak ipar mbak A) bekerja di rumahku (akhirnya). Setelah sempat sebulan lebih mbak A jadi single fighter, sendirian jagain trio krucil plus beberes rumah. Ribet lah pasti, kesian dong. Mana lagi musim hujan, rumah bocor, riweuh, belum lagi harus jemput Syifa sekolah. Jalan keluarnya sih, Syifa dijemput sama pak satpam yang letak posnya pas di sebelah rumah, aman deh.

Mencari PRT itu susah banget sekarang, curhatanku sebelumnya ada di sini. Sempat galau sih ya, cari nggak dapat-dapat, akhirnya kakak ipar mbak A mau bantuin, hanya membantu, berarti untuk sementara waktu saja. Yah, sambil komat-kamit berdoa semoga si mbak N betah dan mau lanjut bekerja untuk seterusnya. Setelah kurang lebih sebulan, ternyata si mbak N ini mempunyai permintan khusus, sebagai syarat untuk terus bekerja di rumah. Mengingat sebelumnya dia bekerja di rumah bu dokter, dapat fasilitas lebih nyaman, yaitu paviliun sendiri plus TV dan VCD player. Maka, setelah merasakan menginap di rumahku, sendirian, tidak ada tontonan, sepi, bosan deh yang dia rasakan. Ini yang kubicarakan di curhatanku sebelumnya.

Maklum, TV ya hanya satu-satunya di rumah. Tiap malam misuaku nongkrong di depan TV biasanya sampai dini hari, entah nonton film-film bajakan atau sekedar nobar bola bersama tukang-tukang yang bekerja di rumah sebelah (kadang sama aku juga sih, kalau lagi ga tepar). Jadi, syarat mbak N nih, secara tidak langsung dia minta diberikan TV juga untuk tontonannya kalau malam di kamarnya. Wah, baru kali ini setelah bertahun-tahun gonta-ganti mbak, dapat permintaan seperti itu. Aku menyanggupi awalnya, demi anak-anak dan mbak A. Oalah, kenyataannya tidak semulus yang diharapkan. Uang yang ada bulan berikutnya ternyata tidak bisa digunakan untuk membeli TV, ada hal yang lebih urgent tentunya.

Aku pasrah, yo wis lah kalau memang mbak N akhirnya ga jadi mau kerja di rumah, mungkin ya memang belum jodoh. Lagipula ternyata misua sudah minta tolong kepada salah satu tukang untuk mencarikan PRT dari daerah asalnya, dan kabarnya sudah ada yang bersedia berangkat ke Jakarta. Berat hati juga sih, secara kerja mbak N bagus dan cukup sabar menghadapi anak-anak, yang pasti dia bertanggung jawab. Sementara orang yang bakalan datang itu, belum tau seperti apa kan ya?

Jreng..jreng...hari terakhir mbak N pun tiba. Saatnya aku ngasih uang gaji yang sebulan dia kerja kemarin. Udah pasrah, say good bye nih ceritanya, pake minta maaf ke mbak N kalau-kalau aku ada salah, anak-anak bikin sebel, dll dkk, udah pasang tampang perpisahan. Heemm...loh kok, mbak N lain-lain mimik mukanya, seperti mau bicara sesuatu tapi ga jadi, yo ditahan, diempet. Tapi aku cuek aja, meski merasa sih. Dan benar adanya, siang-siang ketika aku di kantor, mbak N pun sms.

Panjang kali lebar deh smsnya (aku lupa tepatnya), intinya bahwa mbak N meskipun tidak jadi dibelikan TV, tetap mau bekerja di rumah, bantuin mbak A, jagain anak-anak juga. Katanya kasian adik iparnya itu kalau sendirian, keteteran, kerepotan, kecapaian. Alhamdulillah, lega banget dong aku, bagai menemukan mutiara yang hilang *bukanjudullagu. Langsung deh aku colek misua via gtalk, kasih kabar plus meminta agar dia membatalkan keberangkatan si mbak yang tetangga pak tukang sebelah. Ga mau ah coba-coba, buat anak kok coba-coba *bukaniklan. Lagipula Farah yang cukup keras sifatnya itu sudah luluh sama mbak N, udah deket, kasian kalau dia dan saudara-saudaranya harus adaptasi lagi dengan mbak baru yang belum jelas kan.

Meski kini, mulai mengerti gimana mbak N, kata mbak A juga ya, dia agak rewel dan banyak keluhannya :D Tapi ya biar deh, disayang-sayang saja, yang penting dia sekarang bisa betah di rumah, anak-anak terjamin juga, insyaAllah.
Read More