Rabu, 21 Agustus 2013

Cerita Lebaranku

Udah paham dong ya dengan yang nggak pulang 3 kali puasa 3 kali lebaran itu? Bukan hanya bang Thoyib ternyata sodara-sodara, tapi aku jugaaaa. Hiks..hiks...udah ga pulang 3x lebaran ke kampung halaman. Sampe akhirnya diprotes oleh orang tua dan juga mertua, sampe dipesenin harus diprogramkan untuk pulang tahun depan, disiapin dananya.

Well, sebenarnya urusan tidak mudik sampai 3 tahun berturut-turut ini memang bukan karena ada apa-apanya sih, ya memang ga memungkinkan saja.  Di tahun 2011 pas lebaran itu usia kehamilanku udah 36 mingguan kayanya, perut udah mblendung gede banget. Pas ke Dsog untuk kontrol sekalian minta saran pengen mudik naik kereta, malah ga dibolehin. Katanya kepala baby sudah masuk ke jalan lahir, takutnya karena banyaknya goncangan di kereta bisa-bisa brojolan ntar. Kan ga asik tuh kalau sampe masuk headline berita, "Seorang Ibu Muda dan Cantik (*abaikan) Melahirkan di Kereta Ketika Perjalanan Mudik." Alhasil rencana melahirkan anak ketiga di Malang sama seperti anak pertama dan kedua gagal total. Rencana berlebaran di kampung halaman juga ikutan kandas. Azzam pun terlahir dengan akta kelahiran Jakarta dan kami sekeluarga berlebaran di Jakarta.

Sedangkan tahun 2012 itu, kami baru saja selesai membangun rumah impian (yang akhirnya tinggal kenangan, hiks, belum cerita tentang ini di blog). Ga ada duit intinya untuk mudik, jadinya berlebaran di komplek yang sunyi sepi kaya kuburan. Sampai Syifa dan Farah melas, protes kenapa sepi sekali tidak teman sama sekali. Nah tahun 2013 ini pun tidak pulang kampung masih karena imbas kejadian rumah itu, idem ga ada dana lebih untuk mudik, meski hanya Jakarta-Malang. Okelah kalau ongkos mungkin masih bisa diusahakan, tapi biaya lain-lainnya ini yang nihil. Jadilah kami sekeluarga lagi-lagi berlebaran di rantau. Namun kali ini keadaan terasa lebih menyenangkan karena rumah kontrakan kami berada di kampung. Suasananya lebih ramai, banyak anak-anak kecil yang bisa jadi teman bermain Syifa, Farah, dan Azzam. Penduduk sekitar banyak yang orang Betawi sehingga nggak mudik. Setelah sholat Ied langsung kami sekeluarga ikut bersalam-salaman keliling RT.

Libur bersama selama seminggu benar-benar aku dan suami manfaatkan untuk berkumpul bersama tiga bocah kami. Para asisten pun libur 2 minggu, jadilah kegiatan intern rumah tangga kami kerjakan bersama. Untuk hari H Lebaran, aku memesan masakan khas Betawi kepada tetangga sebelah kanan rumah. Ada semur jengkol yang dahsyat, aroma kamar mandi jadi wooow, tak ketinggalan tentunya ketupat dan opor ayam. Lebih senang lagi, tetangga sebelah kiri dan belakang rumah tak lupa memberi hantaran lauk plus ketupat juga, oh ya ada tape ketan dan uli juga. Alhamdulillah kami tidak kekurangan makanan meskipun aku nggak masak hoho.

Agak repot ketika si mbak belum datang pada tanggal 12 kemarin, di mana aku dan suami tidak mengambil cuti, sehingga harus masuk kantor. Ya sudah, trio kwek-kwek pun kami ajak ke kantor. Kebanyakan pekerja masih cuti kan, jadi lalu lintas pun masih sepi. Akhirnya kami naik KRL, alhamdulillah nggak umpel-umpelan, aman. Pulangnya naik bis jemputan sampai Bintaro, gratis, jalanan lancar, kami pun bisa bobo. Hari keduanya juga demikian.

Bagaimana reaksi anak-anak ketika diajak ke kantor? Waah seneng banget :D Tempat kerjaku di lantai 1 sampai kotor akibat ulah anak-anak. Azzam main angkat dos-dos kosong kesana kemari, galon air kosong pun diseret-seret, gaduh pokoknya. Syifa dan farah main menggunting dan mewarnai dengan kertas HVS bekas yang kuberikan. Heboh lah, mereka seperti tidak ada capainya. Non stop bergerak, sedikit-sedikit berteriak-teriak juga, lari-larian. Untung saja tahun ini ada Surat Edaran dari atasan yang membolehkan membawa anak seminggu sebelum dan sesudah Lebaran. Maklum, waktu-waktu itu kan sudah umum kalau para asisten belum balik dari mudik. Ternyata di lantai 20 tempat suami bekerja sudah disediakan mainan anak-anak, ada mandi bola dan beberapa mobil-mobilan yang bisa dinaiki dan ada lagu-lagunya. Wah, makin betah saja si trio kwek-kwek ikut ke kantor emak n bapaknya.

Cukup dua hari saja, fyuuh aku ga bisa maksimal kerja, malah harus jagain Azzam. Kalau Syifa dan Farah sih sudah bisa dilepas sendiri ya. Selain itu badan terasa lebih capek, anak-anak juga kelihatannya capek meski tidak surut senyuman dari wajah mereka. Akhirnya Rabu-Jum'at aku ambil jatah cuti saja deh. Legaaa, bisa di rumah lagi bersama mereka. Kebetulan penyakit malasku sedang kabur, aku tiap hari memasak buat mereka. Bersih-bersih rumah, mencuci, dkk juga dilakoni, heem menikmati jadi FTM untuk beberapa hari.

Sayang, harus kembali lagi ke dunia nyata :p Hari ini sudah harus bermacet ria kembali, meliuk-liuk dengan motor tua yang setia bersama misua pergi ngantor lagi. Meninggalkan anak-anak lagi dengan si mbak yang sudah siap bekerja kembali. Hiks, jadi kangen anak-anak.

4 komentar:

  1. hohoho, ramainya ya mbak..
    pasti capek ngurus anak-anak.. tapi seneng ya? :D
    ntar bagi-bagi pengalamannya yaa..
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ho-oh rameee, ganti-ganti ketawa, teriakan, plus nangis :D
      siip, ntar diceritain lagi lah ^_^

      Hapus
  2. bisa membayangkan anak2 di lobby kantor pusat
    mlayu rono rene kan luas banget buat playon
    hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. ho-oh dijagain pak satpam yang banyak jejer-jejer itu mas xixi.

      Hapus