Udah paham dong ya dengan yang nggak pulang 3 kali puasa 3 kali
lebaran itu? Bukan hanya bang Thoyib ternyata sodara-sodara, tapi aku
jugaaaa. Hiks..hiks...udah ga pulang 3x lebaran ke kampung halaman.
Sampe akhirnya diprotes oleh orang tua dan juga mertua, sampe dipesenin
harus diprogramkan untuk pulang tahun depan, disiapin dananya.
Well,
sebenarnya urusan tidak mudik sampai 3 tahun berturut-turut ini memang
bukan karena ada apa-apanya sih, ya memang ga memungkinkan saja. Di
tahun 2011 pas lebaran itu usia kehamilanku udah 36 mingguan kayanya,
perut udah mblendung gede banget. Pas ke Dsog untuk kontrol sekalian
minta saran pengen mudik naik kereta, malah ga dibolehin. Katanya kepala
baby sudah masuk ke jalan lahir, takutnya karena banyaknya goncangan di
kereta bisa-bisa brojolan ntar. Kan ga asik tuh kalau sampe masuk
headline berita, "Seorang Ibu Muda dan Cantik (*abaikan) Melahirkan di
Kereta Ketika Perjalanan Mudik." Alhasil rencana melahirkan anak ketiga
di Malang sama seperti anak pertama dan kedua gagal total. Rencana
berlebaran di kampung halaman juga ikutan kandas. Azzam pun terlahir
dengan akta kelahiran Jakarta dan kami sekeluarga berlebaran di Jakarta.
Sedangkan
tahun 2012 itu, kami baru saja selesai membangun rumah impian (yang
akhirnya tinggal kenangan, hiks, belum cerita tentang ini di blog). Ga
ada duit intinya untuk mudik, jadinya berlebaran di komplek yang sunyi
sepi kaya kuburan. Sampai Syifa dan Farah melas, protes kenapa sepi
sekali tidak teman sama sekali. Nah tahun 2013 ini pun tidak pulang
kampung masih karena imbas kejadian rumah itu, idem ga ada dana lebih
untuk mudik, meski hanya Jakarta-Malang. Okelah kalau ongkos mungkin
masih bisa diusahakan, tapi biaya lain-lainnya ini yang nihil. Jadilah
kami sekeluarga lagi-lagi berlebaran di rantau. Namun kali ini keadaan
terasa lebih menyenangkan karena rumah kontrakan kami berada di kampung.
Suasananya lebih ramai, banyak anak-anak kecil yang bisa jadi teman
bermain Syifa, Farah, dan Azzam. Penduduk sekitar banyak yang orang
Betawi sehingga nggak mudik. Setelah sholat Ied langsung kami sekeluarga
ikut bersalam-salaman keliling RT.
Libur bersama selama seminggu
benar-benar aku dan suami manfaatkan untuk berkumpul bersama tiga bocah
kami. Para asisten pun libur 2 minggu, jadilah kegiatan intern rumah
tangga kami kerjakan bersama. Untuk hari H Lebaran, aku memesan masakan
khas Betawi kepada tetangga sebelah kanan rumah. Ada semur jengkol yang
dahsyat, aroma kamar mandi jadi wooow, tak ketinggalan tentunya ketupat
dan opor ayam. Lebih senang lagi, tetangga sebelah kiri dan belakang
rumah tak lupa memberi hantaran lauk plus ketupat juga, oh ya ada tape
ketan dan uli juga. Alhamdulillah kami tidak kekurangan makanan meskipun
aku nggak masak hoho.
Agak repot ketika si mbak belum datang pada
tanggal 12 kemarin, di mana aku dan suami tidak mengambil cuti,
sehingga harus masuk kantor. Ya sudah, trio kwek-kwek pun kami ajak ke
kantor. Kebanyakan pekerja masih cuti kan, jadi lalu lintas pun masih
sepi. Akhirnya kami naik KRL, alhamdulillah nggak umpel-umpelan, aman.
Pulangnya naik bis jemputan sampai Bintaro, gratis, jalanan lancar, kami
pun bisa bobo. Hari keduanya juga demikian.
Bagaimana reaksi
anak-anak ketika diajak ke kantor? Waah seneng banget :D Tempat kerjaku
di lantai 1 sampai kotor akibat ulah anak-anak. Azzam main angkat
dos-dos kosong kesana kemari, galon air kosong pun diseret-seret, gaduh
pokoknya. Syifa dan farah main menggunting dan mewarnai dengan kertas
HVS bekas yang kuberikan. Heboh lah, mereka seperti tidak ada capainya.
Non stop bergerak, sedikit-sedikit berteriak-teriak juga, lari-larian.
Untung saja tahun ini ada Surat Edaran dari atasan yang membolehkan
membawa anak seminggu sebelum dan sesudah Lebaran. Maklum, waktu-waktu
itu kan sudah umum kalau para asisten belum balik dari mudik. Ternyata
di lantai 20 tempat suami bekerja sudah disediakan mainan anak-anak, ada
mandi bola dan beberapa mobil-mobilan yang bisa dinaiki dan ada
lagu-lagunya. Wah, makin betah saja si trio kwek-kwek ikut ke kantor
emak n bapaknya.
Cukup dua hari saja, fyuuh aku ga bisa maksimal
kerja, malah harus jagain Azzam. Kalau Syifa dan Farah sih sudah bisa
dilepas sendiri ya. Selain itu badan terasa lebih capek, anak-anak juga
kelihatannya capek meski tidak surut senyuman dari wajah mereka.
Akhirnya Rabu-Jum'at aku ambil jatah cuti saja deh. Legaaa, bisa di
rumah lagi bersama mereka. Kebetulan penyakit malasku sedang kabur, aku
tiap hari memasak buat mereka. Bersih-bersih rumah, mencuci, dkk juga
dilakoni, heem menikmati jadi FTM untuk beberapa hari.
Sayang,
harus kembali lagi ke dunia nyata :p Hari ini sudah harus bermacet ria
kembali, meliuk-liuk dengan motor tua yang setia bersama misua pergi
ngantor lagi. Meninggalkan anak-anak lagi dengan si mbak yang sudah siap
bekerja kembali. Hiks, jadi kangen anak-anak.
hohoho, ramainya ya mbak..
BalasHapuspasti capek ngurus anak-anak.. tapi seneng ya? :D
ntar bagi-bagi pengalamannya yaa..
:D
ho-oh rameee, ganti-ganti ketawa, teriakan, plus nangis :D
Hapussiip, ntar diceritain lagi lah ^_^
bisa membayangkan anak2 di lobby kantor pusat
BalasHapusmlayu rono rene kan luas banget buat playon
hihihi
ho-oh dijagain pak satpam yang banyak jejer-jejer itu mas xixi.
Hapus