Kamis, 29 Agustus 2013

[Farah] 6 Tahun Masih Cadel Aja?


Farah, si tengah baru saja berulang tahun yang keenam pada 15 Juli yang lalu. Subhanallah, semoga tambah sholehah ya nduk. Sebenarnya Farah sudah bisa masuk SD lho, usianya sudah mencukupi syarat untuk itu. Namun, aku mempunyai pertimbangan sendiri mengenai hal ini, yaitu Farah akan masuk SD ketika nanti berumur 7 tahun, sama seperti halnya Syifa kakaknya dahulu. Di samping itu, memang ada beberapa Sekolah Dasar Negeri yang mensyaratkan usia 7 tahun untuk calon siswanya, jadi menurutku klop sudah. Usia 7 tahun menurutku anak sudah lebih mandiri dan siap untuk menerima kurikulum pelajaran yang WOW itu. Ampun dah, beda banget dengan jaman SD-ku dulu yang masih belajar baca Ini Ibu Budi (heluu tahun kapan itu yaaaa :p)

Sebenarnya masih ada alasan lain lagi mengapa Farah saat ini malah nganggur alias tidak sekolah, yaitu karena dia masih kurang jelas dalam berbicara alias cadel. Bukan hanya pada pengucapan huruf R lho ya, tapi dia kesulitan menyebut huruf-huruf konsonan seperti T dan K, J dan G, R dan F, masih sering keliru juga dengan M dan N. Sengaja tidak dimasukkan SD sekarang agar Farah bisa ikut terapi wicara bila perlu. Selain itu aku kuatir dia akan di-bully di sekolahnya karena bicaranya yang tidak jelas itu. Memang sih sampai saat ini kami belum menemui dokter ahli tumbuh kembang anak untuk berkonsultasi. Rencana ya ke dokter dulu lalu bila disarankan untuk terapi wicara ya akan diikuti semampu kami (biayanya itu lho). Farah sudah melalui TK A dan B, sehingga tahun ini aku dan misua memilih untuk tidak meminta Farah mengulang TK B lagi, karena saat ditanya dia bilang tidak mau kembali ke TK B. Meski sekarang malah dia yang kangen sekolah, bosan di rumah terus.

Awalnya, aku berjanji akan rutin mengajak Farah ikut ke kantor, ya paling tidak seminggu 2 atau 3 kali lah. Dalam pikiranku, aku bisa full day bersamanya dan sembari menemaninya belajar di kantor. Aku bisa mengambil materi-materi untuk Farah pelajari dari internet, bahkan banyak tersedia worksheet gratis berbagai macam bidang studi kan. Namun kenyataannya sampai sekarang baru terealisasi beberapa kali saja. Jarak Bintaro-Gatsu yang kurang lebih 45 menit naik motor seringkali membuat aku tidak tega mengajak Farah, selain jauh, macet, belum lagi kalau misua sering ngebut ngejar waktu, jadi parno lah. Dan Farah sempat bilang merasa capek dan mual ketika naik motor dengan waktu yang cukup lama kemarin itu.

Akhirnya Farah setiap hari di rumah, nemani Azzam main atau dia asyik main dengan anak tetangga. Kalau sudah merasa bosan, dia pasti protes, ingin sekolah lagi. Wah, jadi ribet deh. Bulan September rencananya mau masuk TPA aja yang jadwal pagi, jadi agar ada kegiatannya di pagi hari. Kalau siang kan Syifa sudah pulang sekolah tuh, jadi Farah tidak merasa bosan, sudah ada teman main dan lawan bertengkarnya soale hehe. Malam harinya, barulah Farah belajar membaca dan menulis denganku. Sedikit-sedikit sambil memperbaiki pengucapan huruf-huruf yang masih terdengar tidak jelas itu. Untuk menghitung, Farah malah lebih jago sebenarnya dan dia lebih suka berhitung daripada belajar baca. Berasa tegang kalau belajar baca karena aku atau abinya selalu meminta dia mengulang-ulang bacaan huruf-huruf yang masih susah di lidahnya itu.

Dalam hal pilihan sekolah, Farah meminta agar dia masuk ke sekolah yang sama dengan kakaknya, Al- Azhar Bintaro. Fyuuh, berarti kami harus menyiapkan dana cukup besar untuk itu. Dulu misua yang ingin Syifa bersekolah di sana, meski agak berat juga biayanya. Sekarang rasanya tidak adil kalau tidak mengakomodir permintaan Farah, meskipun keadaan keuangan kami sedang bermasalah saat ini. Well, semoga Allah beri kemudahan dan jalan keluar bagi kami sekeluarga, aamiin. Semoga tenggat waktu setahun ini bisa banyak memberikan kemajuan untuk Farah, sehingga dia bisa lebih siap nantinya ketika masuk Sekolah Dasar.

5 komentar:

  1. Assalamu'alaykum...
    sekedar berbagi cerita...putri sy juga yg umur 4 tahun juga mengalami kesulitan menyebut huruf-huruf konsonan seperti T dan K, J dan G, R dan F...sekarang (baru jalan dua minggu) kami usahakan konsultasi ke tumbuh kembang di RS Hermina Depok....
    untuk anak Ibu gimana perkembangannya? siapa tahu bisa berbagi cerita dan pengalaman
    terima kasih
    Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaykumsalam
      Putrinya baru 4 tahun ya Bu, masih banyak waktu untuk memantau perkembangannya :) kalau Farah sampai saat ini akhirnya belum pernah dibawa untuk dikonsultasikan ke ahli tumbuh kembang hehe.

      Alhamdulillah sudah makin jelas bicaranya, meski masih ada beberapa huruf yang susah dimengerti. Namun saya yakin insyaAllah lambat laun dia akan bisa sendiri. Dalam hal ini saya yakin kecadelan Farah bukan disebabkan pada cacat/bentuk lidahnya yang kurang sempurna. Oleh karena itu saya tidak terlalu khawatir (pada akhirnya)

      Terima kasih sudah mampir di blog ini ya, ditunggu kabar selanjutnya dari putri Ibu :)

      Hapus
  2. Selamat malam Ibu.
    saya mohon izin masalah gangguan artikulasi yang anak ibu saya gunakan untuk telaah kasus tugas kuliah saya ( Bina Wicara).
    Disini saya mencoba memberikan contoh intervensi sesuai yang saya pelajari. Terima kasih.

    1. Intervensi untuk gangguan artikulasi tipe substitusi
    Intervensi gangguan artikulasi tipe subtitusi, dilakukan melalui empat tahapan, yaitu latihan pendengaran, pengucapan, mengotomatisasi pola ucapan, serta percakapan ( Hernawati ,2003)
    - Latihan Pendengaran
    Latihan pendengaran dilakukan untuk membedakan bunyi huruf yang tertukar. Dalam hal ini dilakukan latihan untuk membedakan fonem ‘n’ dan ‘m’. Contoh latihan pendengaran adalah pelatih ( guru, orangtua) meminta anak mengangkat balok merah tiap mendengar fonem “n” dan balok biru jika mendengar fonem “m”. Jika anak sudah mengerti dilanjutkan dengan suku kata. Seperti mengangkat balok biru tiap mendengar kata yang terdapat fonem ‘m” “Mama, Mimi, Mata”
    - Latihan pengucapan
    Latihan pengucapan bisa dilakukan dengan berbagai macam. Misal secara visual pelatih dan anak sama-sama menghadap ke kaca, ajak anak memperhatikan bibir guru/orangtua dan menirukan apa yang dikatakan. Dimulai dari meraban. “Mamama, mimimimi memememe, dsb”
    - Mengotomatisasi pola ucapan
    Untuk latihan ini diperlukan alat-alat peraga yang berupa benda asli atau gambar gambar yang mengandung huruf-huruf yang ditukar. Caranya yaitu anak diminta menyebutkan nama gambar yang diperlihatkan pelatih. Gambar yang diperlihatkan mengandung huruf m dan n. Seperti : majalah, monyet, nangka, markisa, madu, nanas, nasi, dsb.
    - Percakapan
    Latihan percakapan untuk memperlancar pengucapannya, yaitu dengan cara pelatih mengajukan pertanyaan kepada klien yang jawabannya harus mengandung kata-kata dengan huruf-huruf yang ditukar.
    2. Intervensi untuk gangguan artikulasi tipe Distorsi
    Distorsi adalah pengubahan bunyi, maka pelatih ( dalam hal ini orangtua/guru) dapat melatih anak untuk memperjelas artikulasinya. Intervensi distorsi dapat dilakukan orangtua dengan tidak ikut-ikutan bercadel ria dan membenarkan tiap kali anak salah mengucap. Misal ketika anak berkata “Bajuku melah,” orangtua bisa membenarkan dengan “ Iya bajunya merah. Coba ikuti mama bilang ‘merah’,”
    Untuk membenarkan pengucapan fonem r, t, k, j, g, r, f , orangtua dapat melakukan latihan pengucapan lewat latihan secara visual, audiori atau haptik ( Sadja’ah; 2012).
    - Latihan secara visual adalah orangtua/guru dan anak sama-sama menghadap ke kaca, ajak anak memperhatikan bibir guru/orangtua dan menirukan apa yang dikatakan. Dimulai dari meraban huruf yang akan diajarkan. Contoh fonem ‘t’ maka ajak anak meraban “tatatata titititi totitoti”
    - Latihan secara audiotori bisa dilakukan pelatih mengucapkan kata dan ditirukan. Contoh untuk fonem ‘t’ maka pelatih berkata “Tinta” dan meminta anak menirukan. Atau anak dilatih mengucapkan dengan cara seperti berikut ( untuk melatih fonem ‘t’ ) ;
    Tin – tin – tin ta – ta – ta
    Tin- tin ta – ta
    Tin ; ta
    Tinta
    - Latihan secara haptik adalah dengan meminta anak merasakan getaran atau udara yang keluar dari artikulator. Misal latihan secara haptik pada fonem ‘t’ adalah dengan mengajak anak untuk merasakan udara yang keluar dengan meletakkan jari di bibir pelatih ketika mengucap fonem ‘t’ dan meminta anak mengikuti.
    Jika anak telah dapat mengucapkan fonem r, t, k, j, g, r, f , orangtua/guru dapat melakukan latihan mengotomatisasi ucapan dan latihan percakapan seperti yang dilakukan pada intervensi substitusi atau dengan cara lain.


    BalasHapus
    Balasan
    1. waaah, sangat bermanfaat sekali. Terima kasih banyak Ossy :)

      Hapus
  3. Sama-sama Ibu. semoga bicaranya Farah semakin jelas dan lancar ya. ')

    BalasHapus