Mau Melahirkan Dimana?

Awalnya saya berniat untuk melahirkan di Jakarta saja. Saat itu usia kehamilan baru trimester awal, saya dan suami sudah sibuk berdiskusi, lumayan alot juga. Pertimbangan saya, ingin banget suami mendampingi proses kelahiran, paling tidak ingin dia terlibat lebih banyak. Dulu ketika melahirkan anak pertama dan kedua, saya mudik, enak, ada keluarga besar yang siap sedia membantu. Suami tentu bisa bersantai, tidak pusing. Masalahnya suamiku sudah ngeri duluan melihat darah, bisa muntah-muntah, takutnya kalau sampai keliyengan nanti haha. Tapi pengeeeen banget bisa melahirkan didampingi suami di sisi, biar dia tahu bagaimana prosesnya yang subhanallah luar biasa itu.
Sayangnya, dia lebih memilih agar aku lagi-lagi mudik saja, melahirkan di Malang lagi. Perkiraan akhir September atau awal Oktober 2011, berarti lebaran tidak bisa mudik dan baru akan mudik di pertengahan September saja. Sempat saya mewek lho, sebel banget disuruh lahiran di Malang lagi. Apalagi pas mendengar alasannya, kalau dia mungkin tidak bisa full menemani karena harus kuliah dll dkk. Gimana nggak mau mewek dan nggondok coba?
Okelah, akhirnya dengan banyak pertimbangan, termasuk biaya melahirkan di Jakarta yang mahaalll.....(kalau di Malang bisa murmer) saya pun setuju dengan rencana mudik melahirkan. Lagipula orang tua dan mertua sudah sangat kangen pada cucu-cucunya ini, lumayanlah kurleb 2 bulan mereka bisa bersama mereka. Masalah sekolah, karena Syifa masih TK dan Farah juga di PAUD, jadi bukan masalah besar mengajak mereka bolos hehe.
Rencana sudah tersusun, neneknya sudah menyiapkan macem-macem buat cucu-cucunya, saya sudah nanya-nanya RSB di seputaran Singosari dan Malang. Eh kok yo, suami tiba-tiba minta agar saya melahirkan di Jakarta saja. Alasan utama sebenarnya masalah finansial sih, khawatir kalau uang di tabungan kami tidak cukup untuk membiayai semua pengeluaran. Bukan hanya biaya melahirkan, tetapi juga biaya tiket KA, biaya hidup selama di Malang (nggak mungkin nggak ngasih ortu), biaya hidup suami di Jakarta, dll. Padahal ketika cuti bersalin, penghasilanku akan berkurang jauh, tidak dapat tunjangan lagi gituuu.
Sedangkan kalau tetap di Jakarta, meski biaya melahirkan lebih mahal, tapi bisa disiasati dengan melahirkan di bidan saja, insyaAllah normal (mohon do'anya), atau di RSB yang tidak memasang tarif mencecik dan untuk itu harus banyak mencari informasi tentunya. Browsing n nanya mbah google, klik sana klik sini, nanya juga ke tetangga, minta sharing informasinya. Plus tentunya ke ibuk-ibuk MPers, sharing dong bun, pengalaman melahirkannya terutama di seputaran Jakarta Selatan ya.
Makin mendekati masa brojolan, ah malah kepikiran mau melahirkan dimana, moga-moga tidak menjadi beban otakku yang gampang panas ini deh. InsyaAllah ada jalan. Meski sebenarnya ini keinginanku juga tho, tapi entah mengapa kok sekarang malah jadi ragu. Apa suami bisa menghandle semua urusan, mendampingiku seorang diri di saat-saat genting proses kelahiran, lari kesana-kemari urus ini itu. Kalau anak-anak sih bisa di rumah bersama mbak Anik, beres itu. Bukannya tidak percaya pada suami, tapi ini akan menjadi kali pertama untuknya. Sebenarnya, ini satu kesempatan buat kami berdua. Kalau bisa melewati masa-masa ini, struggle bersama, insyaAllah ikatan hati di antara kami akan makin menguat tentunya. Ah, semoga semuanya akan terkondisikan dengan baik, aman, terkendali, lancar jaya, insyaAllah....mohon do'anya yaaaa