Kamis malam (13/11) Syifa demam, akhirnya Jumat dia tak masuk sekolah. Hari Sabtu dia masih demam dan lemas. Kata si mbak, dia melihat ada ruam kemerahan di dekat telinga Syifa. Lalu mulai muncul kemerahan di wajahnya pada hari Minggu. Senin dia ingin masuk sekolah meski badannya masih lemas. Aku jadi curiga karena kondisinya bukan seperti flu biasa. Biasanya kalau demam flu, setelah demam reda badan terasa lebih fit dan tidak lemas.
Sepulang sekolah, si mbak lapor ternyata badan Syifa demam lagi. Muncul kemerahan di seluruh tubuh terutama perut dan dada. Waduh, jadi teringat kondisi yang sama ketika usianya 5th dulu. Kemungkinan Syifa terkena campak nih. Sore itu aku jadi tak tenang di kantor, rasanya ingin segera pulang untuk memeriksa kondisi Syifa. Sepulang kantor aku langsung membawanya ke dokter terdekat, hanya untuk memastikan apakah sakit yang dideritanya campak atau bukan. Dulu saat dia campak sampai dirawat inap di RS lho karena ketidaktahuanku akan penanganan campak. Mau aja nurut sama dokter yang bilang Syifa harus dirawat, padahal di home treatment aja sih bisa sembuh sendiri sebetulnya. Jadi parno kalau inget pengalaman dulu itu.
Setelah diperiksa memang diagnosa dokter adalah campak. Syifa harus istirahat dan memulihkan kondisi tubuhnya agar si virus segera minggat. Berarti dia akan tinggal di rumah, tidak usah bersekolah. Syifa sedih dan meneteskan air mata. Bukan, bukan karena sakitnya, tapi karena dia tak bisa mengikuti Field Trip hari Selasa (18/11) beserta teman-temannya.Sudah sejak lama Syifa mengangankan acara Field Trip ini. Menanti dengan gembira, bahkan menghitung hari. Merencanakan dan menyiapkan ini itu, membicarakannya denganku maupun adiknya. Malam sebelum hari H Syifa masih merajuk, berusaha agar dia tetap bisa berangkat. Kujelaskan padanya tentang kondisi tubuhnya, tentang kerepotan bu guru dan teman-temannya kalau Syifa tetap ngotot berangkat. Kali ini Syifa belajar untuk menerima kenyataan pahit dan rencana yang tak berjalan sesuai dengan yang diingikannya.
Alhamdulillah setelah demamnya turun, Syifa tetap makan dengan lahap, ngemil pun jalan. Tapi Farah malah muntah-muntah terus. Senin malam (17/11) demam juga, jadi mereka ga ada yang sekolah. Tiap habis makan, dimuntahkan semua oleh Farah. Kuberikan makan minum lagi, meski sedikit dan bukan nasi. Kucoba memberikan bubur kacang ijo, pasta instan,tempe dll tapi dimuntahkan juga. Farah sudah mulai mengeluhkan gatal dan kulihat ada ruam muncul di lengannya, tapi hanya sedikit dan hilang beberapa hari kemudian. Kondisi Azzam juga demam dan batuk pilek, aku deg-degan sambil terus
observasi kondisinya. Khawatir kalau Azzam terkena campak juga. Farah dan Azzam tidak ikut imunisasi campak ketika bayi, hanya Syifa yang dulu sudah imunisasi lengkap anjuran Pemerintah. Eh, malah Syifa yang sudah kena campak 2x hihi.
Sakit bebarengan begini, memang bikin capek dan repot tapi malah enak, moga sembuhnya nanti bisa bersamaan juga. Maka aku pun ijin tidak bekerja selama 3 hari sejak Selasa (18/11) sampai dengan Kamis (20/11). Anak-anak malah seneng emaknya di rumah, mereka bisa bermanja-manja. Makan saja minta disuapi semua, terutama Azzam tuh manja banget. Mau pipis aja minta diantar lho, padahal biasanya bisa sendiri. Mudah-mudahan mereka semua segera fit kembali, aamiin. Musim penghujan memang musim penyakit. Daya tahan tubuh harus ditingkatkan agar kami semua tahan banting ^_^
Sakit bebarengan begini, memang bikin capek dan repot tapi malah enak, moga sembuhnya nanti bisa bersamaan juga. Maka aku pun ijin tidak bekerja selama 3 hari sejak Selasa (18/11) sampai dengan Kamis (20/11). Anak-anak malah seneng emaknya di rumah, mereka bisa bermanja-manja. Makan saja minta disuapi semua, terutama Azzam tuh manja banget. Mau pipis aja minta diantar lho, padahal biasanya bisa sendiri. Mudah-mudahan mereka semua segera fit kembali, aamiin. Musim penghujan memang musim penyakit. Daya tahan tubuh harus ditingkatkan agar kami semua tahan banting ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar