Selasa, 03 Februari 2015

Cerita Mudik: Malang I'm Coming (1)

Tahun 2015 ini diawali dengan perjalanan mudik ke kampung halaman tercinta, kota Malang. Setelah kurang lebih 2,5 tahun tak sowan ke rumah orang tua *ther lha lhu :( * alhamdulillah kemarin jadi juga kami mudik. Seperti yang sudah kuceritakan di sini, kami berlima naik kereta ekonomi Matarmaja yang mulai tahun 2015 ini tarifnya naik 3x lipat, dari yang sebelumnya harga tiket sekitar Rp60rb sekarang menjadi Rp180rb. Deg-degan sueneng rasanya, anak-anak juga gembira mau mudik. Kangen sama keluarga besar dan bahkan kami belum pernah bertemu keponakan, anaknya adik iparku, sedari lahir hingga sekarang usianya sudah 2 tahunan. Kalau anaknya adikku sudah hampir 1 tahunan. Jadi ya kepulangan kemarin itu memang sudah sangat dinantikan.

Mamaku sudah ribut aja seminggu sebelum hari H, nelpon ngingetin ini itu. Adikku juga mengingatkan agar kami paling tidak berangkat dari rumah 3 jam sebelumnya dari jadwal kereta. Dulu adik dan orang tuaku pernah naik kereta dari stasiun Pasar Senen juga. Berangkat dari Mampang ke sana memerlukan waktu sekitar 2 jam, mungkin waktu itu pas macet kali ya. Jadi mereka berulang-ulang berpesan agar kami berangkat lebih awal lagi, maklum karena rumah kami di Bintaro. Jarak tempuhnya jauh lebih lama kan.

Syifa dan Farah ikut deg-degan juga, sampai-sampai mereka menghitung hari. Farah yang masih kelas 1 SD salah melulu menghitung berapa hari lagi keberangkatan kami. Syifa selalu mengkoreksi hitungan Farah. Syifa juga melingkari tanggal 5 di kalender kami. Mereka juga sibuk membungkus kado yang akan diberikan kepada om dan tantenya. Isinya sederhana, buku cerita milik mereka. Bentuk rasa bahagia mereka, saking pengennya memberikan oleh-oleh setelah sekian lama tak bersua.

Akhirnya hari H pun tiba. Perutku jadi agak mules, biasalah lagi tegang mau perjalanan jauh plus saking bahagianya mau mudik. Kresek alias kantongan hitam kecil-kecil sudah dipersiapkan untuk Farah. Dia kan mabuk perjalanan hihi. Pokoknya naik kendaraan yang berbau aneh, misal pake AC, apalagi yang ada pewangi mobilnya nih, langsung hoek-hoek deh dia. Kami berangkat jam 11 siang dengan perkiraan perjalanan ke stasiun Pasar Senen sekitar 2 atau 3 jam, ya kali aja macet. Paling tidak jam 1 atau jam 2 siang kami sudah ada di sana kan. Masih bisa santai menunggu kereta yang jadwal keberangkatannya pukul 3 sore.

Oalah, ternyata perjalanannya lancaaar. Farah juga tidak muntah, sempet hoek-hoek aja berasa mual. Sampai di stasiun baru pukul 12 siang. Panas-panasnya, lapar dan haus pula. Kami pun mencari tempat untuk mencetak tiket secara mandiri yang letaknya ternyata di sisi paling ujung dari arah masuk ke stasiun. Antrian lumayan banyak, meski bukan waktu liburan tapi stasiun terlihat ramai calon penumpang berjubel. Banyak yang duduk-duduk ngemper di sepanjang stasiun. Di depan toko, toilet, ataupun mushola.

Rasa sakit kepala dan tidak nyaman di badan membuatku ngotot untuk ikutan ngemper juga. Aku kuatir kalau telat makan bisa kumat lagi migrainku. Akhirnya kami berempat nglesot di depan 7 Eleven, tidak jauh dari toilet. Pokoknya bau dari toilet ga sampai lah hehe. Lha kami kan mau makan siang, bisa hilang nafsu makan kalau ada bebauan aneh :D Eh, misua ga mau ikutan. Pria satu ini sepertinya males nglesot di situ, mungkin karena agak dekat dengan toilet ya, entahlah. Jadi dia pun menghilang dengan alasan mau merokok. Perkiraanku sih dia beli makan di warung yang ada di balik tembok pembatas stasiun.

Sudah tak tahan lagi rasanya, anak-anak juga sudah bilang kalau lapar. Mereka bertiga akhirnya kusuapi dengan bekal nasi goreng plus abon yang kami bawa dari rumah. Hap..hap..hap, mulut-mulut kecil mereka segera mengunyah. Aku pun juga makan dengan lahap. Setelah kenyang dan misua sudah kembali dari makan di warung, aku mengajak Syifa dan Farah sholat bareng di mushola. Ini dia foto narsis mereka bertiga. Sudah kenyang tuh jadi sudah bisa mesem-mesem ^_^


to be continued






Tidak ada komentar:

Posting Komentar