Selama bulan Nopember kemarin aku cuma selesai membaca satu buku saja. Sayang deh rasanya, padahal banyak banget buku yang menanti giliran untuk dibaca. Bulan pertama full ngantor sih, jadinya waktu untuk membaca berkurang banget. Mungkin bisa ya kalau pandai mengatur waktu, tapi jam pulang kantor alias waktu di rumah aku dilarang baca buku oleh suami. Waktunya hanya untuk anak-anak, kalau mereka akhirnya sudah tidur berarti tiba waktunya bersama suami. Jadi kalau mau baca buku sepertinya harus jam istirahat kantor sepertinya, tapi susah juga hehe.
Oya buku kali ini kubeli dari http://halamanmoekabooks.com dengan diskon 15%.
Oya buku kali ini kubeli dari http://halamanmoekabooks.com dengan diskon 15%.
Buku ini menceritakan tentang perjalanan hidup Iris Krasnow yang sejak remaja terus mencoba mencari pegangan hidup, mencari kedamaian hati dan jiwa, mencari Tuhan. Ketika membaca buku ini aku benar-benar bersyukur akan nikmat iman Islam di dalam hati ini. Tidak usah mengalami pencarian yang panjang dan berliku seperti yang dialami oleh Iris.
Iris mengalami masa-masa lahirnya feminisme yang memandang bahwa menjadi ibu RT saja itu tidaklah adil bagi wanita. Iris mempunyai karir nan gemilang tapi tetap merasakan kehampaan. Ketika akhirnya dia mempunyai anak, di situlah timbul kebimbangan dalam hatinya. Antara memilih karir atau menjadi seorang ibu yang sebenarnya. Bahwa menjadi wanita yang berada di rumah saja itu tidaklah buruk sama sekali, bahkan tetap bisa bekerja dari rumah. Benar-benar memberi semangat buatku, meski pilihanku kini adalah sebagai ibu bekerja. Tapi aku yakin bisa -dengan usaha amat keras- untuk tetap dekat dengan anak-anak.
Pada akhirnya Iris menemukan ketenangan dan kedamaian yang diperolehnya dari menjadi seorang ibu. Ya, berserah diri menjadi ibu. Ternyata tidak mudah memang untuk menjadi seorang ibu, tidak hanya dengan melahirkan anak saja lalu kita disebut sebagai ibu.Tidak hanya itu. Perlu proses panjang termasuk untuk mengalahkan ego dalam diri seorang wanita, menomorduakan hal lainnya dan menomorsatukan anak-anak.
Membaca buku ini membuatku merenung, menutup buku sebentar, lalu menerawang.
Iris mengalami masa-masa lahirnya feminisme yang memandang bahwa menjadi ibu RT saja itu tidaklah adil bagi wanita. Iris mempunyai karir nan gemilang tapi tetap merasakan kehampaan. Ketika akhirnya dia mempunyai anak, di situlah timbul kebimbangan dalam hatinya. Antara memilih karir atau menjadi seorang ibu yang sebenarnya. Bahwa menjadi wanita yang berada di rumah saja itu tidaklah buruk sama sekali, bahkan tetap bisa bekerja dari rumah. Benar-benar memberi semangat buatku, meski pilihanku kini adalah sebagai ibu bekerja. Tapi aku yakin bisa -dengan usaha amat keras- untuk tetap dekat dengan anak-anak.
Pada akhirnya Iris menemukan ketenangan dan kedamaian yang diperolehnya dari menjadi seorang ibu. Ya, berserah diri menjadi ibu. Ternyata tidak mudah memang untuk menjadi seorang ibu, tidak hanya dengan melahirkan anak saja lalu kita disebut sebagai ibu.Tidak hanya itu. Perlu proses panjang termasuk untuk mengalahkan ego dalam diri seorang wanita, menomorduakan hal lainnya dan menomorsatukan anak-anak.
Membaca buku ini membuatku merenung, menutup buku sebentar, lalu menerawang.
foto dari sini
Pinjem, Mbak hehehehe *jadi inget daftar buku yang belum terbaca* :)
BalasHapussini...sini....
BalasHapusmau nambahin daftar buku yang belum dibaca yaaa :D
punya bukunya... tapi gak selesei selesei bacanya...kalah sama buku 2 fiksi ! hihihi
BalasHapusBaru tahu buku ini, tfs ^^
BalasHapuskalo sudah terlanjur baca yang fiksi emang susah berhentinya mbak hoho
BalasHapussuamiku aja sampai protes, soalnya dia merasa dicuekin :D
sama2 :)
BalasHapus