Selasa, 28 Oktober 2014

Puisi Subuh

Tafakur

Mereguk senyap lamat-lamat.
Mengaduknya kembali agar tercampur nikmat.
Hanya aku dan bunyi jam dinding berirama.
Tak akan bisa terulang, tak pernah bisa kembali.
Waktu yang kau dan aku sia-siakan.
Kesempatan yang kau dan aku lepaskan.
Semua akan tandas, seperti kopi yang mengering di gelas.

*menuju subuh, entah kesempatan yang keberapa. Alhamdulillah


Bersujud

Subuh kali ini
Dingin mencumbui tiada jengah
Membuatku tercekat, enggan pindah
Namun, ngilu di sekujur rerasa tak kunjung binasa
Pada akhirnya, kukumpulkan tenaga, hanya untuk berserah.
Bukan kalah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar