Senin, 17 November 2014

Bapak Penjual Dim Sum

Di samping gerbang belakang kantor, berjajarlah aneka penjual makanan dan minuman. Ada otak-otak, siomay ikan, es podeng, pecel, es cendol durian, dim sum, soto dan sate madura, gado-gado dan paling ujung ada penjual gorengan. Setiap harinya, ketika jam makan siang tiba, para pegawai terlihat ramai membeli aneka makanan itu. Kalau diamati yang paling ramai pembeli adalah penjual pecel. Antriannya panjang hingga menutup jalan. Lalu es cendol durian juga tak kalah ramai pembeli. Namun, ada satu dagangan yang paling sepi di antara lainnya, yaitu dim sum.

Beberapa kali saat aku makan soto atau sate kambing, yang letaknya persis di samping penjual dim sum. Aku memperhatikan bapak penjualnya yang menunggu pembeli datang dengan sabar. Ah, hati ini ikut harap-harap cemas. Makin gelisah rasanya kala sudah setengah jam lebih aku duduk di sana, namun belum ada juga pembeli yang datang menghampiri si bapak. Sementara penjual lain terlihat sibuk dengan para pembeli, bapak ini duduk manis menyebarkan pandangan, menanti.

Betapa sosok si bapak mengingatkanku pada Papa. Kulitnya yang hitam, rambut belah pinggirnya yang sedikit memutih, usianya yang paruh baya, dan terutama wajahnya yang nampak sabar. Ah aku kangen Papa. Hati ini ikut melonjak girang ketika ada pembeli datang untuk membeli dagangan si bapak. Lega dan bersyukur rasanya. Aku sudah merasakan sendiri, saat-saat di mana amat sangat butuh uang dan berharap ada yang membeli jualanku. Jadi ketika ada rejeki meghampiri, rasanya bersyukuuur sekali.

Harganya yang Rp11ribu berisi 4 buah dim sum kecil-kecil itu mungkin memang menjadi pilihan terakhir bagi pembeli yang ingin jajan. Banyak yang lebih memilih untuk membeli es cendol durian yang enak dan menyegarkan, atau jajanan khas Aceh buatan uni-uni yang juga selalu ramai pembeli, atau es podeng yang juga sedap diminum di siang bolong. Untuk pegawai semacam diriku yang harus berhemat setiap harinya, membeli dim sum atau jajanan lainnya tentu saja adalah suatu kemewahan. Lebih baik uang segitu dipakai untuk jatah makan siang saja hehe.

Semoga apa-apa yang kita usahakan semaksimal mungkin setiap harinya bisa berbuah keberkahan. Semoga pintu-pintu rejeki selalu dibukakan untuk kita semua, terutama untuk hamba-hambaNya yang beriman dan memilih usaha yang halal. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar