Kamis, 09 Juli 2009

Wanita, Lidah, dan Perceraian

Kembali layar kaca memperlihatkan cerita kehidupan manusia, terjadinya perceraian dari 2 pasangan selebriti Indonesia yang tak asing lagi. Gak sengaja (ato sengaja ya?) pas mencet-mencet remote TV, dapet tuh berita. Hiks....cerai lagi...cerai lagi....artis lagi...artis lagi.... Meski di belahan bumi Indonesia yang lain pun pasti banyak kasus perceraian terjadi, tapi karena ini terjadi pada artis, yah jadi santerlah beritanya. Dan makin menguatkan citra para artis yang gampang cerai, pernah denger kata " artis suka rame-rame jadi janda ", haha nohok banget yah?

Bukan sebab musababnya cerai yang mau kubahas, karena akan rumit dan panjang kali lebar. Banyak macem sebab kenapa pasangan suami istri bisa cerai, banyaaaak, lain pasangan lain versi, tapi rata-rata samalah ya. Tapi yang mau kusampaikan ini berkaitan dengan wanita, ya pihak istri, yang notabene aku juga seorang wanita dan seorang istri dari laki-laki yang sangat kucintai...

Apapun alasannya, suatu pernikahan itu jadi bubar karena terlalu banyak pertengkaran di dalamnya, masalah tak terselesaikan, dan makin runyam plus memanas dengan pertengkaran. Apalagi bila kemudian kedua belah pihak yang sebetulnya saling mencintai itu malah saling mencaci maki, saling menyakiti hati satu sama lain dengan lidahnya yang tak terkontrol. Ketika emosi memuncak dan hati gelap diselubungi hawa nafsu, saat itulah syetan tertawa puas, berhasil dengan sukses menguasai kita.

Sebagai seorang wanita, yang diciptakan Allah Swt. dengan segala kelemahlembutan hatinya, pastinya akan mudah sekali untuk menangis, sedih, bahkan merasa terdzolimi. Sayang, sebaliknya dari lidah seorang wanita pula dapat keluar kata-kata penuh racun dan menyakitkan. Bisa jadi suami kita yang semula sabar dan tenang menjadi murka dan merasa disepelekan oleh sang istri, begitu mendengar kata-kata beracun itu keluar dari mulutnya. Bahkan tak jarang saking emosionalnya istri ketika bertengkar dengan suami, keluarlah dari mulutnya kata-kata cerai.

Alhamdulillah Allah Swt. memberikan konsekuensi n tanggung jawab sebesar itu pada para suami, karena mereka lebih rasional ketika marah dan tidak terlalu banyak kata-kata (kecuali kalo sudah terpancing kemarahannya oleh sang istri mungkin ya). Sehingga kata cerai itu tidak dengan mudah diucapkan oleh para suami. Tak terbayangkan, bila kata cerai dari istri ini berlaku, bias-bisa sepasang suami istri bisa cerai berkali-kali dalam hidupnya. Itulah ketetapan Allah, sedemikian rupa telah diaturnya.

Aah...lidah memang tak bertulang, perceraian yang kutau, kebanyakan kasus karena istri yang menuntut cerai, terlepas dari kasus KDRT lho ya, kalo itu mah yah cerai aja. Tapi miris misal kalo kasusnya hanya si istri yang emosi n gak rasional, kebujuk rayuan syetan dan minta cerai. Sekarang tergantung suami deh, bakal meluluskan permintaan sang istri ato tidak. Beraaaaaaaaaaaaaat..............entah berapa kali dalam perjalanan pernikahanku, kami bertengkar, dan selalu, di akhir pertengkaran, akumaupun dia merasa menyesaaaaal banget atas semua yang telah kami lakukan, terutama yang telah kami ucapkan.

Itulah sebabnya, memang kalo lagi esmosi gitu mendingan diam deh. Jika marah, diamlah. Kebanyakan penyebab retaknya rumah tangga / keluarga adalah ketika suami/istri marah, mereka tidak diam. Justru melontarkan perkataan yang menyakitkan hati pasangannya. Padahal dengan diam pun pasangan kita tahu kita sedang marah tanpa membuat dia sakit hati karena perkataan kita.

Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam. (HR. Ahmad)


Jika kita marah, maka pahala kita akan diberikan kepada orang yang kita marahi. Jika pahala kita habis, maka dosa orang yang kita marahi dipindahkan Allah ke kita. Inilah orang yang muflis/bangkrut di akhirat. Dia mengira akan masuk surga karena rajin beribadah, tapi dia juga rajin menzhalimi/memarahi orang lain hingga akhirnya masuk neraka.
Ada satu kisah seorang ayah menyuruh anaknya yang pemarah untuk memaku beberapa paku ke pagar. Meski paku-paku itu dicabut, namun lubang bekas paku itu tetap ada. Begitulah jika kita memarahi orang. Meski kita sudah minta maaf, namun bekas luka di hati orang yang kita marahi akan tetap ada.

Persoalannya bukan menang-kalah, itu yang harus kutanamkan.

Jazakillah ummu iffah atas tausyiahnya



4 komentar:

  1. Betul, soalnya pas emosi hampir selalu kata-kata susah dikontrol... Mending memang ngademin hati dan pikiran dulu sesuai petunjuk Rasulullah.

    BalasHapus
  2. siapa lagi seleb yang cerai kali ini mbak? :)

    BalasHapus
  3. @niwanda : huff......padahal diem gak gampang juga, nggondok di ati...tp tetep wajib dicoba hehe
    @alovepuccino : hehehe....mosok gak tau seh...ato aku aja ya yg masih suka curi2 pandang ke infotainment?

    BalasHapus
  4. waiyyaki mba tika...
    (jadi tersanjung :-D)

    BalasHapus