Oktoberku diawali dengan sms panggilan diklat dadakan. Mungkin karena suatu hal yang entah apa, surat pengumuman dan pemanggilan calon peserta diklat itu belum ditandatangani oleh big bos yang berwenang sehingga belum bisa diunggah di web kepegawaian kantor. Akhirnya pemberitahuan waktu dan tempat pelaksanaan pun disebarkan melalui sms kepada para pegawai yang bersangkutan. Akulah salah satunya.
Seneng juga dipanggil diklat. Pertama, nambah ilmu (nggaya). Ya dong, biar otak nggak karatan hehe. Apalagi diklat ini temanya bikin serem, Tindak Pidana Perpajakan, wooo. Kedua, rehat dari rutinitas kantor. Ikut diklat berarti ada kegiatan berbeda dari biasanya. Ketiga, ada kemungkinan bisa reunian sekalian. Nggak selalu sih, tapi kalau pas beruntung saja misal ada teman seangkatan kita yang dapat jadwal diklat juga. Nah, kemarin itu alhamdulillah aku bisa ketemu salah satu teman sekelas jaman kuliah di Makassar, namanya John asli Papua. So lama nyandak ketemu hihi, 10 tahun kali ya. Plus ketemu sama teman semasa tugas penempatan di Majene, namanya Awal. Heem, terakhir ketemu ya 3 atau 4 tahun yang lalu. Selain itu ikut diklat bisa nambah kenalan baru tentu saja. Keempat, pas dapat tempat diklat di hotel berarti bisa makan makanan yang lain dari biasanya hahaha, hobi bangeeet. Sayang, fasilitas menginap gratis di hotel berbintang selama 5 malam kulewatkan saja, lha masa mau ninggal anak dan suami di rumah! Padahal begitu Syifa tau kalau emaknya bisa nginap di hotel, dia ngebeeet bujuk-bujuk terus agar bisa ikut nginep. Hahaha, lha terus opo sekolahmu ate mbolos Nduuuk? Ada-ada saja.
Setelah diklat usai, balik lagi ngantor, balik lagi ke rutinitas yang kok ya bikin rodo males :p (biasane juga males kalee). Masa-masa yang biasanya datar tanpa gejolak ternyata berganti teramat cepat. Ngagetin naik turunnya seperti roller coaster. Aku dan suami sampai stres juga menghadapi masalah lama yang makin parah ini. Musibah atau ujian, sebut saja demikian. Selama bertahun-tahun hidup nyaman tanpa batu besar menghalang, tetiba Allah menyentil dengan masalah yang cukup rumit dan membuat esmosi jiwa. Namun, sesungguhnya aku mensyukurinya. Dengan ujian seperti ini, kami diingatkan untuk tetap rendah hati, tetap ingat bahwa Allah yang paling berhak memutuskan segala sesuatunya. Bahwa tidak ada tempat untuk memohon dan meminta pertolongan selain kepadaNya.
Kami tersungkur namun berusaha tegak kembali. Baiklah, banyak introspeksi diri adalah hal yang mutlak, berbenah. Bersama kesulitan ada kemudahan. Dan aku bersyukur sudah pernah merasakan saat-saat seperti itu. Benar-benar pasrah kepadaNya dan terus berusaha maksimal sambil berdoa. Alhamdulillah jalan keluar sedikit demi sedikit terbuka bagi kami sekeluarga. Rasa lega teramat sangat, namun tidak boleh kembali melenakan. Tau sendirilah gimana manusia, kalau pas butuh n susah aja, melas-melas deh minta sama Allah. Eh, pas udah dikasi enak, balik bandel lagi, ckckck.
Banyak hikmah tersebar pada setiap kejadian, yup! Kini aku sedang berusaha mengumpulkan serakannya, belajar memahaminya, dan mengambilnya untuk suatu perubahan. Ini lho, jelek-jelekku yang kudu diilangi, ini lho baik-baikku yang harus ditambah. Wow semua makin jelas diperlihatkan. Allah memang sutradara dengan skenario yang paling hebat. Subhanallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar