Apakah ini hobi atau darah keturunan dari orang tua? Entahlah, hehe. Memang sih, Papaku dulu ketika jaman celana cutbray lagi ngetrend, beliau bekerja di Jamu Sido Muncul, bukan di pabriknya tapi jualan jamunya sampai ke Palembang. Beliau ngekos di sana dan buka kedai jamu kalau malam hari. Lalu Mamaku, jamanku masih SD, beliau sudah rajin nitip jajanan untuk dijual di kantin SMP tempat beliau mengajar. Aku dulu ikut sibuk membantu membungkus jajanan kering itu ke dalam plastik dan menutupnya dengan cara plastik didekatkan pada nyala lilin. Jadi kemasannya bisa tertutup rapat. Lumayan, aku bisa sambil ngemil hoho. Lambat laun Mama mulai merambah ke bisnis perkreditan, biasalah emak-emak, paling suka kalau beli barang yang bisa dicicil. Berawal dari karpet yang beraneka warna sampai akhirnya ke barang elektronik. Alhamdulillah, orang tuaku akhirnya bisa membangun rumah sendiri karena jerih payahnya itu, sama sekali tanpa bantuan pinjaman bank atau koperasi.
Lalu bagaimana denganku? Awal aku berjualan kelas 1 SMA, kakak sepupuku membuat kerajinan tangan berupa dompet dan aku yang menjualkannya, laku beberapalah. Lalu ketika selesai kuliah dan mulai magang di kantor, aku iseng-iseng membawa katalog Sophie Martin, Oriflame, dan Capriasi lantas menawarkannya pada para pegawai. Alhamdulillah orderan pun berdatangan. lumayanlah untuk tambahan uang jajan. Nah, ketika aku sudah bekerja dan mempunyai penghasilan, aku mulai tergiur untuk memakai uangku sebagai modal berdagang.
Sekitar tahun 2004, dengan ijin suami aku memulai bisnis kecil-kecilan, waktu itu kami masih tinggal di Majene. Gegara berlangganan majalah Ummi, di sana banyak terdapat iklan baju muslim dan jilbab beraneka jenis, asli mupeng. Awalnya dari keinginan membeli untuk dipakai sendiri, lalu terlintas pemikiran bahwa pasti teman-teman pengajianku banyak yang mupeng juga nantinya dan pasti tertarik untuk membeli dariku. Begitulah, karena banyak teman yang juga berlangganan majalah Ummi, jadi mereka semangat sekali kalau aku berjualan barang yang memang mereka butuhkan dan mereka inginkan. Dulu itu memang usaha konveksi baju muslimah baru mulai menggeliat, jadi untuk syarat reseller masih cukup mudah dan murah. Modalnya tidak terlalu besar, kadang sudah bisa jadi reseller hanya dengan membeli beberapa potong baju/jilbab saja. Untuk orderan berikutnya kita bisa memesan sesuai permintaan pasar, cukup mudah bukan?
Kalau jualan online, pertama kali aku mencobanya di tahun 2010 ketika sudah pindah tugas ikut suami ke Jakarta. Sebenarnya ketika di Majene sudah tertarik untuk mencoba namun lokasiku yang jauh dari mana-mana membuatku mengurungkan niatan. Jualan online dengan barang dagangan dikirim dari Majene tentu saja akan membuat cost-nya besar, kalah saing dong dengan harga online seller di kota-kota besar. Barang dagangan yang kujual secara online untuk pertama kalinya adalah daster bordir khas Malang. Aku menjualnya via Facebook dan Multiply. Berlanjut ke VCD anak Islami dan baju muslimah sampai dengan sekarang. Asyik sih ya, banyak pengalaman yang bisa didapatkan dengan menekuni bisnis kecil-kecilan ini.
Tak hanya online, aku sekarang juga masih ngider alias jualan offline kok. Beneran ngider dari lantai ke lantai di tempatku bekerja. Lumayanlah, di gedung ini saja ada 26 lantai, belum lagi di 2 gedung sebelah yang juga masih seinstansi. Sayangnya, jualan ngider ini memang lebih memakan waktu dan melelahkan. Jangan sampai pekerjaan malah terbengkalai, bisa diprotes atasan nanti hohoho. Jadi ya, bagaimana caranya agar bisa menyelaraskan tertunaikannya pekerjaan utama dan sampingan biar bisa seiring sejalan. Bisnis sebagai pekerjaan utama? Entahlah, belum terpikirkan untuk saat ini, mungkin nanti. Saat ini lebih fokus ke menambah income tanpa meninggalkan pekerjaan utama. Do'akan aku ya teman, agar semua yang kulakukan penuh berkah, aamiin.
Kalau jualan online, pertama kali aku mencobanya di tahun 2010 ketika sudah pindah tugas ikut suami ke Jakarta. Sebenarnya ketika di Majene sudah tertarik untuk mencoba namun lokasiku yang jauh dari mana-mana membuatku mengurungkan niatan. Jualan online dengan barang dagangan dikirim dari Majene tentu saja akan membuat cost-nya besar, kalah saing dong dengan harga online seller di kota-kota besar. Barang dagangan yang kujual secara online untuk pertama kalinya adalah daster bordir khas Malang. Aku menjualnya via Facebook dan Multiply. Berlanjut ke VCD anak Islami dan baju muslimah sampai dengan sekarang. Asyik sih ya, banyak pengalaman yang bisa didapatkan dengan menekuni bisnis kecil-kecilan ini.
Tak hanya online, aku sekarang juga masih ngider alias jualan offline kok. Beneran ngider dari lantai ke lantai di tempatku bekerja. Lumayanlah, di gedung ini saja ada 26 lantai, belum lagi di 2 gedung sebelah yang juga masih seinstansi. Sayangnya, jualan ngider ini memang lebih memakan waktu dan melelahkan. Jangan sampai pekerjaan malah terbengkalai, bisa diprotes atasan nanti hohoho. Jadi ya, bagaimana caranya agar bisa menyelaraskan tertunaikannya pekerjaan utama dan sampingan biar bisa seiring sejalan. Bisnis sebagai pekerjaan utama? Entahlah, belum terpikirkan untuk saat ini, mungkin nanti. Saat ini lebih fokus ke menambah income tanpa meninggalkan pekerjaan utama. Do'akan aku ya teman, agar semua yang kulakukan penuh berkah, aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar