Rabu, 15 Agustus 2012

Dicekal?!

Tik..tok..tik..tok...
Menghabiskan sisa waktu jam kerja hari ini di kantor, ditemani suara gaduh Syifa dan Farah yang ikut aku hari ini.

Senin dan Selasa kemarin, dua hari aku bolos, tidak berangkat kerja. Apa pasal? Kejadian lagi, kena pencekalan. Bukan hanya pejabat bermasalah dan tersangka kasus aja yang kena cekal ternyata hehe. Aku dilarang misua kerja, titik.

Sumber masalah pasti ada lah ya, sampai berbuntut pencekalan seperti kemarin dan yang sudah-sudah dulu. Kami berdua sama keras kepala, kepala batu, ndableg, mbuh apa lagi sebutannya. Kalau saja tidak ingat cicilan bank yang buanyak itu, bisa-bisa aku disuruh resign (lagi).

Alhamdulillah, sedikit ada titik terang, pencerahan di dalam kepalaku. Semalam iseng-iseng buka buku tebel "Fiqih Sunah Wanita" yang sudah lama berdebu mejeng di lemari buku. Awalnya ingin mencari referensi tentang Talaq alias cerai, karena ada sms seorang kawan nun jauh di sana yang menanyakan tentang hal tersebut, lalu malah berlama-lama membaca bab lain. Yup, jadi sebuah instropeksi buatku.

"Suami itu adalah surga atau nerakamu"
"Jika diperbolehkan pada umatku sujud pada selain Allah, maka akan kuperintahkan istri sujud pada suaminya"

27 komentar:

  1. waduh, berat juga ya masalahnya..
    kalau suami sampai menggunakan hak veto-nya ya.. apa boleh buat ya mbak.. sabar ya mbak.. mudah2an suasana hatinya bisa berubah dan mencabut lagi veto-nya.

    BalasHapus
  2. Jadi suami memang berhak ya melarang istrinya utk bekerja? Suamiku juga duku nyuruh aku utk berhenti kerja and ku turuti aja mau nya dia..
    Semoga ada jalan keluarnya ya utk mba

    BalasHapus
  3. Semoga ada jalan keluar yah, Mbak...

    BalasHapus
  4. Aku mau share mbak, ingat dulu juga mengalami hal yang sama ketika belum berhenti kerja. Dapat ultimatum untuk berhenti kerja..benar2 cobaan paling berat selama kami menikah. pasalnya semenjak kami tinggal sendiri, asisten rumah tangga tidak ada yang bertahan lama. Sehingga anak-anak tidak ada yang menjaga dan juga tidak ada saudara atau orang tua yang bisa diajak tinggal untuk mengawasi.
    KEberatan saya untuk berhenti adalah karena orang tua dan adik-adik saya yang masih perlu dana untuk sekolah. dan orang tua yang sedang sakit. kebetulan dari 5 bersaudara hanya saya yg sudah bekerja. apalagi dalam pertimbangan orang tua saya yang sudah menyekolahkan anaknya hingga tinggi tidak pantas jika hanya jadi ibu rumah tangga dan juga sebagai pegangan jika sewaktu-waktu terjadi sesuati pada suami.
    Tapi suami juga punya alasan lain. Alasan syar'i yang tidak bisa saya anggap enteng. Dia sudah tidak bisa lagi mengantar dan menjemput saya ke kantor... karena saat itu (hingga kini) aktifitas kantornya sudah mulai sering berbeda arah dan berbeda waktu dari sebelumnya. kami sekantor. Sehingga dia merasa berdosa membiarkan saya harus pergi dan pulang kantor tanpa pengawalannya yang menyebabkan saya sering naik angkot yang menurut beliau tidak pantas bagi seorang wanita muslimah (menimbulkan tabaruj). Kedua, alasan penjagaan dan perawatan anak-anak. tidak sepantasnya orang tua kita (suami dan saya) menjaga cucunya ketika mereka sudah tua, karena mereka sudah menjaga kita hampir seumur hidup kita.
    Karena alasan syar'i itu saya akhirnya resign. Berat sekali.... benar-benar berat. Apalagi kami juga punya hutang di bank untuk cicilan rumah, dan membayangkan gaji suami yang dipangkas sluruhnya untuk membayar hutang.
    Sebelum berhenti saya yakinkan dulu suami tentang keadaan hutang tersebut dan bagaimana kelanjutan keluarga kita tanpa gaji kedua.
    Tahukah apa yang dikatakannya... rezeki dari Allah, selama dijalani dengan cara yang benar...kita akan selamat.
    yup kami selamat mbak. Until today. sudah 4 tahun berhenti kerja dan jujur saya lebih happi berhenti. banyak hal yang bisa saya kerjakan dan anak-anak juga lebih bahagia. Bahkan suami juga lebih tenang bekerja.
    Gaji yang saya pikir tidak akan cukup ternyata selalu cukup, cicilan bank tetap lancar. pernah benar2 cekak hampir jual mobil untuk bayar cicilian rumah...tapi benar..janji Allah itu nyata mbak. ngga sampai terjadi untuk menjual mobil. Gaji kedua itu diberikan Allah melalui suami saya.

    BalasHapus
  5. masalah ego, jd berat hehe. iya nih, hak veto yg bikin sepaneng, harus ngadem2. Alhamdulillah ni hari bisa kluar ngantor.

    BalasHapus
  6. iya mbak, ada hak suami di ranah itu. Subhanallah, mantabs banget mbak langsung menurut ya...hehe

    BalasHapus
  7. enak juga dicekal...bisa santai di rumah. Kalau menurut saya, tidak harus kerja di kantoran, tapi sebaiknya tetap punya penghasilan.

    BalasHapus
  8. Sabar, mbak, menghormati suami dan kebijakannya itu jauh lebih utama, selama tidak mengajak kpd kesesatan.

    Semoga bulan Ramadhan ini membawa keberkahan-Nya.

    BalasHapus
  9. Semoga segera dapat jalan keluar yang terbaik ya, Mbak..

    BalasHapus
  10. jadi hasil pencerahan dari baca2 bukunya apa say ? :)

    BalasHapus
  11. Iya, sperti kata dokter prita saja, tidak perlu ngantoran tp bisa tetap punya penghasilan..
    Semoga ada jalan keluar yang baik

    BalasHapus
  12. insyaAllah...just like my nick, tikasemangat :D

    BalasHapus
  13. hehe...tau aja bu dokter. memang, 2 hari dicekal saya asik main sama anak2, ga mikirin kerjaan kantor hahaha.
    Doain ya...bisa punya penghasilan lain selain gaji kantoran :D

    BalasHapus
  14. Benul sekali, Ramadhan ini benar2 warna-warni rasanya :)

    BalasHapus
  15. xixixi....jadi ga harus pindahan gitu ya paak??

    BalasHapus
  16. hasilnya, jadi nyadar bahwa aku harus lebih menurunkan ego, harus lebih ngalah. Toh mengalah untuk menang, bukan mengalah karena kalah :D. Lagipula, akhirnya aku sadar, memang ada kesalahanku yang membuat masalah jadi berlarut2, jd memang harus instropeksi diri.

    BalasHapus
  17. iya mbak, asik banget kan tuh, kerja dari rumah.

    BalasHapus