Kamis, 11 Oktober 2012

Duhai Suami, Wanitamu.

Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak keindahannya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri. Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek oleh terpaan badai, terombang-ambing oleh hempasan angin dan basah kuyub meski oleh setitik air.

Oleh karenanya, jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yang menyakitkan karena hatinya begitu lembut. Jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dengan menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman.

Sebaiknya tidak sekali-kali membuatnya menangis oleh sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski airnya tak lagi membasahi kelopak matanya.

Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk mendapatkan kecantikan sesungguhnya. Karenanya, melihat tanpa membuka tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu mengelabui mata. Orang perlu berjuang menyusur ombak, menahan arus, dan menantang semua bahayanya untuk bisa meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus memiliki bekal yang cukup sehingga layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.

Terhenyak aku membaca kalimat demi kalimat yang tersusun indah (dan romantis, menurutku) saat blogwalking beberapa waktu yang lalu. Atas seijin empunya tulisan yaitu masichang, aku pun mencatutnya di jurnalku kali ini. Bahasannya pas banget, dan membuatku ingin menuliskannya.

Wanita, banyak yang bilang bahwa wanita itu lemah. Kenyataannya, wanita itu kuat dan tegar, plus tahan sakit :), oleh karena itu wanita ditakdirkan untuk melahirkan dan menjadi ibu. Tapi memang, wanita identik dengan kehalusan perasaannya. Wanita ada untuk diperlakukan dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang, sejatinya demikian. Dikarenakan agar jiwanya terbangun kasih sayang dan kesabaran, yang digunakan sepanjang waktu dalam mendampingi anak-anak dan keluarganya tanpa perasaan tersakiti. 

Rasulullah saw bersabda, "Berwasiatlah untuk para wanita karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk dan yang paling bengkok dari bagian tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika engkau ingin meluruskan tulang rusuk tersebut maka engkau akan mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya maka ia akan tetap bengkok, maka berwasiatlah untuk para wanita(HR Al-Bukhari III/1212 no 3153 dan V/1987 no 4890 dari hadits Abu Hurairah)

Berwasiat dimaknai agar hendaknya para suami memberikan perhatian serius dalam bersikap baik terhadap para wanita. Oleh karena itu Rasulullah saw membuka wasiatnya dengan sabdanya "Berwasiatlah untuk para wanita" dan menutup wasiatnya dengan mengulangi sabdanya " maka berwasiatlah untuk para wanita" untuk menegaskan hal ini.

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk dan ia (seorang wanita) tidak akan lurus bagimu di atas satu jalan, maka jika engkau menikmatinya maka engkau akan menikmatinya dan pada dirinya ada kebengkokan, dan jika engkau meluruskannya maka engkau akan mematahkannya. Dan patahnya wanita adalah menceraikannya.” (HR Muslim II/1091 no 1468)

Aku teringat hadits tentang tulang yang bengkok ini, karena dulu saat LDL dengan misua, aku dengan semangat 45 membaca buku-buku tentang pernikahan dan masalah rumah tangga. Dengan pemahamanku yang cetek, aku menafsirkannya bahwa kodrat wanita diciptakan dengan penuh kekurangan, tidak bisa sempurna, seshalihat apapun wanita tersebut. So, tidak mungkin bagi suami untuk mengharapkan istrinya lurus 100 persen alias sempurna, sama saja dengan mengharapkan kemustahilan dari istrinya!!

Oke, tapi bukan berarti wanita dibiarkan bengkok gitu ya. Wajiblah buat suami untuk mendidik dan membimbingnya, tentu saja dengan lemah lembut. Jika ingin memperbaiki wanita dengan cepat dan tergesa-gesa, dengan kasar, kemarahan, cacian, hinaan, maka sesuai hadits di atas, akan patahlah tulang tersebut. 

Apakah terlihat mudah? Kenyataannya rumit banget. Di sini dibutuhkan suami yang bisa bersabar dan mempunyai ilmu untuk mendidik dan membimbing istrinya. Aku percaya kok, jika istri diperlakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang, sekeras apa pun dia, lama-kelamaan akan mencair dan makin sayang plus patuh kepada suaminya. Istri mana pun tahu, salah satu syarat ia masuk surga adalah dengan ridho suaminya. 

Para suami, sanggupkah engkau bersikap gentle pada istrimu, pada wanitamu? Rasulullah saw adalah sebaik-baik orang yang bersikap baik terhadap istrinya. Beliau tegas, tapi hatinya lembut :D. 

4 komentar:

  1. Banyak tulisan Ust Firanda dan Ust Abdullah Shaleh Hadrami juga tentang ini lho. Coba googling. "Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. Ahmad, dan At-Tirmidzi: hasan)
    Juga bisa dilihat bagaimana dia memperlakukan ibunya. Kalo di bukunya Ippho Santosa, bagaimana kita harus bersikap baik kpd dua bidadari (ibu dan istri) kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tadi aku dapet yang tulisannya Ust. Firanda. Eh, di grup FB ada juga, Ust. Cahyadi. Dia dan istrinya punya yayasan n pengajian yang khusus tuk pasutri.

      Hapus
  2. Rasulullah saw adalah sebaik-baik orang yang bersikap baik terhadap istrinya. Beliau tegas, tapi hatinya lembut :D.


    >>>like this

    BalasHapus