~~~~~~
Hal pertama yang ingin saya bahas adalah ENTITAS.
Setiap diri kita punya buku amal baik dan buruk, dan bertanggungjawab di hadapan Allah SWT di hari akhir. Kita juga ikut bertanggungjawab, dalam batasan tertentu, terhadap isi buku istri kita, anak kita dan lainnya. Walaupun istri dan anak dalam tanggungjawab kita (dalam batasan tertentu) tapi mereka tetap memiliki bukunya sendiri.
Begitu juga dalam bisnis. Kita dan bisnis kita seharusnya punya buku yang berbeda. Kita punya penghasilan, pengeluaran, aset dan hutang. Bisnis kita juga punya penghasilan, pengeluaran, aset dan hutangnya sendiri. Bukunya harus beda, walau tetap berhubungan karena kita sebagai pemilik bisnis tersebut. Jadi mulai dari sekarang, pisahkan antara diri kita pribadi dan bisnis kita. Secara keuangan, diri kita dan bisnis kita punya stakeholder yang berbeda. Inilah yang menjadi landasan untuk memisahkan keuangan pribadi dan keuangan bisnis. Manfaatnya banyak: agar disiplin dalam bisnis, bisa evaluasi keuangan bisnis dengan jujur, penghematan pajak, kemudahan menghitung zakat, dll.
Hal kedua yang ingin saya sampaikan adalah KUASAI BAHASA BISNIS.
FAHAMI BAHASA BISNIS
"Kalau kita ingin menguasai sesuatu, maka kita harus memahaminya terlebih dahulu".
Kalau kita ingin menguasai bisnis, maka fahami bahasa bisnis. Gambar bisa bicara seribu kata, tapi angka bisa bicara seribu bahasa. Ketika berkomunikasi dengan bangsa lain, kita harus faham bahasanya. Tapi dengan angka, bahasa apapun punya angka yang sama. Angka positif itu bagus, angka negatif itu jelek :)
Perhatikan gambar di atas. Yang sebelah kiri adalah "buku bisnis" dan sebelah kanan adalah "buku pribadi" yang terpisah, tapi berhubungan. Modal dalam bisnis kita, adalah aset bagi pemiliknya.
Perhatikan ayat terpanjang dalam al-Quran yaitu Al-Baqarah 282, bicara tentang ketentuan pencatatan hutang piutang. Dibahas dengan detail. Perhatikan ayat-ayat tentang akidah, pendek tapi dalam artinya. Tapi ayat-ayat tentang muamalah panjang-panjang dan detail. Ayat paling detail itu membahas tentang hukum waris, siapa mendapat apa dengan berapa bagian. Sangat detail. Untuk urusan angka, paling mudah terjadi konflik, mungkin itulah kenapa al-Quran dengan panjang lebar dan detail membahasnya. Maka jangan lupakan pencatatan atau akuntansi, karena AKUNTANSI = BAHASA BISNIS.
Ketiga: ASSET & Cashflow
Kalau sudah faham bahasa bisnis, minimal faham kotak-kotak tadi, kita akan faham akan pentingnya aset dan cashflow. Untuk diri pribadi, perhatikan ASET, bukan cashflow. Banyak orang sibuk menambah penghasilan, tapi belum tentu penghasilan bertambah akan menambah juga asetnya. Contohnya adalah penghasilan naik, pengeluaran ikut naik. Betul apa betul?
Perhatikanlah aset, karena jika aset yang bertambah. Maka penghasilan (cashflow) pun akan ikut bertambah.
Tapi hati-hati, ada aset PRODUKTIF, dan aset KONSUMTIF. Tentu saya maksud adalah aset produktif, yaitu aset yang menambah penghasilan atau bertambah nilainya di masa depan. Semakin banyak kita miliki aset produktif, semakin bertambah penghasilan. Semakin banyak kita miliki aset konsumtif, semakin bertambah juga pengeluaran.
Sebaliknya, untuk bisnis, jangan fokus pada ASET, tapi fokuslah pada CASHFLOW.Karena bisnis belum tentu perlu aset besar, tapi jelas bisnis perlu cashflow yang besar.
Hal ini berhubungan dengan poin ke-4 yaitu: CYCLE and SPEED.
Fahami CYLCE atau siklus dalam bisnis kita. Uang itu cuma muter-muter aja, pastikan kita tahu "jalur uang" mengalir agar kita faham bagaimana cara mengendalikan perputarannya.
Nah, seperti inilah kira-kira sikllus bisnis kita, yang bisnisnya manufaktur, tentu detail lagi di bagian produksi. Bisnisnya perdagangan, detail di bagian distribusi dan penjualan. Pastikan kita faham siklus ini.... kemana saja uang mengalir... dimana letak macetnya, bagaimana mempercepat alirannya. Bagan ini juga bisa dijadikan sebagai alur berfikir kita secara umum dalam mengelola bisnis. Nah, kalau sudah faham siklusnya, maka langkah berikutnya adalah MEMPERCEPAT ARUSNYA. Dulu ada istilah "yang besar mengalahkan yang kecil", dalam bisnis yang terjadi adalah "yang cepat mengalahkan yang lambat"
Terakhir, faktor kelima: FAKTOR TAMBAH, KALI, BAGI
Agar bisnisnya laku, harus ada faktor tambah. Agar bisnisnya tambah besar, harus ada faktor kali. Agar bisnisnya berkah, harus ada faktor bagi. Faktor tambah maksudnya adalah kita harus memiliki hal lain yang tidak dimiliki oleh kompetitor. Ada nilai tambah yang kita berikan pada konsumen agar memilih kita, dan bukan kompetitor. Apa nilai tambahnya? Bisa macam-macam: bisa produknya yg lebih bagus, iklannya yang lebih bagus, namanya yang lebih terkenal, kepercayaan, service yang lebih baik, jarak yang lebih dekat, apapun itu pastikan kita punya nilai tambah dan tunjukkan nilai tambah itu pada konsumen.
Faktor kali maksudnya adalah perbesar bisnis kita dengan mengkali-lipatkan penjualan, bukan cuma menambah, tapi membuatnya berkali-kali lipat. Caranya? duplikasi penjualan dengan cabang, franchise, lisensi, dll. Agar bisnis berkah, pastikan kita juga punya faktor bagi. Bagi kebahagiaan, bagi rezeki, bagi karunia Allah. Bisa dengan cara sedekah, buka lapangan kerja, dll.
~TAMAT~
Makasih sharingnya mba Tika ^_^
BalasHapusSami2 mba Nina ^_^
HapusKenafa faktor kurang kagak ade?
BalasHapusDalam bisnis harus mengurangkan hal2 batil (losses signal/noise).
iya pak, ga ada nih. ga tau deh pertimbangannya pak Gozali ga masukin faktor kurangnya :D
HapusTrmksh sharingnya mbak, bisa dishare g mbak?
BalasHapusSama-sama :) SIlakan saja dishare, moga bermanfaat ^_^
Hapus