Senin, 24 Mei 2010

Keputusan Itu.

" Berangkat segera ke Jakarta, nggak usah balik ke Majene!!"
Aku tertegun, tapi tidak terkejut. Yah, permintaan ini memang sudah kuduga dan sebenarnya kuharapkan juga.


Menginjak tahun ke delapan pernikahan kami, saat inilah dimana ujian datang bertubi-tubi, ketika muncul krisis kepercayaan di antara kami, begitu banyak salah paham, prasangka, dan pertengkaran. Memang mungkin inilah resiko Long Distance Love, suami di Jakarta dan saya di Majene. Sebenarnya ini bukan kali pertama kami berjauhan, saat awal pernikahan pun saya di Luwuk, Sulteng, dan suami di Majene, Sulbar. Tapi, inilah bagian kisah cinta kami, bagian kisah hidup kami berdua sebagai suami istri.


Wacana saya harus resign dari DJP sudah ada sejak awal pernikahan, apalagi kami berjauhan, itu menjadi alasan utama dari suami, tapi orang tua tidak membeli lampu hijau, tentu saja. Kini wacana itu kembali muncul bahkan menguat ketika mulai ada kerenggangan di antara kami berdua. Sempat orang tua kami berdua menyinggung masalah resign ini beberapa bulan lalu dan tanggapannya adalah sama, nggak usah resign. Tapi tetap permintaan suami harus menjadi pertimbangan utama kan. itulah alasan mengapa saya sudah siap ketika suami meminta saya untuk segera berangkat, insyaAllah Kamis pagi ini saya terbang ke Jakarta. urusan kantor saya selesaikan seadanya, tugas-tugas bendahara yang ampyun banyaknya saya serahkan ke adik kelas yang dengan sangat amat terpaksa mau jadi pejabat sementara bendahara.


Masalah absensi?? Kalo saya bolos alias langsung cabut pasti bisa kena masalah, padahal saya pengen andai resign pun dengan cara yang baik seperti saat saya masuk kerja juga dengan cara yang baik dan benar (gak nyogok maksudnya). Akhirnya, saya coba ajukan cuti besar yang ternyata harus dengan persetujuan Kakanwil. Moga-moga bisa beres urusannya, karena disetujui atau tidak toh saya akan tetap berangkat ke Jakarta. Keluarga lebih penting daripada kerjaan, ya tho.....

Mohon do'anya.


 

16 komentar:

  1. bener mbak. gimana2 kalau bisa namanya rumah tangga jangan sampai berjauhan.
    semoga yg terbaik mbak^^

    *jadi kangen pulang sulawesi.mbakku di mamuju,tante2 di pinrang^^

    BalasHapus
  2. Semoga yang terbaik Mba. Seorang istri sudah selayaknya mengikuti perintah suami selama perintah itu tidak membawa kita kepada kemaksiatan. Karena setelah menikah bakti pertama kita adalah bukan untuk orang tua lagi tapi suami

    BalasHapus
  3. semoga diberi kemudahan atas pilihan yang diambil.

    BalasHapus
  4. ikut mendoakan...
    semua ada resikonya. Bismillah aja mba, berserah pada yang membuat ketentuan...

    BalasHapus
  5. iya, labil kl jauhan gini.

    btw waah...orang sulawesi tho.....kapan terakhir pulang?

    BalasHapus
  6. Iya betul mbak, makasih dah diingatkan ya :)

    BalasHapus
  7. Sukran. Iya...pasrah....dijalani aja dulu deh.

    BalasHapus
  8. semoga happy ending yaa mb. doaku untukmu ukh.... :)

    BalasHapus
  9. Amin............jazakillah....... :)

    BalasHapus