Sabtu, 31 Mei 2014

Obrolan Makan Siang



Kemarin saat makan siang, aku mendengarkan percakapan antara bapak-bapak yang duduk tak jauh dariku. Yah, lumayanlah untuk mengisi waktu sambil mengaduk-aduk soto ayam panas di hadapanku.

Bapak 1: "Gini ini nasib PNS," ujarnya sambil melihat ke arah kerumunan di belakangnya, "makan yang penting kenyang, ga peduli lagi kuantitas, kesehatan, dan kebersihan."

Saat itu di dekat tempat duduk kami memang terlihat antrian panjang pembeli pecel yang kebanyakan kaum pria. Agar antrian tidak menutupi jalan, maka dibuatlah dua baris antrian. Dan ternyata setelah lama mengantri, banyak di antara mereka yang kehabisan pecel :( Di daerah kantorku, sebungkus pecel memang menu termurah, sekitar Rp7ribu saja. Pantas peminatnya buanyak :-)

Bapak 2: "Iya, yang penting murah, Pak."

Bapak 1: "Ini penjual es cendol durian, THP kita bisa kalah lho sama dia. Hitung aja berapa gelas tuh laku sehari."

Bapak 2: "Lha iya kalau ini usaha dia, Pak. Palingan ada bosnya, punya berapa gerobak dia, wah gede tuh dapatnya. Kaya bubur ayam Salim tuh. Pagi saja bisa 300 mangkok habis."

Bapak 1: "Kaya gini orang ngiranya gaji kita guede haha, dikira orang kaya."

Hening ...

Jadi ingat masa lalu yang kelam, ketika THP pegawai pajak jaaauuh lebih kecil dari sekarang karena belum remunerasi. Tapi justru banyak gaya hidup pegawai yang borju, uang panas beredar bebas. Bukan hasil korupsi, tapi kolusi. Sudah jadi rahasia umum, sama-sama tahu.

Sayang, ketika DJP sudah bersih-bersih dan banyak pegawai "cacat" dimasukkan SLB, bahkan lebih banyaaak pegawainya yang jujur, sederhana, (dan banyak punya utang bank) baik hati, dan tidak sombong kaya aku ini *plaaak* kok ya image orang pajak sugih bin kaya itu masiiiih aja nempeell. Padahal kami ini biasa-biasa sajaa *mukalempeng.

Bersyukur ... intinya bersyukur. Rumput tetangga akan selalu lebih hijau. Mending kita sirami rumput kita dan menanam bunga agar halaman kita lebih sedap dipandang. Yuk, berkebun! #eh

2 komentar:

  1. Mantab. "..... pegawai "cacat" dimasukkan SLB...." ini kalimat balsem. Pedes-pedes asyek...

    BalasHapus