Jumat, 13 Juli 2012

KRL Pertamaku

Apa saja yang merupakan pengalaman pertama itu memang mendebarkan, asyik, bikin penasaran mau tau rasanya. Sejak kepindahan kami ke Bintaro, terbayang jauhnya jarak tempuh dari rumah ke kantor di jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Sewaktu di Mampang, bisa berangkat mepet, sampainya cepat, bahkan bisa pulang ke rumah saat jam istirahat untuk nengokin anak-anak di saat-saat tertentu, misal ketika ada yang sakit atau stok ASIP kurang. Kini, weew sudah gamang saja, mau berangkat rasanya beraat. Oleh karena itu, dua hari pertama pindahan, aku dan suami tidak masuk kerja, mengajukan ijin dan merelakan potongan 10% yang jumlahnya sebenarnya amat dibutuhkan di saat keadaan seperti sekarang ini.

Hari ketiga menempati rumah baru, suami malah dapet tugas luar kota, tour of duty ke Palembang selama dua hari lanjut ke Balikpapan juga selama dua hari. Terpaksa deh aku harus berangkat ke kantor sendirian, naik apa yaaa? Pilihannya ada dua, naik bis jemputan tapi harus naik dari kampus STAN dan harus sudah siap di sana sebelum jam 6 pagi (masih gelap euy) atau naik KRL yang mana stasiunnya dekat dari rumah, hanya beberapa menit naik angkot. Lagi pula kalau naik KRL bisa milih jadwalnya, mau jam 6.15 atau 6.30, mau yang Ekonomi atau yang AC. Akhirnya aku memilih KRL saja, asli deg-degan, berasa kaya balita seneng mau naik odong-odong.

Berangkat sendirian ada enaknya, yaitu lebih cepat dan beres segala persiapan sebelum berangkat. Jam 6 pagi teng, aku sudah mejeng di pinggir jalan untuk menunggu angkot yang lewat, ditemani trio bocah dan dua mbaknya. Hiks, berasa beraaat meninggalkan mereka di pagi yang belum teraba sinar mentari dan masih dingin seperti itu. Prosesi da-da da-da dari dalam angkot sambil menatap wajah trioku terutama si bungsu Azzam bikin hati cenat-cenut. Terapal do'a-do'a dari dalam hati, semoga Allah senantiasa menjaga mereka, dan mbak-mbaknya telaten jagain mereka.

Dan....tenyata ke stasiun Pondok Ranji dari rumah cukup naik angkot sekali saja, bisa naik yang nomer 8 atau 10. Sesampainya di sana, waah ternyata banyak banget orang yang searah, berbondong-bondong masuk ke stasiun, mau ngegawe juga ke Jakarta. Berasa seru, menunggu KRL yang konon bakalan berebut naiknya. Ealah, malah bertemu dengan teman lama, tetangga di kampung halaman, yang juga kakak kelasku sedari SD, SMP, SMA, bahkan STAN. Lumayan, dapat teman ngobrol sembari menunggu KRL dan ada teman lari-lari berebut masuknya.

Mau KRL yang AC Rp. 6000,- maupun ekonomi Rp. 1.500,- sama-sama umpel-umpelan. Bener-bener ga peduli mau cowok apa cewek, mau tua atau muda, bapak-bapak kek, ibu-ibu kek, semuanya berebut naik, yang penting bisa terangkut sampe tujuan *lap keringet. Ternyata perjuangan bangeeeet!! Pantas saja sampai ada pelecehan di KRL, lha modelnya kaya gini. Gerbong khusus wanita juga cuma dikit, padahal yang namanya wanita kan jumlahnya dimana-mana lebih banyak daripada laki-laki kan.

Itu baru berangkatnya, jadi ingin tau gimana dengan KRL yang sore saat pulang kantor. Sebenarnya pilihan aman dan nyaman ya naik bus jemputan, duduk manis bisa bobok dari kantor sampai Bintaro. Tapi, ternyata sempat terlambat masuk kantor yang mengakibatkan aku harus mengganti setengah jam di sore harinya, alias pulang telat dan tidak bisa ikut bis jemputan. Jadi deh, naik ojek ke stasiun Palmerah lanjut KRL sekitar jam 17.45. Ya Allah...penuh sesak sodara-sodara, sama dahsyaaat dengan yang pagi. Huks, makin pengen segera sampai rumah bertemu anak-anak.

*kenang-kenangan, tiket KRL dua hari pertama .

9 komentar:

  1. Seru lagi naek KRL... Klo jurusan serpong sih masih lumayan.. Ga se-barbar roker depok-bogor hahahaha.... :D

    BalasHapus
  2. selama ngantor di gatsu, aku malah belum pernah ngicipin KRL :)

    BalasHapus
  3. Hihihi Iya, roker bogor / depok lebih gahaaaar..
    Kl serpong penuh sih penuh tp msh agak mendingan. Kl Bogor / Depok ga bs diprediksi, selalu penuh sepanjang hari :(

    BalasHapus
  4. yaelah Muse...seru sih seru tapi empet-empetannya itu loooh :(

    BalasHapus
  5. naik motor teruskah? atau bis jemputan mbak?

    BalasHapus
  6. ckck *ngebayangin yang lebih gahar
    Bisa dong diprediksi : selalu penuh :D

    BalasHapus
  7. tiketnya masih mulus ga dibolongbolong ya..

    BalasHapus
  8. satu doang yang dibolongin, tuh ada mbak. Bolak-balik naik kereta, ya sekali itu doang ketemu petugas pembolong karcis *duh bahasanya:p

    BalasHapus
  9. iya, naik motor/mobil...

    kalau nggak ya naik jemputan dari kampus :)

    BalasHapus