Kamis, 26 Juli 2012

Renungan Pagi

Pagi ini terasa lebih menyesakkan, apalagi setelah semalam, sebelum tidur tiba-tiba terkalkulasi hitungan hutang-hutang di depan mata. Ya Rabb...banyak banget. Padahal dulu direncanakan, saat sudah pindah rumah kami hanya akan menyicil hutang yang dari bank saja. Kenyataannya lain kini. Belum lagi bulan depan lebaran, harus menyiapkan dana untuk THR dua mbak di rumah.

Mamaku sakit, kena stroke ringan dan harus diopname selama minimal 10 hari untuk penyembuhannya. Tidak disangka, papa mertuaku juga sakit sampai tidak bisa berjalan karena ada syarafnya yang terjepit. Alhamdulillah keadaan mereka berdua sudah lebih baik sekarang. Sedihnya, kami anak-anaknya tidak bisa menengok, parahnya lagi, kami tidak bisa mengirimkan bantuan meski ala kadarnya.

Bulan Ramadhan...seharusnya menjadi peluang amat sangat besar untuk meraih berkahNya dan juga pahala dariNya. Entah, justru saat-saat berat seperti ini kok malah futur akut. Hari keenam Ramadhan, ibadahku masih kurang bangeeett. Sedih banget melihat orang-orang dekatku setiap hari puasa tapi tidak sholat, akunya juga ga pol-polan nambah kualitas n kuantitas ibadah. Semoga hari ini bisa memaksakan diri untuk berbuat lebih, Amin.

Semua masalah yang ada, ditambah kurangnya komunikasi antara aku dan misua, makin menambah beban rasa. Makin banyak saja kesalahan-kesalahan yang kubuat. Memang, makin ga konsen, makin kacau aku. Hal-hal kecil yang harusnya kutangani, seperti pakaian bolong, menej mbak-mbaknya, dan printilan lainnya, makin tidak terpegang. Asli ga profesional banget nih jadi Manajer Rumah Tangga.

Dalam perjalanan ke kantor tadi pagi, kami melewati seorang ibu muda dengan tiga anaknya yang masih kecil-kecil. Mereka duduk-duduk di pinggir jalan, di sampingnya ada sebuah gerobak lusuh yang kemungkinan besar merupakan rumah mereka. Anak yang terkecil sedang minum dari sebotol minuman kemasan, entah susu atau air putih, tidak jelas, hanya terlihat sekilas. Dua kakaknya asyik mengobrol sambil memakan roti yang dibagi. Pemandangan yang membuatku trenyuh dan teringat anak-anak di rumah. Ya Rabb, betapa tidak bersyukurnya aku. Semua yang kualami insyaAllah akan bisa kulewati. Aku punya pekerjaan, punya penghasilan, punya rumah, punya kendaraan, punya banyak hal. Semenderita-menderitanya aku, (mungkin) masih jauh lebih enak daripada keluarga kecil tadi. Wallahu'alam.

Sayang, motor kami melaju kencang. Setelah jauh dari mereka malah baru kepikiran, duuh kenapa tadi tidak berhenti sejenak untuk memberi duit atau apa kek gitu pada mereka, malu ih, kok ga ada ACT dalam diri ini. Meski mata ini masih saja berat, pengen memuntahkan air mata, tapi hati lebih ringan. Yup, aku harus lebih banyak bersyukur, lebih banyak bertaubat, lebih banyak memohon, meminta, dan bersimpuh padaNya, apalagi momennya memang pas banget. Sayang kalau sampai aku melewatkannya bukan?


10 komentar:

  1. moga Allah mudahkan kehidupan kita, aamiin...

    BalasHapus
  2. *jadi berkaca juga..

    pelukpeluk sajalah.. pasti bisa melewatinya..

    amin..

    BalasHapus
  3. *peluk jugaaa
    ihik..ihik...insyaAllah mbak Tiin.

    BalasHapus
  4. Tetap semangat ya.
    Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan kemudahan dalam segala urusannya mbak Fatika sekeluarga.

    Saya bisa membayangkan kondisi spt itu, karena pernah mengalami masa-masa sulit spt itu dulu.

    BalasHapus
  5. InsyaAllah :D
    Amiin ya Rabb...iya semoga smuanya bisa terlewati dengan baik. Banyak orang pernah mengalami masa sulit terutama dalam hal keuangan, mungkin ini adalah saat pembelajaran saya ya :)

    BalasHapus