Rabu, 29 September 2010

Antara Aku dan Dia (part 1)

Layaknya semua hubungan antar manusia yang rumit dan kompleks, begitu juga dengan hubunganku dan dia sebagai hubungan antara suami dan istri. Lahir dengan sifat-sifat bawaan yang sudah tercetak dalam gen-gen yang ada, ditambah dengan pengaruh lingkungan dan cara didik orang tua masing-masing, tentulah akan membuat suami maupun istri mempunyai kepribadian yang berbeda bahkan bisa 180 derajat bertolak belakang.

Seringkali di saat aku benar-benar merasa tak berdaya dan tertekan, aku berpikir mengapa aku dan dia menjadi pasangan suami istri? Mengapa dia, bukan yang lain? Mengapa aku yang menjadi istrinya, bukan perempuan lain? Begitu banyak perbedaan di antara kami, begitu banyak kejutan-kejutan tak terduga tentang dia yang masih bisa membuatku terpana ketika aku menghadapinya. Pasti begitu juga sebaliknya.

Bukan, bukan berarti aku menggugat takdir yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Justru pertanyaan-pertanyaan itu semua telah mendorongku untuk berpikir positif. Berusaha mencari hikmah dan manfaat dibalik perjodohan yang Allah Swt tetapkan antara aku dan dia. Justru kini aku makin semangat berusaha untuk mengenali diri sendiri, kepribadianku, karakterku, sifatku, dan juga berusaha mengenali dirinya.

Ya, bagaimana mungkin aku bisa memahami dirinya jika aku tidak memahami diriku sendiri terlebih dahulu? Jujur, selama aku beranjak dewasa sampai menikah, aku belum tergugah untuk mengenali diriku sendiri. Proses pencarian jati diriku kala remaja berlangsung kurang sukses. Aku sempat terdampar di pulau-pulau terasing dan tersesat di sana. Saat-saat itu begitu gelap dan kacau, tidak tahu harus bagaimana, tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu harus mengadu pada siapa. Tidak bisa bercerita pada orang tua karena merasa kurang dekat dan takut nanti malah dimarahi, dipojokkan, dan disalahkan! Mengadu pada Allah? Ah, saat itu aku masih jauh dariNya.

Teringat sabda Rasulullah: Barangsiapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya. Saat pertama kali mendengar hadits itu, aku belum paham maksudnya. Apa hubungannya antara mengenal diri sendiri dengan mengenal Allah Swt? Ternyata mengenali diri sendiri adalah sebagai modal dasar untuk sukses dalam berinteraksi, baik dengan sesama manusia, terlebih dengan Sang Pencipta. Jadi, apakah saat ini aku sudah benar-benar mengenali dan memahami diri sendiri? Belum. Masih banyak misteri dalam diriku yang aku sendiripun belum berhasil menyibaknya.

Kini aku yakin, selama apapun usia pernikahan kita, pembelajaran untuk mengenali diri sendiri apalagi diri pasangan tidak akan pernah selesai. Karena ini adalah pekerjaan seumur hidup kita.


3 komentar:

  1. Pekerjaan seumur hidup yang semoga berbuah manis dalam perjalanannya ya Mbak :).

    BalasHapus
  2. @mbak Lei : Amin. Itu harapan qta smua.

    @mbak inge : betul..betul..betul

    BalasHapus