Minggu, 31 Oktober 2010

Perjalanan Panjang.

Alkisah tanggal 22 Oktober 2010 kemarin, saya, anak-anak, dan Sinta berangkat ke Malang naik KA Gajayana. Berangkat diiringi dengan derasnya hujan yang menyerbu Jakarta, dari sms adik diberitakan di televisi bahwa Jakarta terkena badai. Awan sore itu memang sangat gelap menghitam, membuat bulu kuduk meremang, hanya bisa bertasbih saja melihatnya.

Perjalanan ke Malang membutuhkan waktu sekitar 16 jam, lebih lama dari biasanya. Dulu suami pernah naik KA Gajayana sampai di Malang jam 8.30 pagi, kemarin itu kami tiba sekitar pukul 10.30, lumayan bedanya ya. Seperti biasa, Farah mabuk AC, seperti kalau naik taksi, jadi dia muntah sampai 3 kali, ganti baju juga 3 kali deh. Kalau Syifa sih sudah gak mabukan.

Cukup senang juga, ke Malang bisa ketemu keluarga besar, meski untukku hanya sehari saja karena tanggal 24 sore harus sudah terbang ke Makassar via Surabaya. Deg-degan karena harus meninggal Syifa dan Farah. Beberapa hari sebelum berangkat, saya sudah berkali-kali menyampaikan ke anak-anak bahwa umminya mau ke Majene dulu, menyelesaikan pekerjaan, ambil mainan dan boneka Syifa Farah. Mendengar penjelasan saya tersebut, mereka manggut-manggut dan akhirnya melepas kepergian saya tanpa tangisan tapi dengan lambaian tangan dan senyuman. Plooong rasanya.........

Kuatir?? Tentu saja, saya kuatir akan Farah, si bungsu yang masih 3 tahun itu. Apa dia paham bahwa umminya pergi untuk 6 hari yang cukup lama bukan hanya beberapa jam saja mungkin seperti yang ada dalam anggapannya? Kalau Syifa sih insyaAllah sudah mengerti dan saya cukup santai meninggalkan dia dengan neneknya. Benar saja, malam hari ketika sebelum tidur dan bangun tidur, atau ketika sementara bermain, Farah tiba-tiba selalu menanyakan saya, "Dimana Ummi?".

Kembali ke kisah perjalanan saya, berangkat menumpang pesawat Lion Air menuju Makassar, sampai di sana jam 8 malam. Bersegera meninggalkan bandara agar tidak tertinggal bus malam yang menuju Majene. Kalo telat bisa susah mencari angkutan ke sana. Alhamdulillah meski agak mepet waktunya, 10 menitan sesampainya saya di Maros, tempat berhenti bis untuk membeli oleh-oleh roti Maros, bis yang saya nantikan tiba juga. Duh, lega rasanya, tinggal duduk manis nunggu 7-8 jam untuk bisa sampai di Majene.

Tidak bisa tidur di bis ternyata, karena dapat tempat duduk di belakang pak supir yang membuat mata jadi silau terkena kilatan lampu mobil yang berpapasan dengan bis. Bagaimanapun, hati tidak tenang rasanya, teringat anak-anak dan merasakan rindu yang amat sangat, padahal baru ditinggal beberapa jam saja. Akhirnya hanya bisa merem melek, sebentar tidur sebentar bangun lagi, banyak berpikir dan merenung jadinya.

Alhamdulillah sampai juga di rumah Majene, fiiuuuh.....seperti kapal pecah........super berantakan dan kotor. Selama 2 minggu terakhir rumah dinas KPPN itu dihuni oleh seorang teman yang pegawai KPPN juga dengan seorang anaknya yang masih 2 tahun. Rumahnya besar, tidak heran kalo si mbak mungkin tidak sempat membersihkan seluruh rumah. Heem...banyaaak sekali kenangan di rumah itu. Rasa kangen pada anak-anak makin menjadi. Berkelebat bayangan anak-anak ribut lari-lari di dalam rumah atau sedang mandi bersama-sama. Kalau memandang halaman, jadi teringat anak-anak yang dulu suka bermain ayunan bikinan abinya. Hiks....jadi mellow bangeeeeeet.......

Bagaimanapun tujuanku ke Majene untuk segera menyelesaikan banyak urusan. Segera deh bersiap ngantor lagi, bertemu dengan tumpukan pekerjaanku yang selama berbulan-bulan sudah kutinggalkan. Bertemu kembali dengan teman-teman kantor yang kaget dengan kedatanganku, apalagi ketika mendengan kabar SK sudah keluar, banyak yang mengucapkan selamat. 5 Hari kerja di Majene, seolah jadi anak kos, makan pesan katering, siang tidak pulang tapi istirahat di kos teman, malam tidur sendirian hiks....untung cuma 4 malam.

Ternyata memang pekerjaanku tidak mungkin selesai dalam 5 hari, tapi karena suami hanya memberi waktu terbatas, akhirnya dengan sedikit bujuk rayu dan muka memelas, Kasubag Umumku mengijinkan untuk membawa sebagian pekerjaan ke Jakarta agar dapat segera kuselesaikan di sana. Lega sih, bisa secepat mungkin kembali bertemu anak-anak. Apalagi gantian mereka panas badannya, duuh jadi ngenes rasanya.

Sesuai saran suami akhirnya diputuskan untuk bertemu dengan anak-anak di bandara Juanda saja, agar kami bisa segera pulang ke Jakarta. Hari Jum'at malam tanggal 29 saya berangkat ke bandara Hasanuddin Makassar, paginya terbang ke Surabaya untuk bertemu anak-anak yang datang diantar mertua dan orang tua saya. Lalu kami terbang lagi menuju Jakarta untuk kembali berkumpul sebagai satu keluarga. InsyaAllah untuk beberapa tahun ke depan kami bisa bersama-sama terus, mungkin sampai ada mutasi suami lagi yang entah kapan akan terjadi. Sementara itu kami akan benar-benar menikmati kebersamaan ini, Amin.

Read More

Jumat, 22 Oktober 2010

Alhamdulillah

Tanggal 20 kemarin di siang hari, ketika lagi sok sibuk di dalam rumah tiba-tiba hp berbunyi menandakan ada tarzan lewat rame-rame sama teman monyetnya *ringtone hpku suaranya tarzan*, eh maksudku menandakan ada sms masuk. Sekilas ngelirik hp jadul kesayanganku, kok ada sms dari temannya suami yang selalu mengira nomerku adalah nomer suami juga. Smsnya begini, "Hepy, pindah istrimu dah di-acc..". Reaksi saya?? Bengong, mata merem melek, senyum-senyum, cemberut lagi, mikir, trus salto......*yang ini bohong haha*. Tentu saja saya langsung mencet-mencet badan dekil si hp dengan maksud menelpon si mbak yang sms itu. Dengan semangat 45 say hi, SKSD, langsung nyerocos nanyain maksud smsnya.  Dan kata si mbak...........yup, SK pindahku sudah diteken, di acc, disetujui, dikeluarkan!!!

Alhamdulillah............Subhanallah...........Allahu Akbar...!!! Hati dan mata langsung gerimis mengundang *ups lagu Malay nih*. Bersegera aku sujud syukur, benar-benar nikmat rasanya mendapat anugerah seperti ini. Hal yang sangat kunantikan selama 2 tahun terakhir akhirnya kudapatkan. InsyaAllah tidak lama lagi say no to LDL.

Ok..ok...stop drama indianya, stop nyanyi-nyanyi sambil muter-muter di pohon jambu sebelah rumah, yang punya kontrakan dan tetangga kanan kiri dah mulai ngelirik dan bergidik jijik hiiiyy. Tarik nafas........hembuskan...........tariiiik...hembuskan...........*asli bukan sedang senam pernafasan atau latihan tenaga dalam*. Segera telepon suami, meneruskan sms temannya juga. Pokoknya nggak sabar mendengar kejelasan beritanya. Teman yang sekarang ada di Palu, sesama pelaku LDL juga telpon ngabarin berita yang sama, kami sama-sama bersyukur. Malamya ada teman sms nanyain perihal berita SK juga, dia dapat kabar dari temannya kalau memang SK per tanggal 19 Oktober 2010 sudah diteken dengan resmi, tinggal menunggu diluncurkan *albuuuum kalii*. Tambah panas dingin sayanya nih, akhirnya suami nelpon temannya dan dapat kepastian berita.

Alhamdulillah.........kemarin tanggal 21, pagi-pagi teman saya yang di Palu menelpon untuk kasi kabar bahwa SK pindah sudah mejeng di inbox imelnya. Saya dengan tak sabar menelpon suami untuk minta tolong dibukakan imel saya, karena lagi nggak ada laptop di rumah. Dan............SK benar-benar sudah ada! Mejeng dengan syahdu di inbox, saya dipindahkan dari MAJENE ke JAKARTA, tepatnya Kanwil DJP Jakarta Barat yang ternyata lokasinya satu gedung dengan kantor suami. Subhanallah....keinginan untuk bisa pulang pergi ngantor boncengan dengan suami insyaAllah bisa terlaksana. Benar-benar anugerah.

SIngkat kata singkat cerita, teringat hutang kerjaan yang menumpuk dan menanti dengan putus asa di Majene. Huuff..mau nggak mau saya harus kembali ke sana untuk menyelesaikannya, it's my responsibility. Jadi, saya dan suami memutuskan untuk menitipkan anak-anak di rumah mbahnya di Malang selama kurleb seminggu, dan saya akan pergi sorangan wae ke Majene. Mudah-mudahan waktu yang semingguan itu cukup untuk menyelesaikan semua hutang pekerjaan yang ada, meski mungkin saya harus begadang ala Rhoma Irama untuk itu.

Ya..ya..ya...inilah akibat dari kebiasaan buruk saya yang sudah saya lakoni seumur hidup, malas dan selalu menunda-nunda pekerjaan. Jangan ditiru ya MPers, karena tidak baik untuk kesehatan jiwa dan raga juga menyebabkan komplikasi hati dan pikiran.

Do'ain agar semuanya lancar jaya ya................
Read More

Akhirnya............

Tersungkur ku dalam sujud syukur
Do'a-do'aku diijabah
Keinginan-keinginanku terkabul

Air mata ini mengalir
Hati ini penuh syukur
Bibir ini tak henti tersenyum

Kini duka berganti suka
Angan menjadi nyata
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan......

A new day has come


*Alhamdulillah SK pindah sudah keluar*
Read More

Minggu, 17 Oktober 2010

[Random Snippets-AIR] Takuuut...!!

Gantungkan cita-citamu setinggi langit.

Sering baca kalimat ini sewaktu SD, tertempel di tembok-tembok kelas. Ada satu cita-citaku yang belum kesampaian sampai sekarang, hanya baru tergantung aja di langit. Apa itu?? Berhubungan dengan air yang pasti, biasanya suka membuat aku susah nafas, merem melek mengusap muka, dan tersedak, gelagepan kata orang Jawa. Ya..ya..ya...tebakan Anda benar (emang tadi nebak gak?), saya bercita-cita ingin bisa BERENANG!!!!! Eiits....jangan mesam-mesem apalagi ketawa ngikik ya, saya memang sudah emak-emak, punya anak, cantik pulak -apa hubungannya?-, tapi saya pengeeeen sekali bisa berenang. Gaya apa saja deh, mau gaya kupu-kupu, gaya dada, gaya punggung, gaya katak, asal bukan gaya batu *ini mah langsung tenggelam*.

Jaman dahulu kala ketika tuan putri (baca : aku) masih kecil, seperti anak-anak lainnya suka main air, suka berendam meski cuma di bak mandi. Asli lho, dulu pas SD diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua, aku berlama-lama mandinya, padahal aku masuk ke dalam bak mandi. Dulu rumah orang tuaku mungil, bak mandinya juga mungil. Aku membayangkan diriku sebagai seorang putri yang lagi berendam wewangian. Asyik banget sampai Mama ngetok-ngetok pintu kamar mandi sambil teriak-teriak, takut ada something wrong padaku. Ketagihan ceritanya, besoknya aku ngajak adikku yang juga cewek dan hanya terpaut 3 tahun untuk sama-sama menikmati berendam di bak mandi ala putri. Besok-besoknya lagi aku malah ngajakin tetanggaku berendam bertiga sampai lamaaaa banget. Kebayang kan tuh air mandi jadi terkontaminasi hahaha, akhirnya kami dimarahi Mama deh.

Orang tuaku jaraaang banget mengajak aku ke kolam renang, apalagi ke laut, jauuh itu sih. Hanya sekali dua kali saja, sehingga aku kurang akrab dengan air. Sewaktu mandi keramas saja sudah teriak-teriak kalau disiram air di kepala hehe. Jaman SMP juga gak pernah belajar renang, ingin sih, tapi gak ada ekskulnya jadi yah gak kepikiran juga. Nah, pas jaman SMU nih ada praktek olahraga berenang. Ampun, kaget banget, ngeri, jantungan, deg-degan, keringetan, takuuuut -lebay-. Mau nggak mau harus berlatih akhirnya, sekali seminggu sudah bagus banget, tapi tetep saja nggak mahir-mahir. Cuma bisa maju 2 meteran trus glek..glek...minum air kolam yang terkontaminasi itu huueeekk.......

Pernah juga hampir tenggelam, alhamdulillah ditolong mas-mas yang duduk di pinggir kolam. Sampai sekarang nih, aku masih gelagepan kalo main air sama suami trus tiba-tiba dia nyiram air ke kepalaku. Langsung deh aku teriak sambil merem dan nahan nafas, kalap mencari handuk untuk melap mukaku. Dan....ternyata kedua anakku juga begitu, suka main air tapi takut air -sigh-. Maka cita-cita nambah lagi, tidak hanya ingin agar aku bisa berenang tapi juga ingin agar Syifa dan Farah juga bisa berenang.



Apalagi Rasulullah menyunahkan agar kita mengajari anak-anak kita untuk berenang, selain memanah dan naik kuda. Jadi berenang itu pasti bermanfaat banget kan ya, selain untuk kesehatan, juga sebagai skill kita pribadi. Bukan tidak mungkin takdir membawa kita ke daerah yang berair dan tentunya memerlukan keahlian berenang. Contohnya aku nih, yang lulus SMU tiba-tiba harus kuliah ke pulau Sulawesi, nyebrang laut nih ceritanya, naik kapal pula. Kebayang kan ngerinya, kalau sampai ada musibah trus akunya nggak bisa berenang huhuhu. Komat-kamit berdo'a terus jadinya sewaktu di atas kapal, pengen selamat, pengen cepet sampai tujuan.

Alhamdulillah suami bisa berenang, jadi ada pelatih gratisan dong ah *ibu teladan suka yang gratisan haha*. Rencana kemarin mumpung ada di Jakarta, pengen banget ngajak anak-anak ke Waterboom, duuh sampai ngimpi-ngimpi lho. Bahkan aku sudah beli satu setel pakaian renang muslimah, yang sayangnya sampai sekarang masih terlipat rapi di dalam lemari. Belum kesampaian nih sampai hari ini untuk belajar renang dan untuk mengakrabkan air kepada anak-anak.

InsyaAllah nanti kalau aku sudah resmi pindah Jakarta beserta anak-anak, bisa kumpul lagi dengan suami, sudah menetap di Jakarta, rencananya mau rutin sebulan berapa kali gitu pergi ke kolam renang, berusaha untuk meraih cita-citaku tersebut.

*****
Ditulis untuk meramaikan lombanya mbak Vina di http://revinaoctavianitadr.multiply.com/journal/item/348

Read More

[Random Snippets-AIR] Air Yang Tersia-siakan

Kalau flash back ke jaman dahulu kala, yah gak dulu-dulu banget lah, mungkin 30 atau 50 tahun yang lalu dimana bumi kita masih cukup terjaga kelestarian alamnya, pasti masih banyak sungai yang mengalir jernih, belum banyak banget sampah seperti sekarang. Tidak cuma sungai, aku membayangkan pantai-pantai biru yang masih terjaga kecantikannya, juga mata air yang banyak jumlahnya. Orang dengan cukup mudah bisa mendapatkan air segar nan murni. Asli ini hanya pemikiranku yah, karena sebenarnya aku nggak punya data-data hasil riset dari si ini atau si anu. Hanya menyayangkan keadaan alam kita yang makin parah rusaknya ini, membuat hati sedih saja.

Teringat olehku ketika dulu sempat kuliah satu tahun di kota Angin Mamiri, Makassar yang terkenal dengan pantai Losarinya. Dulu sering aku dan teman-teman, termasuk pacar ( ehem
sekarang dah jadi mantan pacar alias suami :D) ngumpul-ngumpul di sana, sekedar refreshing sambil makan pisang Epe, jajanan khas kesukaanku. Sementara asyik menikmati sunset, hembusan angin laut dan ngemil, tiba-tiba aku terganggu dengan pemandangan di depan mata, tepatnya di bawah kakiku, di bibir pantai. Sampah menghiasi pinggiran pantai, menutupinya malah. Bermacam-macam jenisnya, dari ranting sampai plastik kemasan minuman berbagai merk.  Ah, sedih rasanya, mengapa masyarakat tidak bersama-sama menjaga kelestarian alam yang mereka huni.

Lihat saja sekarang, banyak terjadi bencana alam yang melibatkan air. Ya, air menjadi penyebabnya, mulai dari banjir, longsor, dan turunnya ketinggian tanah (terutama di Jakarta). Kalau saja alam kita ini dilestarikan, maka air hujan sederas apapun, selama apapun (dalam keadaan normal tentunya ya) tentu tidak akan tersia-siakan. Air hujan bisa terserap oleh tanah dengan baik, menyuplai air tanah yang kita pijak, menyuplai mata air-mata air, melewati sungai-sungai kembali ke laut, sesuai siklus air yang dulu dijelaskan oleh bapak dan ibu guru kita sewaktu SD dulu.

Tidak seperti sekarang, air hujan dengan intensitas sedikit besar saja sudah membuat banjir jalanan, bahkan masuk ke perumahan. Air menjadi musibah, air menjadi tersia-siakan, tidak bermanfaat malah mematikan. Baru-baru saja musibah air bah di Wasior, Papua terjadi. Lagi-lagi, air kembali tersia-siakan, tidak bisa terserap tanah dengan baik malah lewat begitu saja dengan mengakibatkan kerusakan dan kematian.

Alhamdulillah, saat ini keluargaku mengontrak rumah di mana air dengan mudah didapatkan. Kualitas airnya bagus, jernih, segar. Dengar-dengar kalau di daerah lain di Jakarta ada yang cukup susah mendapatkan air, kalau pun ada tapi kurang jernih ya? Sayang kran air di kamar mandiku sudah berhari-hari rusak. Sehingga kalaupun kran sudah dimatikan, air tetap saja merembes, mengalir, padahal bak mandiku ukurannya kecil sehingga cepat penuh. Duh, gelisah hati ini, mengingat jaman sekarang harus hemat air, demi menjaga persediaan air tanah, menjaga alam. Berulang kali aku mengingatkan suami agar segera mengganti kran rusak tersebut tapi belum juga dia lakukan. Benar-benar mubadzir ya, airnya tersia-siakan, terbuang begitu saja. Feel guilty kalau ingat di lain tempat banyak orang susah nyari air, ini malah buang-buang.

Akhirnya, setelah lumayan lama jadi mak-mak cerewet ngingetin suami melulu, alhamdulillah suami membeli kran baru di pasar dan segera memasangnya. Sip deh, air sudah berhenti mengalir kalau kran sudah dimatikan. Tidak ada lagi air yang terbuang percuma, tidak ada lagi air yang tersia-siakan di rumahku.



*tulisan ini ditulis demi meramaikan lomba ultahnya bu dokter cantik di sini :

http://revinaoctavianitadr.multiply.com/journal/item/348/Temenan_ama_air? 

Read More

Kamis, 14 Oktober 2010

Cepatlah Sembuh Nak!

Melihat anak sakit...hati ibu mana yang tidak sedih. Menemani anak sakit...hati ibu mana yang tidak khawatir. Jantung rasa jatuh sampai ke ulu hati, saking dag dig dugnya. Tak tega sungguh tak tega *bukan nyanyi dangdut lho ya*.

Hanya bisa berusaha sekuat tenaga menenangkannya kala dia takut diperiksa suster atau bu dokter, trauma mungkin. Rengekannya yang melas mode on makin menguatkanku, pasang senyum semanis mungkin dan terus menyemangatinya. Hanya bisa terus berdzikir dalam hati, sambil menyelipkan banyak do'a. Hanya bisa sepasrah mungkin dalam tiap sholat, berusaha benar-benar menghamba padaNya.

Teringat dosa-dosa... Ah nak, kau masih anak-anak tanpa dosa. Ini aku umimu, itu abimu yang banyak punya dosa. Kalau umi atau abi yang sakit, mungkin wajar ya nak, karena akan menggugurkan dosa-dosa. Tapi kamu yang sakit, mungkin ini adalah ujian bagi umi dan abi agar bertambah iman padaNya. Atau teguran agar umi dan abi kapok berbuat dosa. Atau musibah agar umi dan abi selalu ingat padaNya.

Melihatmu membaik, banyak makan dan juga minum...aah betapa nikmatnya nak. Hati serasa tersiram air es, adeem. Syukur tak terkira yang umi rasa. Senangnya melebihi ketika umi dapat gaji 13 atau IPK. Bahagianya melebihi ketika dagangan umi laku. Leganya melebihi ketika hutang banknya umi lunas. Exitednya melebihi ketika paket belanja on linenya umi berdatangan. Ah, sungguh umi terlalu sibuk dengan nikmat dunia. Sampai kadang lupa, bahwa anugerah yang terbesar dan patut untuk selalu disyukuri adalah kamu nak.

Cepatlah sembuh ya nak!
Read More

Sabtu, 09 Oktober 2010

Kena DBD!!

Syifa selama ini alhamdulillah jarang sakit. Kalaupun demam biasanya dalam 1-2 hari sudah normal lagi suhu badannya, itupun tanpa minum obat kimia. Hanya herba saja seperti madu dan dioles minyak but-but dan atau parutan bawang merah di badannya.

Kali ini, Syifa demam sampai 5 hari lamanya. Kuatir tentu saja, kok tidak seperti biasanya ya. Syifa merasa mual dan muntah (meski jarang), BAB encer (meski tidak diare berat), dan mengeluhkan perutnya sakit. Akhirnya semalam Syifa kami bawa ke dokter terdekat untuk diperiksa. Kaget juga, dokter bilang kalau Syifa terkena gejala tipes, penyakit terberat yang pernah dialami Syifa, batinku. Diagnosa dokter, antara DBD dan tipes, tapi dokter berpendapat kemungkinan besar gejala tipes dan menyarankan agar segera cek darah.

Deg-degan, ini kali pertama Syifa ke lab untuk tes darah. Bagaimana nanti reaksinya?? Dengan dibantu seorang perawat yang memegangi tangannya, dan saya memangku Syifa, juga memegangi tangannya, ternyata tak mampu menahan gerakan tubuh Syifa kala diambil darahnya. Dia berteriak keras, meraung, berontak! Sayang, pengambilan darah yang pertama di tangan kanan tidak cukup banyak dan harus diambil lagi di tangan sebelah kiri...ya Allah!! Akhirnya suami tergopoh-gopoh datang, mendengar teriakan Syifa, Ternyata dia tadi tidak sadar kalau saya dan Syifa sudah masuk ke dalam. Kali ini suami yang memegangi tangan Syifa, saya berjongkok di depannya sambil membesarkan hatinya. Ya Rabb...melihat wajah Syifa yang meringis menahan sakit sungguhlah mengiris hati. Dia masih saja berteriak kalau dia tidak mau disuntik, tapi sudah lebih pasrah, tidak bergerak, dan mampu menahan sakit.

Alhamdulillah, pengambilan darah sudah selesai dilakukan dan kami pun pulang. Kira-kira satu jam kemudian telepon masuk di hape saya, dan ternyata dari pih ak lab yang mengatakan agar hasil pemeriksaan tadi segera diambil karena Syifa positif DBD!! Ya Allah...hati ini kebat-kebit rasanya. Segera suami berangkat, mengambil hasil tes darah dan mampir ke dokter 24 jam untuk konsul hasil tes tersebut. Kata dokter trombositnya turun sampai 188.000, dan kalau sampai 150.000 maka harus rawat inap. Untuk saat ini beliau menyarankan agar diperbanyak asupan cairan dan cukup istirahat di rumah saja, asal demamnya bisa diatasi dan terus dipantau.

Hari ini mau hunting sari kurma yang bisa menaikkan jumlah trombosit, selain itu juga menyiapkan rebusan air daun jambu. Do'akan Syifa segera sembuh ya......
Read More

Jumat, 08 Oktober 2010

No More Facebook Anymore Sweetheart

Sebenarnya permintaan suami yang satu ini sudah dia utarakan sejak lama. Namun, saya sebagai istrinya yang ndablek. Seperti biasanya kalau ada hal yang dia minta tapi bagi saya belum jelas mengapa dan bagaimananya, saya kemungkinan besar belum ikhlas melaksanakannya. Ini salah satu sebab terkadang suami sampai menyebut saya susah diatur, ya...karena banyak ngeyel dan ndablek itu.

Sebenarnya permintaannya kali ini bukan hal besar sih, DILARANG FACEBOOKAN!! Itu aja. Tapi saya nggak ngeh (atau oon ya?) kenapa sih pake nglarang-nglarang segala. Masa sih gitu aja cemburu........!!! Heran juga awalnya, tentang reaksi suami yang nggak suka kalau status saya penuh dengan komen para pria. Yup, hampir selalu komen-komen pada update-an status itu berasal dari teman-teman berjenis kelamin laki-laki. Entah itu teman SD, SMP, SMA, kuliah, atau teman kantor.

Berlebihankah?? Awalnya saya merasa demikian, tapi kalau dipikir-pikir dan saya mencoba menempatkan diri saya di posisinya.....heemmm..........sepertinya saya juga akan merasakan hal yang sama seperti yang dia rasa, bisa jadi sebel, penasaran dengan teman-teman yang komen itu, bahkan cemburu kalau komennya terkesan akrab banget bahkan mungkin sedikit lebay. Ya..ya..ya...saya mulai bisa memahaminya. Dan mengapa saya harus merasa terkekang? Bukankah ini sebagai bukti cinta dia pada saya?! Bukankah ini sebagai bukti aplikasi tanggung jawabnya sebagai suami yang mengingatkan akan batas-batas pergaulan -even di dunia maya- bagi seorang wanita muslimah seperti saya?!

Dan jauh di dalam lubuk hati saya, saya mengakui, ada kalanya berbalas komen dengan teman-teman pria di FB hanya membuang waktu saja dan tidak bermanfaat. Apalagi saya memang termasuk orang yang ekstrovert, lincah, ceriwis, rame, di dunia nyata maupun maya. Maka jangan heran kalo saya bisa betah berbalas komen di FB, bergurau dan sok akrab, yang mana akan membuat suami sebel hehe.

Tidak dipungkiri memang, ada manfaat dari FB, tentu saja. Dan teman saya di FB tidak melulu pria kok, banyak teman wanita juga lah. Dan sharing banyak dengan mereka juga banyak manfaatnya. Hanya saja mungkin suami melihat selama ini lebih banyak tebar komen dengan teman-teman pria. Lebih baik ngeMPi saja daripada FB, kata suami. Lebih bermanfaat ngeMPi daripada FB, kesimpulan suami. 

Dan permintaannya ini lagi-lagi dia sampaikan beberapa hari yang lalu, ketika seorang teman kantor mengirimi saya sebuah pesan. Wah....padahal saya baru saja merintis usaha jualan Daster Bordir Malang di FB. Hehe gimana ya.................. Saran suami biar adik saya yang menjalan usaha itu, seperti kesepakatan semula bahwa memang usaha itu untuk ditekuni adik. Tapi karena jumlah kontak saya yang lebih banyak dan kemudahan akses internet yang lebih mudah, maka selama ini sayalah yang sering ngiklan di FB. Dan tentu saja akhirnya berbalas komen dengan teman-teman pria yang ada saja cuma sekedar iseng komen di promosi-promosi saya.

So..............

Read More

Selasa, 05 Oktober 2010

Asuransi

Siapa yang punya asuransi??? Ngacuuuung............!!
Asuransi apa yang dimiliki mak2, bun2, mbak2, pak2 MP tercinta?? Kalau saya selama ini cuma punya 2 asuransi pendidikan buat Syifa dan Farah, keduanya dari Bumiputera. Punya Syifa yang syari'ah jadi per triwulannya murah, sedangkan punya Farah yang konvensional jadi mahalan. Sebenarnya punya asuransi pendidikan kaya gini untuk jaman sekarang dan yang akan datang cuma buat tambal-tambal dikit kali ya.... Secara inflasi yang akan terus terjadi apalagi 10 atau 15 tahun yang akan datang, kira-kira tuh duit asuransi kan jadi kecil artinya. Biaya masuk kuliah anak-anak nanti kira-kira berapa jeti yaa??? *mikiiiir....ngebayangin....bergidik*

Asuransi syari'ah yang punya Syifa dah setahun ini ngadat, gak pernah ada kuitansi resminya nyampe di Majene. Kata agenku ada sedikit problem, tapi gak usah kuatir. Gak tau kenapa, aku jadi maleeesss. Katanya yang syari'ah emang rada susah jalannya (napa coba?) kalo yang konvensional mah lancar jaya (apa karena lebih nguntungin ya?).

Beberapa hari yang lalu, aku ngobrol-ngobrol sama suami. Ngomongin tentang kondisi keuangan keluarga yang harus benar-benar dibenahi prioritasnya. Seperti layaknya keluarga lain, pasti pengen juga punya home sweet home, apalagi di kampung halaman, deket ma ortu. Untuk dapat mewujudkannya sebenarnya bisa dengan jalan kredit bank, tapiiiiiiiii aku dan suami sepakat gak milih jalan ini. Selain bunganya yang bikin sakit hatiiiii *gak rela...gak rela...-dangdutdotkom-* dan statusnya yang haram itu, menurutku kalau minjem bank tuh berat bebannya, kan lama tuh bayarnya, bisa 10 sampai 20 tahun huhuhu.

Jadi akhirnya kami sepakat untuk benar-benar belajar hemat *plaaaak...pdahal habis menang lelang sana-sini*. Diitung-itung, dikurang sana-sini, jadilah wajib setor tabungan untuk rumah atau tanah sekian rupiah. Biar deh meski mampu belinya entah kapan, yang penting pede ngumpulin dulu.

Balik lagi ke masalah asuransi nih, suamiku yang sejak dari awal kurang setuju aku ikut asuransi akhirnya memintaku untuk stop bayar premi asuransi yang konvensional punya Farah. Katanya lebih oke kalo uang itu tetep dikumpul tapi ntar dibeliin dinar emas aja, gak ngaruh ma inflasi sampai kapanpun. Heem....bener juga sih!! Aku juga tertarik banget dengan tabungan dinar dan kami nanya-nanya ke mbah google.

Sekarang nih yang mau kutanyain ke warga MPers....Ada tidak yang punya pengalaman berhenti asuransi di tengah jalan?? Punyaku ini baru jalan dua tahun kayanya. Uang yang kemarin disetor bakal balik lagi gak? Aku males nanya ke agenku, pasti dia nebar racun supaya aku gak stop bayar premi kan ya... Please sharingnya ya.....tengkyuuuu.
Read More

Senin, 04 Oktober 2010

Finally...SP

Bolooooooooooossss..............

Yup, sejak cuti super besarku berakhir tanggal 25 September lalu, harusnya tanggal 27 September kemarin aku dah masuk kantor, tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.....................till today i'm still in Jakarte, duduk manis depan laptop sambil OL hohoho. Kok kayanya girang banget neh bolos yak? Lha gimana duong, sama suami disuruh balik ke Majenenya tanggal 11 kok, ya udah dinikmatin aja hari-hari bolos ini.

Kalo dalam keadaan "normal" ni ya, aku bakal gelagepan, panas dingin kalau kena kasus dapet Surat Peringatan dari kantor. Tapi ini kan termasuk keadaan gak"normal" hehe, jadi aku sih pasrah ajeeee.....yang penting suami syeneng, ntar berangkat balik ke Majene bisa lancar jaya insyaAllah.

Iseng nanya-nanya ke mbak malatika di bagian kepegawaian kapus, maksimal dapet SP 3x baru dah kena pemeriksaan dan bakal dapet hukuman disiplin gitu. Moga-moga aja gak sampe lah yauw dapet borongan SP 3x....InsyaAllah.....
Read More

Sabtu, 02 Oktober 2010

Migrain Menyerang

Mencoba mengingat-ingat, sejak kapan ya si migrain ini mulai rutin menyambangiku?? Sebelum aku keguguran rasanya yang namanya migrain ini tidak pernah datang. Dulu sekali aku pernah lumayan dapat sakit kepala, tapi tidak menyiksa seperti si migrain ini. Dan alhamdulillah setelah dibekam oleh seorang teman, sakit kepalaku hilang sama sekali. Sepertinya itu terjadi sekitar 2 tahun lalu, sejak itu belum pernah bekam lagi, meski ingin sekali, tapi kesempatan belum ada.

Ya, sepertinya berawal setelah keguguran. Gaya hidupku mulai tidak sehat. Porsi makanku yang menurun drastis, tidur amat sangat larut malam, dan jarang banget tidur siang. Intinya kurang istirahat, tidak hanya istirahat badan tapi juga pikiran alias stres. Terakumulasi, mungkin, hingga akhirnya mulailah si migrain ini rutin menyambangiku. Dari sebulan sekali sampai dua kali. Rasanya begitu menyiksa, karena biasanya ditambah dengan mual muntah, kadang juga mencret.

Ke dokter?? Belum pernah. Hasil googling kesana kemari jadi nambah info penyebab dan tips mengatasi migrain, yang tidak ada obat untuk menyembuhkannya itu. Obat hanya untuk mengurangi rasa sakit saja, tidak menyembuhkan. Jadi aku bertahan untuk tidak minum obat kimia, apapun itu. Sepertinya aku harus segera bekam saja dan membeli obat-obat herbal yang kini stok di rumah sudah habis. Sebelum itu semua kulakukan, sekarang dinikmati saja si migrain ini. Tidur-tiduran sambil merem melek nikmati ngilunya kepala atau lebih baik cuek bebek aja dipakai baca buku (bukannya tambah pusing ya?) atau ngeblog aja dah seperti sekarang ini .

Oya, dari hasil googling, ada beberapa penyebab migrain, yaitu :
1. Kekurangan nutrisi dan kurang tidur (kayanya aku yang ini deh penyebabnya)
2. Terkena cahaya yang terlalu terang atau suara yang terlalu bising
3. Berubahnya hormon saat menstruasi (sepertinya aku memang sering kena migrain saat   haid, sebelum haid, atai setelah haid nih)
4. Stress (yaa....ini juga....*ngaku2 stress*)
5. Perubahan cuaca yang drastis
6. Banyak mengkonsumsi minuman yang berkafein atau yang beralkohol
7. Memakan makanan yang mengandung MSG atau nitrat
8. Merokok

Semoga warga MP tercinta sehat-sehat selalu ya........
Read More